Aksara Nusantara

Salam sejahtera di bulan sembilan 2014, Sidang Pembaca!

Dunia menabalkan tanggal 8 September sebagai Hari Melek Aksara Internasional (Inggris: International Literacy Day). Di Indonesia, tanggal yang sama diperingati dengan nama Hari Aksara Internasional. Pada hari itu lazim diobrolkan isu-isu seputar pembanterasan buta huruf (sedunia dan se-Indonesia). Celik huruf alias melek aksara memang sudah jadi salah satu kebutuhan pokok bangsa-bangsa mutakhir untuk membangun dan memajukan negerinya.

Komunitas Ubi (Kombi) juga ingin turut memperingati Hari Aksara Internasional, walau dengan topik obrolan yang sedikit berbeda. Kali ini Kombi berpaling ke masa silam Nusantara dan mengamati kemelekan aksara di sana. Ada harta rancak berupa aksara-aksara yang dipusakai beberapa suku Nusantara dan yang mengandung banyak pelajaran berharga. Tujuh peladang menulis mengenainya dalam tujuh tulisan yang ringkas dan apas.

Mengobrolkan aksara Batak, Hendy Yang menyoroti kerajinan orang Batak di masa lalu dalam menuliskan ilmu agama dan “surat pembaca.” Ini harus mendorong kita di masa kini untuk giat mendokumenkan pemikiran dan perasaan kita dalam bentuk tulisan. Membicarakan aksara Rejang, Stefani Krista menyinggung tentang kekayaan sejarah dan sastra orang Rejang dalam naskah-naskah kuna mereka. Semua ini mengandung pelajaran dari masa lampau yang dapat kita pakai sebagai bekal menatap hari depan.

Mengobrolkan aksara Sunda, Daniel Siahaan mengungkap ketekunan orang Sunda di masa lalu dalam menghasilkan naskah-naskah kropak. Ini harus menyemangati kita di masa kini untuk cermat dan gigih berkarya, khususnya berkarya tulis. Mempercakapkan aksara Jawa, Samsu Sempena mengemukakan puisi unik dan filosofi relijius yang digubah orang Jawa berdasarkan aksara tersebut. Semua ini mengusulkan agar kita cerdik dan sadar diri sebagai utusan Tuhan yang harus berkiprah di bumi/negeri.

Mengobrolkan aksara Bugis-Makassar, S.P. Tumanggor menonjolkan kinerja orang Bugis-Makassar di masa lalu yang menyusun epos terpanjang sedunia dan menerjemahkan risalah teknik asing. Ini harus menggerakkan kita di masa kini untuk merambah/menuliskan segala macam hal yang baik dan berguna. Memperbincangkan aksara Minahasa, Viona Wijaya menyingkap kemajuan berpikir yang terkandung dalam prasasti purba Pinawetengan. Ini menjadi penggugah hebat bagi kita untuk tajam berpikir dalam membangun bangsa di kekinian.

Akhirnya, mengobrolkan aksara Dayak Iban, Efraim Sitinjak menunjukkan kejeniusan Dunging Anak Gunggu, penciptanya, dan keseriusan pemerintah Malaysia dalam melestarikannya. Ini ilham yang bagus sekali bagi suku-suku Nusantara dan pemerintah Indonesia untuk sigap mengurus, mengembangkan, atau bahkan menciptakan produk budaya, termasuk aksara.

Secara konsisten, semua aksara di atas berbicara tentang kekreatifan orang Nusantara dahulu kala dalam menyerap, menyesuaikan, dan memodifikasi unsur budaya asing menjadi unsur budaya sendiri. Ini menjadi sebuah cambukan bagi kita, orang Nusantara masa kini, untuk kreatif pula di era kesejagatan yang mempermudah pertemuan budaya antar bangsa.

Dan mengenai aksara Nusantara, tentu masih banyak hal yang dapat diobrolkan—dan masih ada pula aksara-aksara Nusantara yang belum dibahas di sini. Namun, Kombi berharap agar bahasan terbatas ini dapat menjadi perangsang ide-ide baik bagi generasi terkini, sekaligus membantu memperkenalkan salah satu warisan hebat Nusantara kepada mereka yang patut menghargai dan melestarikannya.

Selamat berhari aksara dan ber-Ubi.

Penjenang Kombi

2 thoughts on “Aksara Nusantara

  1. angelosupito

    Halooo teman-teman Komunitas Ubi.
    Thanks ya sudah sharing tentang aksara nusantara. Jadi makin kagum dengan kekayaan budaya dan warisan Indonesia yang Tuhan anugerahkan. Keren!
    Terutama tentang aksara Minahasa dan aksara Dayak Iban, juga aksara Sunda. Karena ada hubungan keterdekatan dengan saya 🙂 thanks for sharing these.
    Tapi mau saran nih, alangkah lebih menarik dan seru kalau ada contoh-contoh tulisan aksaranya, biar sekalian belajar dan pasti akan sangat memperkaya kita semua.
    Itu saja saran dari saya, semoga suksesss selalu dan makin bersinar terang! ^_^

    Reply
    1. penjenang kombi

      Terima kasih Angel untuk pendapat dan sarannya. Benar, ketika menulis topik tentang aksara ini pun kami sangat kagum dengan budaya Indonesia. Kami memang mengkhususkan untuk menggali aksara-aksara tersebut melalui tulisan. Untuk contoh dari tulisan aksaranya, kita bisa gali dari sumber-sumber yang ada di internet.

      Salam

      Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *