Salam di bulan empat 2017, Sidang Pembaca!
Telur Paskah telah menjadi ungkapan budaya kristiani yang akrab sekali dengan kita, umat Kristen Indonesia. Kita memungutnya dari orang Eropa yang menyiarkan agama Kristen ke Indonesia. Orang Eropa sendiri memungutnya dari tradisi pra-Kristen leluhur mereka yang memandang telur sebagai lambang kehidupan baru (karena anak ayam menetas darinya). Pandangan itu mereka sesuaikan dengan kekristenan sehingga telur menjadi lambang kebangkitan Kristus dan kebangkitan kita kelak.
Untuk merayakan Paskah tahun ini, Komunitas Ubi (Kombi) menyusun lima tulisan yang berkenaan dengan tradisi telur Paskah dari lima negeri. Tetap berpusatkan pada kebangkitan Kristus, lima peladang (penulis) mengulas aspek-aspek hebat dari Paskah yang terungkap dalam kelima tradisi itu dan dalam Alkitab. Tak lupa pula para peladang mencanangkan eloknya pempribumian kekristenan dan pentingnya pengalaman Paskah menggerakkan perbuatan/pekerjaan baik.
Di bukit-bukit berumput hijau, orang Kristen Inggris merayakan Paskah dengan bermain gelinding telur. Stefani Krista menilai bahwa permainan yang menyimbolkan tergulingnya batu kubur Kristus itu mengajari kita untuk tidak takut secara tak pantas terhadap kematian dan untuk rajin menggulirkan pekerjaan baik di dunia.
Dalam hawa sedap musim semi, orang Kristen Mesir melanjutkan sukacita Paskah ke dalam hari raya Sham El Nessim dengan berpiknik, merias telur, dan mengadu telur. S.P. Tumanggor mewawas bahwa hari raya yang sejak purbakala berkaitan dengan ide penghidupan kembali itu menyediakan bagi kita terawang mulia tentang kebangkitan tubuh serta dorongan untuk berkarya mulia.
Dengan teknik membatik dan dengan motif-motif khas bersemarak, orang Kristen Ukraina menghias pysanka—telur Paskah khas Ukraina. Victor Sihombing memperhatikan bahwa semarak hiasan telur itu mengungkapkan sukacita atas hidup penuh pengharapan karena kebangkitan Kristus yang harus kita manfaatkan untuk melakukan pekerjaan baik tanpa jemu-jemu.
Sehari sebelum Paskah, orang Kristen Polandia pergi ke gereja membawa keranjang berisi telur dan panganan lain untuk diberkati dalam tradisi swieconka. Herdiana Situmorang melihat bahwa tradisi yang sudah menjadi jati diri kekristenan Polandia itu menegaskan betapa kebangkitan Kristus menjadikan hidup kita bermakna, layak dinikmati dan diisi dengan kerajinan berbuat baik.
Sambil menyerukan Kristus telah bangkit, orang Kristen Yunani bermain adu telur pada hari Paskah. Samsu Sempena memandang bahwa permainan yang menyimbolkan kemenangan Kristus atas maut itu menyemangati kita untuk menang pula dalam “pertandingan iman” dengan berjuang melakukan hal baik dan mengejar pencapaian baik.
Kita sungguh bergembira karena kebangkitan Kristus telah membuka jalan bagi kebangkitan kita. Seperti anak ayam keluar dari “kungkungan” cangkang telur ke dunia yang baru baginya, demikianlah karena Kristus kita pun akan keluar nanti dari kungkungan maut kepada keadaan baru yang kuat, mulia, dan tak terbinasakan. Menyongsong pengharapan besar itu, patutlah kita giat menelurkan karya-karya baik dalam hidup saat ini, dari Paskah ke Paskah, sampai tiba hari kebangkitan kelak.
Selamat Paskah dan selamat ber-Ubi.
Komunitas Ubi