Oleh Rudy Tjandra
Komunitas Ubi (Kombi), yang berdiri sejak satu tahun lalu, seakan-akan mengulang sejarah. Komunitas ini mendengungkan kembali sebuah semangat yang telah hidup puluhan abad lalu.
Pada abad ke-14, Empu Tantular menulis Syair Sutasoma yang menyerukan semangat kesatuan kepada rakyat Majapahit. Dalam puisi ke-139, bait kelima, beliau menyebutkan bahwa intisari kebenaran ajaran Hindu dan Budha adalah sama atau tunggal—“bhinneka tunggal ika”.1 Intisari kebenaran ini lebih utama daripada adat kebiasaan yang tampak dan berbeda dalam masyarakat pada masa itu.
Abad ke-20 kemarin, Sultan Hamid II mengutip perkataan Empu Tantular itu dalam desain lambang Garuda Pancasila. Ya, Bhinneka Tunggal Ika pun menjadi semboyan NKRI dan merekat keragaman Indonesia dari Kota Sabang hingga Merauke, juga dari Pulau Talaud hingga Rote. Bhinneka Tunggal Ika secara harfiah berarti “berbeda-beda satu itu” namun mashur dengan arti “berbeda-beda tetapi tetap satu.”
Sebenarnya, semangat kesatuan serupa telah lama berdengung di antara umat Kristen. Pada abad pertama, Rasul Paulus prihatin terhadap perpecahan umat Kristen di Korintus. Beliau pun menulis surat kepada mereka untuk menegaskan bahwa Allah, Sang Penumbuh Jemaat, adalah intisari bagi umat Kristen. Mereka dihimbau untuk bersatu di bawah kekuasaan Allah dan tidak mengutamakan adat kebiasaan atau golongan yang berbeda-beda.2
Semangat kesatuan itu dapatlah dibahasakan sebagai “Bhinneka Tunggal Isa.” Dalam hal ini, Bhinneka Tunggal Isa berarti “berbeda-beda (tetapi) satu Isa.” Maknanya adalah: umat Kristen, meski memiliki kebiasaan atau panggilan yang berbeda-beda, tetaplah berada di bawah satu Penguasa, yaitu Isa Almasih alias Yesus Kristus. Alkitab menyatakan bahwa Dia adalah kepala dan umat Kristen adalah tubuh-Nya.3 Dan tubuh yang terdiri dari banyak bagian ini saling dukung untuk satu tujuan utama—kemuliaan Allah.
Di abad ke-21 ini, semangat Bhinneka Tunggal Isa dan Bhinneka Tunggal Ika terungkap dalam semboyan Kombi, bagi Tuhan dan Bangsa. Seperti Rasul Paulus, Kombi mengkaji dan menyajikan ide-ide unik nan beragam bagi Tuhan, dengan menyasarkannya bagi Gereja Indonesia. Para “peladang” (penulis) yang muncul tiap bulan mengentalkan semangat Bhinneka Tunggal Isa, karena mereka berasal dari berbagai latar gereja dan pelayanan.
Di pihak lain, seperti Empu Tantular, Kombi turut menyumbangkan ide-ide baik bagi bangsa, bagi keindonesiaan. Bhinneka Tunggal Ika amat terasa, karena para peladang berasal dari berbagai suku dan daerah yang ada di Indonesia. Selain itu, mereka memiliki latar ilmu gelutan yang beragam dan menggeluti pekerjaan yang beragam pula.
Mereka mencoba memperhatikan dengan cermat isu-isu yang penting bagi kemajuan bangsa dan Gereja. Isu-isu ini kemudian dibahas dalam tulisan-tulisan di blog dengan topik yang beragam, seperti pemuridan Kristen dan filantropi Kristen yang harus berdampak bagi bangsa, kebiasaan banyak orang Indonesia yang enggan membaca, atau masalah kemiskinan dan pendidikan yang masih perlu dibenahi di Indonesia.
Seperti Empu Tantular dan Rasul Paulus, Kombi mencoba menghidupi kebhinekaan yang manunggal melalui beragam tulisan yang menyemangati, mencerahi, dan mengoreksi Gereja dan bangsa Indonesia. Dengan ide-ide yang unik, Kombi berusaha menjalankan peran dan tanggung jawab Kristiani dalam membangun kehidupan berbangsa. Ini tentunya patut mengilhami umat Kristen di seantero Indonesia untuk memulai atau terus membingkiskan hal-hal baik bagi bangsa.
Sejarah dihidupkan. Semangat diserukan. Teladan dilakukan. Semoga makin banyak umat Kristen Indonesia yang sadar dan mulai menghidupi semangat bagi Tuhan dan Bangsa. Salam kebhinnekaan yang manunggal!
.
Rudy adalah seorang karyawan swasta yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.
.
Catatan
1 “Kakawin Sutasoma” dalam Wikipedia. <http://id.wikipedia.org/wiki/Kakawin_Sutasoma/>.
2 1 Korintus 3:4-8.
3 1 Korintus 12:27; Efesus 1:22-23.
Dear Rudy,
Salam kenal. Saya suka dengan tulisan ini. Pemaparan yang sederhana, tapi sarat makna. Idenya juga jenius, hehehe…
Semangat berkiprah!
Salam,
Puansari
Salam kenal juga Ka Puan!
Wah terima kasih atas apresiasi dan pacuanmu Ka 🙂
Salam kebhinnekaan yang manunggal!
waw! waw! luar biasa! Tulisanmu ini membuat siapapun yang belum pernah mendengar tentang Kombi akan paham tentang apa dan mengapa Kombi ada!
Salut!