Oleh Samsu Sempena
Bagi kebanyakan kita, kawasan Padang Bindu, Sumatera Selatan, sepertinya belum masuk daftar lokasi yang perlu dikunjungi. Padahal kawasan ini punya daya tarik istimewa, karena di seluruh Pulau Sumatera baru di sinilah didapati gua prasejarah yang memiliki gambar cadas (garca). Dinding Gua Harimau, nama gua prasejarah itu, dihiasi puluhan garca berusia kira-kira 1.000-3.000 tahun.1 Semenjak garca ini ditemukan, kawasan Padang Bindu jadi lebih ramai dikunjungi wisatawan dalam dan luar negeri.
Garca Sumatera, bersama semua garca lain di Nusantara dan dunia, dapat kita pandang sebagai desain grafis pada media cadas. Dengan begitu, garca menjadi pendahulu dari desain-desain grafis terkini berupa logo, rambu-rambu, sampul buku, sampul album musik, dll. Jika dikerjakan dengan cakap, semua itu dapat tahan lama—seperti garca—dalam hal waktu dan dalam ingatan kita. Ketahanannya ini, dan juga mutunya, dapat berdampak membantu perkembangan masyarakat/bangsa ke arah yang lebih baik.
Dari garca Sumatera kita dapat mendulang beberapa pelajaran tentang desain grafis yang tahan lama dan dampaknya bagi masyarakat/bangsa.
Pertama, garca yang tahan lama memerlukan persiapan sebaik mungkin. Para leluhur pastilah tidak asal menggambar tetapi mempersiapkan dulu rancangan gambar yang akan mereka buat. Pemilihan lokasi menggambar di Gua Harimau pun tentunya telah dipertimbangkan sebelumnya. Belum lagi alat gambar berupa batu merah (hematit) yang perlu dipersiapkan dulu dengan cara dipanaskan supaya mencair.2
Membuat desain grafis yang tahan lama juga perlu persiapan matang. Desainer grafis harus melakukan proses curah ide dalam mengolah gambar penyampai pesan/kesan yang diinginkannya. Persiapan matang seperti ini jelas melatih bangsa untuk tidak serampangan bekerja dan mahir berpikir kreatif. Ini baik bagi si desainer dan bagi masyarakat umum yang akan menikmati karya bagusnya itu. Bayangkan jika sampul dan tata letak buku pelajaran didesain dengan persiapan sebaik mungkin. Itu bisa turut menggugah minat belajar siswa/mahasiswa.
Kedua, garca yang tahan lama menggunakan motif-motif yang mudah diingat masyarakat. Berbeda dengan garca Nusantara lainnya, garca di Gua Harimau (sejauh yang kini ditemukan) bermotif non-figuratif seperti garis lurus, garis lingkaran konsentrik, jala tumpal, garis lengkung sejajar, dsb.3 Gambar-gambar ini mudah diingat karena wujudnya yang sederhana dan digunakan secara konsisten sehingga gampang melekat dalam ingatan masyarakat.
Desain grafis yang mudah diingat memang akan bertahan lama. Tidak heran desain rambu-rambu petunjuk berkendaraan di jalan raya dibuat sesederhana mungkin dan konsisten dengan suatu standar yang telah dibakukan.4 Desain rambu-rambu lalu lintas ini menegaskan bagaimana desain bermanfaat bagi ketertiban dan keamanan masyarakat.
Ketiga, garca yang tahan lama pastilah bertujuan. Bukan kebetulan jika garca-garca Gua Harimau ditemukan di lokasi yang sama dengan makam-makam manusia prasejarah. Arkeolog menafsirkan bahwa garca menjadi bagian ritual penguburan untuk melancarkan perjalanan arwah orang yang sudah meninggal.5 Jadi, garca bertujuan, antara lain, memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat prasejarah.
Desain grafis yang tahan lama pun haruslah bertujuan. Kita mudah mendapati contoh-contohya di sekitar kita: logo-logo organisasi besar seperti PMI, PLN, Pos Indonesia, dsb. yang bertujuan memudahkan ingatan masyarakat terhadap visi, misi, dan layanan yang mereka sediakan. Desain grafis Garuda Pancasila tahan lama karena bertujuan menjadi lambang negara dan mengusung ideologi Pancasila.6 Desain logo dan lambang dapat mengokohkan identitas organisasi bahkan bangsa.
Jelaslah bahwa gambar-gambar yang tahan lama sangat bisa berdampak baik bagi masyarakat/bangsa. Maka kita berharap agar gambar-gambar desain yang dibuat generasi kita pun dapat menjadi seperti garca Sumatera di Gua Harimau: menembus abad-abad untuk mengilhami generasi mendatang.
Rasa-rasanya Padang Bindu sudah harus dimasukkan dalam daftar lokasi yang perlu kita kunjungi.
.
Samsu Sempena adalah seorang praktisi teknologi yang bermukim di DKI Jakarta.
.
Catatan
1 “Peneliti temukan 34 motif lukisan di dinding gua harimau” dalam situs National Geographic. <http://nationalgeographic.co.id/berita/2014/06/peneliti-temukan-34-motif-lukisan-di-dinding-gua-harimau>.
2 “Lukisan Gua Prasejarah di Indonesia” dalam situs Wacana Nusantara. <http://www.wacananusantara.org/lukisan-gua-prasejarah-sebuah-simbol-kehidupan-manusia-pada-zaman-prasejarah/>.
3 Adhi Agus Oktaviana dan Pindi Setiawan. “Pola Gambar Cadas di Gua Harimau” dalam situs Academia. <http://www.academia.edu/10693521/pola_gambar_cadas_di_situs_gua_harimau_sumatera_selatan>.
4 “Apa itu Rambu Lalu Lintas?” dalam situs Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat. <http://dishub.jabarprov.go.id/inc/data/info/350>.
5 “47 Gambar Cadas Goa Harimau Teridentifikasi” dalam situs Kompas. <http://sains.kompas.com/read/2014/07/24/20032321/47.Gambar.Cadas.Goa.Harimau.Teridentifikasi>.
6 Sebagaimana diungkapkan dalam Undang-undang Republik Indonesia nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. UU ini dapat diakses di, antara lain, situs Badan Bahasa Kemdikbud. <http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/UU_2009_24.pdf>.