Oleh Helminton Sitanggang
Setelah lulus kuliah dari jurusan pertambangan di sebuah PTN di Bandung, saya bekerja di salah satu BUMN tambang yang berkantor pusat di Jakarta. Profesi sebagai insinyur tambang memungkinkan saya berjelajah ke beberapa tambang di Indonesia—khususnya tambang emas. Penjelajahan itu membuat saya terkesan sekaligus bangga memiliki tanah air yang amat kaya. Dengan pengelolaan yang baik, pusaka tambang Nusantara akan menjadi bekal kesejahteraan masyarakat kita turun-temurun.
Pada tahun 2007, memenuhi penugasan kantor, saya berjelajah ke tambang emas Pongkor di Bogor, Jawa Barat. Di sana bijih emas terbentuk di dalam perut gunung, jauh dari permukaan tanah, sehingga harus dicapai dengan menyusuri terowongan yang gelap dan sempit. Walau terowongan sudah dipasangi lampu, saya dan para penambang tetap harus menyalakan lampu pada helem kami. Saya mendapati bahwa di perut bumi yang gelap sekalipun nusa kita amatlah kaya.
Mendapat tugas belajar pada tahun 2010, saya berjelajah ke tambang emas Gosowong di Pulau Halmahera, Maluku Utara. Selama beberapa hari di sana saya mempelajari proses pengolahan bijih emas dari bongkahan batu hingga menjadi produk. Para operator cakap menjalankan mesin berteknologi canggih sehingga tambang ini menjadi salah satu produsen emas terbesar di Indonesia. Saya pikir keahlian memang syarat mutlak bagi keefektifan pengelolaan kekayaan nusa kita.
Pada tahun 2014, saya ditugasi perusahaan untuk berjelajah ke tambang emas Martabe di Batangtoru, Sumatera Utara. Walau baru beroperasi waktu itu, manfaat tambang ini sudah terlihat dari kondisi Bandara Pinangsori, jalan raya setempat yang sangat baik, dan banyaknya pekerja yang adalah warga setempat. Saya kagum dan mengaminkan bahwa kekayaan nusa seyogyanya menjadi pelopor kesejahteraan masyarakat sekitar.
Di tahun 2016, saya dikirim perusahaan untuk berjelajah ke tambang emas Toka Tindung di Likupang Timur, Sulawesi Utara. Selain cadangan emasnya besar (40 ton), tambang ini juga unik karena terletak sangat dekat dengan laut. Saat berada di puncak bukitnya, saya terkesima melihat indahnya gugusan pohon kelapa di tepi pantai dan birunya air laut. Saya simpulkan bahwa kekayaan nusa harus sebisa-bisanya dikelola tanpa merusak alam.
Semua pulau yang saya sebutkan di atas sesungguhnya tak hanya mengandung emas, namun juga bahan tambang lain seperti perak, nikel, tembaga, minyak, gas alam, dan panas bumi. Dan pulau-pulau Indonesia lainnya juga mempunyai kekayaan tambang yang berlimpah. Kini Indonesia adalah negara dengan cadangan emas terbesar kedua di dunia dan pemanfaat panas bumi terbesar ketiga di dunia untuk sumber energi listrik. Sungguh hebat potensi kekayaan nusa kita!
Selain ke pulau-pulau di Indonesia, saya juga pernah berjelajah ke tambang emas di Australia pada tahun 2010 dalam rangka studi banding. Di sana saya mendapati pengelolaan tambang yang sudah sangat maju, mulai dari teknologi pengolahan, pengendalian dampak pencemaran lingkungan, hingga program pengembangan masyarakat. Australia bahkan memiliki museum emas di bekas tambang emas yang mashur sebagai tujuan wisata.
Dengan keinginan kuat untuk terus belajar dan dengan kinerja baik, pengelolaan pusaka tambang kita juga tentunya akan bisa maju secara serupa. Pusaka tambang memang akan habis suatu saat kelak karena sifatnya yang tak terbarukan. Jadi, kita perlu memastikan bahwa kalaupun habis nanti, pusaka itu telah kita kelola semaksimal mungkin untuk menjadi bekal kesejahteraan bagi generasi kini dan generasi selanjutnya.
Ya, kita patut bersyukur atas segala pusaka tambang yang merupakan kekayaan nusa kita. Saya pun secara khusus bersyukur karena berkesempatan menjelajahi tambang-tambang itu—bukan hal yang bisa/mudah dilakukan oleh setiap orang. Dengan berjelajah, saya jadi semakin mengapresiasi dan mencintai Nusantara. Dan reaksi yang sama dapat timbul di hati setiap kita pula manakala kita menjelajahi tanah air yang kaya dan luas ini—entah di tambang-tambangnya atau di lokasi-lokasi lainnya.
Helminton Sitanggang adalah seorang pegawai BUMN di bidang pertambangan yang bermukim di DKI Jakarta.