Salam sejahtera di bulan empat 2014, Sidang Pembaca!
Satu jabatan yang punya peran penting bagi kemajuan bangsa adalah abdi negara, yang secara khusus identik dengan para Pegawai Negeri Sipil (PNS). Terdiri dari berbagai profesi (guru, dokter, insinyur, dll.), para abdi negara diandalkan bangsa untuk mengurus kepentingan negara lewat pelayanan, jasa, ide, dan inovasi mereka. Boleh dibilang bahwa kuatnya abdi negara berarti kuatnya bangsa dan negara.
Jadi, apabila abdi negara secara kolektif melemah oleh “penyakit” seperti etos kerja buruk atau korupsi, melemah pulalah bangsa dan negara. Hal ini, sedihnya, telah menjadi realitas yang disaksikan dandiprihatinkan masyarakat—termasuk Komunitas Ubi (Kombi). Maka masyarakat harus mengingatkan sekaligus menyemangati para abdi negara untuk menggapai kekuatannya, dan dalam usaha ini Kombi ingin turut serta dengan menyumbangkan lima tulisan kecil namun bermanfaat.
Untuk dapat berkarya sebaik-baiknya, orang harusmemahami makna dan tujuan hakiki profesinya. Demikianlah S.P. Tumanggor mengajak para PNS memahami makna dan tujuan hakiki pekerjaannya sebagai “budak,” yakni abdi, yang harus melayani dan mengutamakan kepentingan “tuan”nya, yakni negara.Ia kemudian merentangkan makna “abdi negara” sehingga mencakup semua warganegara non-PNS juga.
Etos kerja dan keacuhan para abdi negara terhadap kemajuan bangsa telah menjadi pokok kegundahan publik—dan sesama abdi negara yang peduli. Bicara sebagai seorang PNS, Edy Agustinus mengemukakan bahwa perbaikan etos dan keacuhan itu harus direngkuh lewat pembenahan pola pikir dan lingkungan kerja abdi negara. Ia mendamba tiadalagi gusar dan prihatin menyeruak di tengah masyarakat akibat kinerja PNS.
PNS guru di pelosok negeri menghadapi tantangan besar untuk serius bergiat mendidik anak bangsa. Menyoroti fakta tersebut, Hendy Yang, yang pernah menjadi guru bantu di pulau terpencil, mengimbau para abdi negara itu untuk selalu mencamkan pencerdasan bangsa sebagai tujuan akhir profesi mereka. Ia membeberkan betapa mulianya peran mereka di pelosok negeri dalam memunculkan “mutiara-mutiara” terpendam yang akan jadi pemashur bangsa.
Pos PNS dokter, apalagi di tempat terpencil, adalah lahan kerja yang tidak ringan untuk digarap. Namun, Maria Tan, dokter di salah satu pelosok Indonesia, menuturkan bagaimana para abdi negara yang penuh bakti bisa menunjukkan mulianya panggilan pos itu. Ia menandaskan bahwa, meski mengabdi kepada negara bisa juga lewat jalur non-PNS, tetap harus banyak anak bangsa yang mengisi pos PNS dokter.
Orang Tionghoa Indonesia jarang menjadi PNS. Maka Viona Wijaya mengupas faktor-faktor penyebab hal itu sambil mengungkap ketidakelokannya—sebab suku Tionghoa juga merupakan bagian (penting) dari bangsa Indonesia. Ia menantang generasi muda Tionghoa untuk berani menatang etos gigih-uletnya dan terjun melayani bangsa sebagai abdi negara, sesuai dengan keterpanggilan masing-masing.
Segala bahasan kecil di atas menyingkapkan kerinduan besar Kombi bagi kuat-kokohnya abdi negara—supaya bangsa dan negara pun kuat-kokoh. Kombi berharap menyaksikan bangkitnya generasi baru PNS yang unggul dalam bakti demi kemajuan tanah air. Mudah-mudahan negara Indonesia lekas jaya dan makmur, secara khusus, olehpelayanan, jasa, ide, dan inovasi para PNS-nya!
Selamat ber-Ubi.
Penjenang Kombi