Nilam yang Terpendam

Oleh Ricky Prijaya

Jikalau 83 tahun yang lalu pemuda-pemudi Indonesia menunjukan nasionalismenya dengan mengikrarkan Sumpah Pemuda, maka sebagai pemuda-pemudi di zaman ini sudah sepatutnya kita tidak lupa untuk terus mengamalkan isi sumpah tersebut. Memajukan industri pariwisata adalah salah satu cara yang dapat kita lakukan.

Dunia pariwisata di tanah air memang seperti nilam (permata biru) yang terpendam—penuh potensi namun minim atensi. Masih banyak situs wisata alam yang tersebar dari Sabang hingga Merauke menunggu untuk “didandani” agar dapat dilirik oleh wisatawan lokal maupun asing. Saya melihat ada dua hal yang menjadi penyebab pariwisata Indonesia terbengkalai dan belum mampu bersaing dengan negara lain.

Pertama, gelar ‘sarang teroris’ amat ampuh membuat turis-turis asing berpikir tujuh kali untuk berwisata ke negeri ini. Masih teringat di benak sebagian besar masyarakat pecinta bola saat tim papan atas Manchester United tidak jadi berkunjung ke Indonesia karena beberapa hari sebelumnya terjadi dua ledakan di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton. Alhasil rakyat Indonesia hanya dapat mengelus dada dan menerima kenyataan bahwa tim yang mereka cintai tidak jadi berkunjung. Peristiwa bom Bali yang terjadi hingga dua kali pun cukup membuat turis-turis asing kapok untuk berwisata ke Indonesia.

Kedua, persaingan yang semakin sengit antar negara tetangga. Singapura dan Malaysia memang menjadi dua pesaing utama bagi Indonesia dalam bidang pariwisata untuk kawasan Asia Tenggara. Singapura dengan tingkat kebersihan dan kenyamanan yang tinggi rasanya sulit disaingi oleh negeri kita. Malaysia dengan infrastruktur yang hebat sebaiknya jangan dibandingkan dengan negeri kita karena akan membuat kepala kita tertunduk malu.

Untuk mengatasi masalah terorisme, pemerintah Indonesia memang sudah banting tulang demi membabat habis semua pengikutnya. Mungkin berkat doa jutaan pecinta tim bola Manchester United, otak peristiwa dua ledakan di hotel JW Marriot dan Ritz Carlton akhirnya tewas di tangan pasukan Densus 88. Dalam dunia pariwisata, tingkat keamanan suatu tempat wisata selalu menjadi pertimbangan utama para wisatawan. Kasarnya, siapa mau pergi ke tempat seindah surga jika nyawa jadi taruhannya? Semua tindakan promosi yang dilakukan pemerintah akan menjadi sia-sia selama antek-antek teroris masih berkeliaran.

Untuk dapat bersaing dengan negara lain, satu-satunya cara yang dapat pemerintah lakukan adalah dengan meningkatkan “kualitas produk” pariwisata Indonesia. Banyak hal yang harus dibenahi. Salah satunya adalah sarana transportasi yang harus dibuat senyaman mungkin. Untuk apa pergi ke tempat yang indah jika harus menggunakan sarana transportasi yang membuat turis-turis jijik karena kotor dan tidak terurus? Tidak lupa juga masyarakat sekitar yang harus diberi pengetahuan mengenai dunia pariwisata dan juga keterampilan agar dapat menjadi tuan rumah yang baik dan ramah bagi para wisatawan.

Memang dengan banyaknya promo “tiket murah” ke Singapura dan Malaysia, banyak turis lokal lebih memilih berwisata ke luar negeri daripada di negeri sendiri. Hal ini sah-sah saja jikalau mereka hendak menambah wawasan dan mengenal budaya negeri tetangga. Namun tidaklah lucu jikalau alasan mereka berwisata ke luar negeri hanya karena gengsi semata. Seolah-olah berwisata ke Sentosa Island lebih bergengsi daripada ke Danau Toba.

Dalam rangka mengamalkan Sumpah Pemuda degan memajukan pariwisata, hal sederhana yang dapat kita lakukan adalah menyengajakan berwisata ke situs wisata negeri sendiri. Jangan sampai dalam satu tahun, kita berkali-kali berwisata ke negeri tetangga karena tergoda dengan promo “tiket murah” tanpa pernah berwisata ke salah satu situs wisata di negeri sendiri.

Kalau bukan kita yang ikut memajukan pariwisata di negeri sendiri, jangan harap industri pariwisata negeri ini akan dapat bersaing dengan negeri tetangga. Mari kita perkuat kesatuan nusa dengan menjadi wisatawan yang tidak keasyikan “menyeleweng” dengan keindahan negeri tetangga.

.

Ricky adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *