Percaya Diri dalam Permainan Olahraga

Oleh Daniel Siahaan

Permainan-permainan olahraga yang mendunia bisa digemari oleh banyak orang, termasuk saya, karena segala kekreatifan, persaingan, strategi, dan kesportifan yang menjadikannya seru dan mengasyikkan.  Untuk itu, apresiasi patut diberikan kepada orang Barat karena merekalah yang banyak menggagas dan mengembangkan secara orisinal permainan-permainan olahraga yang mendunia. Kekreatifan dan keorisinalan mereka sungguh mengagumkan.

Satu “kelebihan” mental orang Barat yang saya dapati menunjang kekreatifan dan keorisinalan mereka adalah kepercayaan diri. Mereka begitu percaya diri dalam bereksperimen dan bereksplorasi sehingga sanggup menghasilkan karya-karya bagus yang menarik minat orang banyak. Kita, orang Indonesia, patut belajar dari mereka dalam hal ini.

Dengan kepercayaan diri, orang Barat berani mengolah hal-hal sederhana menjadi “serius” dan berkelas. Kepercayaan diri mendorong mereka beruji coba, menerapkan teknologi, bahkan menggunakan “cap” internasional. Banyak permainan olahraga moderen mereka gubah dari benda-benda atau permainan-permainan sederhana.

Ambil contoh permainan bola basket, yang awalnya digagas supaya pelajar bisa tetap berolahraga (di dalam ruangan) selama musim dingin. Untuk mewujudkan gagasan itu, keranjang (“basket”) buah persik dan bola sepak pun dikerahkan.1 Permainan frisbi diilhami loyang kue yang dilempar bolak-balik oleh sepasang kekasih di pantai.2 Permainan papan salju berasal dari kebiasaan orang Barat menuruni lereng bersalju menggunakan papan kayu.3 Secara orisinal benda dan permainan sederhana dikembangkan menjadi permainan olahraga beken!

Dengan kepercayaan diri juga orang Barat berani “mengotak-atik” alat untuk memunculkan berbagai jenis permainan olahraga. Dari alat sepeda, misalnya, mereka memunculkan permainan sepeda jalan, sepeda lereng, sepeda BMX, sepeda tangan, sepeda lintas-negara, dst.4 Dari alat tongkat, mereka memunculkan permainan bisbol, sofbol, kriket, lakros, hoki, dan golf. Beberapa permainan mungkin mirip satu sama lain, tetapi tetap saja masing-masing unik dan orisinal.

Dan orang Barat tidak puas dengan permainan-permainan olahraga lama saja. Dengan kepercayaan diri, mereka berani menggagas permainan-permainan olahraga baru. Ada yang nekat melompat dari jembatan dengan pengaman tali karet panjang yang hanya diikatkan pada kaki—lompat banji (Ing.: bungee jumping). Ada yang terjun dari pesawat terbang, “bercanda” dengan gravitasi di angkasa, dan baru membuka parasut setelah lama—selam angkasa (Ing.: skydiving). Ada pula yang suka melaju dengan papan luncur (Ing.: skateboard), motor trail, papan selancar, dan truk monster. Ekstrem dan orisinal!

Di samping semua itu, dengan kepercayaan diri jugalah orang Barat berani memashurkan permainan olahraga khas mereka ke seluruh dunia. Mereka membuat sistem yang orisinal dan mantap dalam hal pengelolaan kompetisi, pengembangan atlet, bisnis (misalnya dengan stasiun-stasiun TV), dll. Tak heran nama-nama seperti FA Cup, NBA, NFL, F1 GP, Moto GP, dan X-Games jadi begitu akrab di telinga kita.

Berpaling ke Indonesia, saya mendapati bahwa sebenarnya kita juga punya permainan-permainan “tradisional” yang orisinal: benteng-bentengan, gasing, gatrik, galah asin, dst. Sayangnya, di masa kini kita “mogok” mencipta permainan-permainan orisinal seperti itu (tentu dalam konteks kekinian). Akibatnya, permainan-permainan yang khas kita harus mendapat cap “tradisional” belaka.

Sementara itu, kita tampak tak punya kepercayaan diri dalam meningkatkan/mengembangkan permainan-permainan “tradisional” kita kepada kemoderenan: memberinya suntikan teknologi mutakhir, membuatkan kompetisi dan aturan baku baginya, memasarkannya di dalam dan luar negeri. Bisa saya bayangkan bahwa seandainya galah asin adalah temuan orang Barat, mungkin saja permainan itu sekarang sudah menjadi permainan olahraga populer, mendunia, lengkap dengan pembakuan segala tata caranya.

Kepercayaan diri memang sangat penting untuk menunjang bahkan menghasilkan keorisinalan. Dalam hal dan bidang apa pun, kepercayaan diri adalah modal besar bagi kemajuan. Sebaliknya, keminderan dan sikap takut-takut adalah modal besar bagi ketidakorisinalan dan ketidakmajuan.

Mulai saat ini, mudah-mudahan kita, orang Indonesia, bukan cuma percaya diri dalam memainkan permainan olahraga asal Barat tetapi juga dalam mengembangkan permainan olahraga khas sendiri.

.

Daniel adalah seorang mahasiswa jurusan teknik mesin yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

1 “Basketball” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Basketball>.

2 “Flying Disc” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Flying_disc>.

3 “Snowboarding” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Snowboarding>.

4 “Cycle Sport” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Cycle_sport>.

2 thoughts on “Percaya Diri dalam Permainan Olahraga

    1. Daniel Siahaan

      Terima kasih atas komentarnya, Bapak Adhi.

      Betul, Pak. Sebetulnya “beyblade” juga dikembangkan dari permainan gasing tradisional milik Jepang. Artinya, apabila orang Indonesia punya keberanian untuk mengembangkannya lebih dulu, bisa saja beyblade menjadi permainan yang terkenal dari Indonesia. Tentunya namanya pasti bukan beyblade. Bukankah lebih asyik kalau seluruh dunia menyebut permainan itu “gasing tempur”? Kita pasti bangga sekali dengan permainan itu.

      Salam Ubi.

      Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *