Salam sejahtera di bulan satu 2014, Sidang Pembaca!
Senja terakhir tahun lama telah lewat, fajar perdana tahun baru telah rekah. Syukur kepada Allah yang masih memperkenan kita melintasi 2013 ke 2014! Tahun ini tergolong istimewa bagi bangsa kita karena pemilihan umum akan digelar di dalamnya dan akan sangat berdampak kepada nasib bangsa di masa mendatang. Namun, terlepas dari itu, tiap-tiap awal tahun adalah masa istimewa yang mengungkit harapan kita tentang hari-hari esok yang lebih baik—bahkan yang terbaik.
Harapan khusyuk macam itu perlu ditindaklanjuti, bukan sekadar dibingkai apik di angan-angan. Karenanya, di hulu tahun, Komunitas Ubi (Kombi) ingin menyoroti beberapa hal yang penting kita baharui dalam lingkup bangsa supaya bangsa kita mampu menggapai masa depan yang lebih baik atau yang terbaik. Menariknya, pembaharuan itu ternyata sangat dapat dilakukan dengan bantuan ilham dari hal-hal lama. Empat peladang menyajikan telaahnya seputar perkara ini.
Bangsa kita perlu membaharui etos kepemimpinan. Ciri kepemimpinan terkini yang ragu-ragu sehingga menghambat kemajuan bangsa harus digusur dengan ciri kepemimpinan unggul yang berwibawa, memperjuangkan kepentingan rakyat, tidak rendah diri di depan bangsa lain, dan mahir berdiplomasi. Ericko Sinuhaji memaparkan bahwa etos kepemimpinan unggul itu sudah diperagakan oleh para pemimpin lama Indonesia seperti Sukarno dan L.N. Palar.
Bangsa kita juga perlu membaharui etos kecerdasan. Saban tahun kita mewisuda ribuan sarjana tapi sentuhan kesarjanaan belum terasa benar dalam pembangunan semesta negeri kita. Masalah ini harus ditanggulangi lewat pembentukan para sarjana yang kreatif-inovatif dan berkarya sesuai dengan konteks. S.P. Tumanggor menunjukkan bahwa etos kecerdasan macam itu sudah diteladankan oleh kaum terpelajar lama Indonesia seperti Suwardi Suryaningrat, Mohammad Hatta, J. Leimena, dan Sam Ratulangi.
Selanjutnya, bangsa kita perlu membaharui etos pengelolaan alam. Warisan kita bagi generasi mendatang haruslah kekayaan alam, bukan kerusakan alam seperti yang marak mengemuka hari-hari ini. Cara mengelola alam yang serampangan harus diganti dengan cara arif yang sigap membuat rencana penunjang dan aturan ketat demi kelestarian alam. Viona Wijaya membeberkan bahwa kearifan macam itu sudah lama dikenal suku-suku di Indonesia, misalnya dalam wujud adat nataki di Tanah Dayak dan adat sasi di Tanah Maluku.
Terakhir, bangsa kita perlu membaharui kejayaan kawasan Indonesia Timur. Dahulu kawasan ini sempat terdepan dalam perdagangan maritim regional dan internasional, tapi sekarang tertinggal dari kawasan Indonesia Barat. Demi Indonesia yang maju seutuhnya, ketertinggalan Indonesia Timur harus diatasi dengan kejelian dalam mengenali nilai strategis dari letak dan sumber daya alamnya. Efraim Sitinjak menuturkan bahwa kejelian macam itu sudah diperlihatkan para leluhur kita yang membangun kota-kota pelabuhan lama Indonesia Timur di Maluku dan Makassar.
Empat pembaharuan di atas tergolong amat penting di antara pembaharuan-pembaharuan lain yang dibutuhkan Indonesia. Dan sungguh indah bahwa keempatnya memiliki suri teladan dari kinerja bangsa kita di masa lampau. Jadi, di hulu tahun, biarlah kita, generasi Indonesia terkini, dicerahi, disemangati, dan digerakkan oleh ilham cemerlang dari hal-hal lama untuk menggelar pembaharuan-pembaharuan gemilang.
Selamat tahun baru dan selamat ber-Ubi.
Penjenang Kombi