Merdeka!—di Segala Bidang?

Salam sejahtera di bulan delapan 2012, Sidang Pembaca!

Agustus adalah bulan yang istimewa bagi bangsa Indonesia. Di hari ketujuh belasnya, rakyat seluruh pelosok Nusantara gegap gempita merayakan kemerdekaan dari penjajahan. Komunitas Ubi, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, tentu tak mau ketinggalan. Delapan peladang diturunkan untuk mengolah delapan tulisan—lebih banyak dari biasanya—sebagai kado ulang tahun ke-67 bagi Indonesia tercinta.

Kedelapan tulisan ini mengajak kita semua merenungkan kembali ideal-ideal kemerdekaan dalam  berbagai bidang kehidupan bangsa sambil mencerminkannya kepada kondisi nyata Indonesia hari ini. Jadi, di tengah hiruk-pikuk seruan “Merdeka!” yang membahana dari bibir rakyat seantero negeri, sungguh baik jika kita bertafakur bersama kedelapan peladang.

Maria Tan membawa kabar nelangsa di bidang kesehatan: Indonesia masih sakit. Kita masih harus berjuang untuk memerdekakan bangsa dari peringkat tinggi pengidap penyakit menular dan tak menular. Di bidang teknologi, Samsu Sempena menyayangkan betapa kita masih sangat bergantung kepada produk canggih bangsa lain. Sudah saatnya anak negeri berani dan berleluasa berinovasi dengan memanfaatkan potensi negerinya.

Patricia Manurung memperlihatkan kontras antara kekayaan alam dan kondisi ekonomi Indonesia.  Pasca 67 tahun merdeka, rupanya kita belum mengurus “rumah tangga” Indonesia sebaik-baiknya. Di bidang pembangunan, Efraim Sitinjak menunjukkan salah satu penyebab terbesar terseoknya kemajuan bangsa: kebiasaan potong anggaran di proyek-proyek pemerintah. Tanpa anggaran yang maksimal pastilah kita tidak bisa membangun negeri secara maksimal.

Rudi Sihombing menggugat minimnya kehadiran kaum perempuan di ranah politik Indonesia. Padahal wanita dan pria punya hak dan kewajiban setara untuk bersumbangsih bagi bangsa dan negara. Di bidang hukum, Lasma Panjaitan mengeluhkan rendahnya kadar celik hukum masyarakat Indonesia. Akibatnya, hukum bisa dipelintir sana-sini, membawa untung bagi yang kuat namun petaka bagi yang lemah.

S.P. Tumanggor menyoal mental terjajah yang membuat bangsa Indonesia tak biasa berpikir mandiri. Ini diperparah pula oleh pola didik kita yang sangat menekankan nalar tingkat rendah, bukan nalar tingkat tinggi. Di bidang seni, Yulius Tandyanto mewanti-wanti agar seni Indonesia jangan sampai dipersempit dalam subjektivitas seniman atau agama belaka. Seni yang merdeka di negeri merdeka haruslah merupakan gerakan sukma yang berfaedah bagi banyak orang,

Hati kita tentu sedih mendapati bangsa kita belum merdeka purna di berbagai bidang kehidupan. Sadarlah kita bahwa Indonesia hari ini butuh pejuang-pejuang yang mau dan mampu berjuang dengan segenap jiwa raganya, meremukkan berbagai belenggu yang masih melilit bangsa. Di zaman ini bambu runcing kita adalah kecerdasan, ketulusan dan ketangkasan mendaratkan ilmu yang kita miliki. Sambil mengayunkannya, mari pekikkan “Merdeka!” atas segala bidang kehidupan di Republik Indonesia.

Merdeka!

Selamat ber-Ubi,

Penjenang Kombi

One thought on “Merdeka!—di Segala Bidang?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *