Salam sejahtera dan salam merdeka di bulan delapan 2013, Sidang Pembaca!
Pada bulan “keramat” bangsa Indonesia ini, Komunitas Ubi (Kombi) turut larut dalam hiruk-pikuk kegembiraan seiring Sang Merah Putih berkelepak megah di seantero negeri. Tak mau bertangan hampa, lima peladang menggubah lima tulisan sarat ilham tentang pencapaian akbar orang Nusantara di masa lampau dengan cerminannya ke masa kini.
Ada banyak pencapaian orang Nusantara di era-era lalu, tapi kali ini Kombi memilih mengetengahkan yang jarang dibicarakan atau dipikirkan. Tujuannya tak lain dari memurupkan semangat bangsa di usia kemerdekaan ke-68, di tengah persoalan multidimensi, lewat tinjauan cerdas ke belakang untuk menapak bijak ke depan.
Ke Madagaskar, pulau jauh di kaki Benua Afrika, orang Nusantara berlayar di zaman silam lantas membangun kerajaan dan peradaban jaya di sana. Viona Wijaya takjub merenungkan pencapaian penaklukan samudera itu lalu menantang orang Indonesia masa kini untuk berani menjelajahi “lautan” peluang kemajuan dan kemashuran yang terbentang luas bagi bangsa.
Di Sriwijaya, di Pulau Sumatera, orang Nusantara menggelar perguruan tinggi (agama Budha) yang unggul, bergengsi, dan berkelas dunia. Efraim Sitinjak kagum menelaah pencapaian pendidikan itu lalu mengimbau orang Indonesia masa kini untuk memacu diri jadi bangsa yang mapan dan disegani dalam hal keterpelajaran.
Dari Tanah Bugis di Pulau Sulawesi orang Nusantara menyusun epos yang tergolong terpanjang sejagat hingga ditabalkan jadi ingatan dunia: I La Galigo. Yulius Tandyanto berbinar menyimak baris-baris pencapaian sastra itu lalu menggugah orang Indonesia masa kini untuk menggubah karya-karya literatur bermutu yang dapat memengaruhi pemikiran dunia.
Di Ternate, pulau kecil di Maluku, orang Nusantara mendirikan kesultanan yang melebarkan kuasa sampai ke “72 negeri.” Lasma Panjaitan terpukau membayangkan pencapaian kejayaan itu lalu mendorong orang Indonesia masa kini serius mengelola dan memanajemen potensi negeri untuk merengkuh kesejahteraan dan kemashuran.
Ke Pulau Sumatera dan Pulau Papua, ke Pulau Kalimantan dan Pulau Rote, orang Nusantara meluaskan wilayah-bersama setelah bahu-membahu mendirikan satu bangsa: Indonesia. S.P. Tumanggor terpesona menilik pencapaian kebangsaan itu lalu menyerukan agar orang Indonesia masa kini tetap mengacu pada keseharkatan demi panjangnya umur Indonesia Raya di jagat.
Segala pencapaian akbar itu terekam rancak dalam sejarah, dan kapasitas untuk mencapainya tetap terpendam dalam darah-daging orang Nusantara. Yang menjadi pekerjaan rumah bangsa Indonesia di usia kemerdekaan ke-68 adalah: mengusahakan peleluasaan kapasitas itu untuk mengukir pencapaian-pencapaian akbar lagi di zaman sekarang dan mendatang. Dirgahayu Indonesia! Dirgahayu orang Nusantara!
Selamat ber-Ubi.
Penjenang Kombi