Oleh Helminton Sitanggang
Di Jakarta, apabila lalu lintas jalanan padat, saya memilih naik ojek untuk pergi ke suatu tempat. Saya perhatikan kebanyakan sepeda motor yang digunakan tukang ojek bermerek Honda. Rupanya sepeda motor Honda telah menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia. Sebagai gambaran, menurut data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), dalam periode Januari-Mei 2015 penjualan sepeda motor Honda adalah sebanyak 1.778.369 unit atau 72,76% dari jumlah total penjualan sepeda motor di Indonesia.1
Sukses itu merunut jejaknya kepada kinerja perintisan Soichiro Honda yang lahir di tengah keluarga sederhana pada tahun 1906 di Shizuoka, Jepang. Di usia 15 tahun, Honda sudah akrab dengan dunia otomotif lantaran bekerja di sebuah bengkel besar di Tokyo. Di usia 21 tahun, ia sudah memimpin sebuah bengkel otomotif di Hamamatsu.2 Perusahaan Motor Honda, yang kini berjaya di dunia, adalah buah perintisannya dengan bekal berani bermimpi dan tekun belajar. Kedua hal ini dapat kita teladani di Indonesia agar sukses merintis usaha, karir, ataupun karya.
Mimpi Soichiro Honda untuk membuat mobil berawal di masa kecilnya, saat ia pertama kali melihat mobil melintas di desanya. “Ketika itu,” katanya, “saya lupa segalanya. Saya kejar mobil itu dan berhasil bergayut sebentar di belakangnya. … Mungkin pada saat itulah di dalam hati saya timbul keinginan untuk kelak membuat mobil.”3 Karena mimpi itulah Honda berani meninggalkan desanya di usia remaja dan merantau ke Tokyo.
Mimpi membuat Honda tidak lekas puas. Setelah sukses dengan bengkelnya, ia mendirikan dan memimpin perusahaan Tokai Seiki yang membuat mesin untuk pesawat udara dan kapal laut.4 Mimpi juga mendorongnya berpikir kreatif. Terilhami oleh temannya, pada tahun 1946 ia berhasil memanfaatkan generator radio bekas sebagai penggerak sepeda—temuan yang kemudian bertransformasi menjadi sepeda motor.5 Di tahun 1960, ia akhirnya berhasil mewujudkan mimpi membuat mobil.6
Orang Indonesia pun harus berani bermimpi besar jika hendak sukses merintis sesuatu. Mimpi besar adalah bekal kita untuk berani meninggalkan zona nyaman dan mewujudkan mimpi itu. Mimpi dapat menggugah hati dan pikiran kita untuk tidak lekas puas dan terus berpikir kreatif, membuat sesuatu yang tidak ada menjadi ada dan sesuatu yang mustahil menjadi mungkin.
Honda tidak hanya bermimpi, ia juga tekun belajar. “Kalau saya menengok kembali ke belakang,” katanya, “…. walaupun saya sering membuat kesalahan dan kegagalan, tetapi semua itu tidak pernah disebabkan oleh hal yang sama. Saya tidak pernah mengulangi kesalahan dan selalu berusaha sekuat mungkin untuk memperbaiki diri. Dalam hal itu saya berhasil.”7 Riwayat hidupnya membuktikan perkataannya.
Selama bekerja sebagai montir, Honda selalu bersemangat memperbaiki mesin mobil ataupun motor agar menguasai ilmu mesin. Tak heran di usia 18 tahun ia mampu memperbaiki sendiri mesin mobil damkar. Ia juga pembelajar ulet. Agar bisa membuat piston, ia belajar menuang logam sendiri hingga pukul 02:00-03:00 setiap hari. Ia juga tidak malu menjadi mahasiswa “tua” di perguruan tinggi demi menguasai keahlian membuat piston.8
Jika hendak sukses merintis sesuatu, selain bermimpi, orang Indonesia juga harus membekali diri dengan ketekunan belajar. Beragam masalah dalam perintisan dapat menjadi sarana belajar yang efektif asalkan kita gigih menanganinya. Sikap ulet dan tidak malu-malu mencoba sesuatu akan menjadikan kita terasah dan ahli. Seperti kata pepatah, “Alah bisa karena biasa.”
Soichiro Honda tutup usia pada tahun 1991. Namun semangatnya yang mengkristal dalam slogan “Kekuatan Mimpi”9 dilanjutkan oleh para penerusnya. Kekuatan mimpi itulah yang membuat perusahaan Honda hingga kini terus mengeluarkan produk-produk inovatif yang digemari oleh pecinta otomotif. Salah satunya adalah mobil tanpa emisi yang amat ramah lingkungan.10
Kemampuan Honda merintis merek besar tentu berada dalam jangkauan orang Indonesia pula. Dengan bekal berani bermimpi dan tekun belajar, kita bisa sukses merintis usaha, karir, atau karya. Saya pikir tidaklah mustahil kalau di masa depan nanti kita bisa naik ojek buatan Indonesia dan bermerek khas Indonesia.
.
Helminton Sitanggang adalah seorang pegawai BUMN di bidang pertambangan yang bermukim di DKI Jakarta.
.
Catatan
1 “Data Lengkap Penjualan Motor Mei 2016; Honda Kuasai Pasar, Suzuki Naik!” dalam situs Otomotifnet. <http://otomotifnet.com/Motor/Bisnis/Data-Lengkap-Penjualan-Motor-Mei-2016-Honda-Kuasai-Pasar-Suzuki-Naik>.
2 “Honda Soichiro: Japanese Businessman” dalam situs Encyclopedia Britannica. <https://www.britannica.com/biography/Honda-Soichiro>.
3 ”Soichiro Honda, Mantan ‘Kacung’ Genius” dalam situs Intisari. <http://intisari-online.com/Travelling/Book/Soichiro-Honda-Mantan-Kacung-Genius>.
4 “Honda Soichiro: Japanese Businessman”, Encyclopedia Britannica.
5 “Encounter with a Cast-off Military Surplus Engine: The ‘Dream’ Starts Here” dalam situs Honda Worldwide. <http://world.honda.com/history/limitlessdreams/encounter/index.html>
6 “Soichiro Honda” dalam situs New World Encyclopedia. <http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Soichiro_Honda>
7 “Soichiro Honda, Mantan ‘Kacung’ Genius”, Intisari.
8 “Soichiro Honda, Mantan ‘Kacung’ Genius”, Intisari.
9 “Secara internasional slogan ini berbunyi “The Power of Dreams”.
10 Lihat “First Honda Clarity Fuel Cell Arrives in Europe” dalam situs Honda Worldwide. <http://world.honda.com/worldnews/2016/4161129Clarity-Fuel-Cell-Arrives-Europe.html>.
“Mimpi membuat Honda tidak lekas puas.” Sepenggal kalimat ini sangat bagus karena memang mimpilah yang dapat membuat kita terus bergerak maju dan maju. Mantap, Bang Helmi.