Paskah dan Kebaikan Kebangkitan bagi Masyarakat

Salam sejahtera di bulan empat 2013, Sidang Pembaca!

Kebangkitan Kristus, yang diperingati dalam masa raya Paskah, adalah peristiwa amat penting yang berdampak besar bagi insan Kristen. Dampaknya dalam-luar: kita dibangkitkan di dalam batin dari kuasa dosa dan dimungkinkan untuk menyatakan daya kebangkitan itu ke luar. Jadi, Paskah punya kebaikan agung bagi pribadi dan masyarakat.

Sayangnya, pengajaran yang berkembang di kalangan Kristen Indonesia secara umum lebih suka berkutat pada kebaikan Paskah bagi pribadi. Kebaikan Paskah bagi masyarakat langka dikaji luas, dibahas mendetil, dan dikhotbahkan berapi-api, padahal ini tak kalah pentingnya. Karenanya, lewat berkas tulisan bulan ini, Komunitas Ubi hendak turut membantu mengatasi kelangkaan itu. Lima peladang menyuratkan buah renungnya di sekitar makam Kristus yang kosong.

Berita Paskah mula-mula dipercayakan kepada perempuan. Viona Wijaya mencermati hal ini sebagai petunjuk bening bahwa kaum Hawa bukanlah pemain figuran dalam rencana-rencana Allah. Bak para wanita yang menyerukan kabar kebangkitan Kristus, ia pun menyerukan—atas dasar Paskah—suatu kabar kebangkitan bagi kaum perempuan untuk mengerjakan banyak kebaikan bagi Gereja dan masyarakat.

Rudy Tjandra mengagumi sabda simbolis Yesus yang tergenapi oleh riwayat Paskah: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali” (Yoh. 2:19). Ia meluaskan maknanya sebagai analogi kebangkitan kita pula: perombakan hal-hal negatif dalam diri kita sehingga di atas reruntuhan semua itu kita dapat mendirikan kembali—dengan pertolongan Allah—hal-hal positif yang berfaedah bagi masyarakat.

Peristiwa Paskah menaklukkan ketakutan terbesar manusia: kematian. Victor Sihombing memakai fakta ini untuk membangun argumen rancak: Jika ketakutan terbesar telah dikalahkan oleh kebangkitan Kristus, kita harus punya suatu kadar kemenangan atas ketakutan-ketakutan lebih kecil yang merongrong kehidupan. Dari seruan jaya Paskah, “hai maut, di manakah sengatmu,” kita perlu terus menimba inspirasi untuk berani menjunjung kebenaran dan keadilan di tengah masyarakat.

Efraim Sitinjak prihatin menyimak cerita pemalsuan kebenaran Paskah oleh para pemuka agama dan pemuka masyarakat di zaman Yesus. Baginya hal itu menyingkapkan fakta bahwa orang-orang berkedudukan mulia pun, dulu dan sekarang, sangat bisa tergelincir ke dalam dosa sehingga melakukan hal-hal tak terpuji yang menyesatkan atau merugikan masyarakat. Dari rupa-rupa pemalsuan kebenaran, kita harus mengalami kebangkitan jua.

Di kemuncaknya, kisah Paskah adalah kisah supraalami yang membeberkan kesudian Sang Ilahi campur tangan dalam hidup manusia. S.P. Tumanggor mengungkit kesudian dan kesupraalamian itu sebagai modal besar kita untuk berkiprah baik di tengah masyarakat, sebab upaya alami—meski tak pernah boleh berhenti dilancarkan—amat terbatas dayanya. Kebangkitan Kristus mengisyaratkan bahwa campur tangan supraalami selalu mungkin terjadi dalam kehidupan kita.

Sampai kapan pun kabar Paskah adalah kabar baik tentang kebangkitan dan kemenangan. Sebab itu suatu kadar kebangkitan dan kemenangan haruslah mencirikan hidup dan karya kita, pengikut Kristus, walau kita hanya manusia biasa, darah dan daging seperti setiap orang lain. Dan, dalam penghayatan sejati Paskah, biarlah umat Kristen menjadi saluran kebaikan kebangkitan bagi masyarakat.

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *