Semilir Komentar di Ladang

Sajian yang pendek, khas, dan terkonsentrasi membahas satu topik dari berbagai sudut pandang membuat Kombi kaya akan ide-ide unik. Mencerahi tapi jauh dari menggurui. Mengindonesia dengan para peladang yang berasal dari berbagai daerah, Kombi menjadi pemersatu yang mampu mengangkat rasa bangga saya akan Indonesia bersama seluruh pemuda-pemudi dari daerah lain. Kombi membuat pembacanya tak bosan dan terus menanti kehadirannya. Selamat ulang tahun, Kombi. Terus berkarya! ~ Sarpianto, Pontianak, Kalimantan Barat

Selamat ulang tahun, Kombi! Kombi adalah salah satu alarem yang mengingatkan saya bahwa saya mempunyai karunia menulis dan saya harus mempertanggungjawabkannya di hadapan Tuhan. Selama dua tahun bersama Kombi, saya melihat beragam ide, beragam keunikan orang dalam menulis, tetapi semuanya mempunyai satu tujuan, yaitu menjadi berkat bagi gereja dan bangsa Indonesia. Heran sekali! Kesatuan hati untuk mencapai satu tujuan bisa terjadi walaupun tidak bertatap muka, tidak saling kenal, dan tidak tahu apakah tulisan-tulisan itu sudah berdampak. Saya berharap Kombi terus menghasilkan ide-ide segar dan tetap rela melibatkan saya. ~ Nevi Tambunan, Jakarta, DKI Jaya

Selamat ulang tahun, Komunitas Ubi! Terima kasih untuk tetap konsisten menerbitkan artikel-artikel berbobot dan menarik di tanggal 17 setiap bulannya. Ada ubi ada talas, ada budi ada balas. Setiap perbuatan baik pasti ada ganjaran kebaikannya. Saya berdoa agar segala budi yang dituliskan di Kombi, baik bagi Gereja maupun bangsa Indonesia, kelak berbalas kebaikan. ~ Monica Nirmala, Sukadana, Kalimantan Barat

Selamat ulang tahun yang kedua untuk Kombi. Dua tahun turut menyuarakan pendapat, ide, keluhan, bahkan secuplik budaya daerah merupakan hal berharga yang saya dapatkan lewat Kombi. Kerinduan saya, setiap peladang (termasuk saya sendiri) dapat lebih mengangkat permasalahan khusus daerahnya. Hal-hal itu mungkin sederhana dan terlewatkan oleh kebanyakan orang, namun dapat membangun Indonesia dan memuliakan Allah yang telah menghadirkan kita di Indonesia. ~ Monalisa Malelak, Kupang, Nusa Tenggara Timur

Di Kombi, menulis adalah menyetrum. Ketika seseorang tersetrum, sejumlah besar elektron melesat cepat dalam sekejap. Dalam sekejap pula tulisan 600 kata bisa dilahap pembaca dari awal sampai akhir. Juga, tersetrum itu menyakitkan. Membaca tulisan Kombi, karena sifatnya yang memperbaiki dan menegur, mungkin menyakitkan. Namun, oleh karena setrumlah, sebuah kota bisa bergerak. Nah, peladang-peladang Kombi pun menghasilkan tulisan dalam beragam tajuk namun satu maksud: membuat bangsa, Gereja, dan dunia bergerak. Selamat ulang tahun kedua, Kombi. Tetaplah menyetrum. ~ Victor Samuel, Stockholm, Swedia

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *