Oleh Samsu Sempena
Kerajaan (atau Kekaisaran) Romawi, yang pernah berkuasa selama setengah milenium, bermula pada abad VIII SM di suatu perkampungan kecil saja di pantai barat Semenanjung Italia. Romawi mulai menjadi kerajaan di abad V SM dan berkembang menjadi kekaisaran terkuat di dunia dari abad I SM sampai abad V M. Walau lama berkuasa atas kawasan luas Mediterania, Eropa Barat, Asia Kecil, Afrika Utara, dan sebagian Eropa, sejarah memberitahu kita bahwa Romawi akhirnya runtuh juga.1
Selama masa jayanya, Romawi yang adikuasa menghasilkan berbagai inovasi penting bagi peradaban. Mereka membangun saluran air dan jalan penghubung antarkota yang sebagian darinya masih digunakan di Eropa masa kini. Mereka juga mengembangkan semen dan beton, yang membuat bangunan kokoh seperti Pantheon dan Colosseum masih dapat kita saksikan hingga hari ini, serta bentuk-bentuk awal surat kabar, jilid buku, dan jaminan kesejahteraan.2
Di samping semua itu, Romawi membangun kekuatan militer hebat yang terstruktur, terlatih, terdisiplin, dan tertunjang dengan sangat baik.3 Ditambah sistem logistik dan perlengkapan perang yang ampuh, hal-hal itu memampukan Romawi meluluhlantakkan kerajaan-kerajaan lain di tiga benua dan berkuasa selama setengah milenium. Menariknya, kuasa Romawi, dan juga keruntuhannya, telah dinubuatkan Alkitab—tepatnya dalam Kitab Daniel pasal 2 yang menceritakan mimpi Nebukadnezar, raja Babel.
Dalam mimpinya, sang raja melihat patung manusia besar yang berkepala emas, berlengan dan berdada perak, berperut dan berpaha tembaga, serta berkaki besi dan tanah liat. Nabi Daniel kemudian menerangkan bahwa semua bagian tubuh itu melambangkan kerajaan-kerajaan adikuasa yang sedang dan akan berkuasa di bumi. (Romawi dilambangkan oleh bagian kaki.) Patung besar itu—lambang seluruh kuasa bangsa-bangsa—akhirnya hancur dihantam sebuah batu yang melambangkan Kerajaan Allah.4
Nubuat tersebut menegaskan bahwa Kerajaan Allah lebih berkuasa dari segala bangsa adikuasa dunia. Walau begitu, tidak dapat kita mungkiri bahwa tindak-tanduk bangsa-bangsa adikuasa pasti punya dampak (entah buruk atau baik) terhadap seluruh dunia, termasuk terhadap umat Allah. Contohnya mudah kita temukan dalam sejarah.
Beberapa kali dalam masa kekuasaannya, Romawi menganiaya dan membunuhi orang Kristen, termasuk para rasul seperti Petrus dan Paulus, karena imannya.5 Bahkan Kristus pun disalibkan di bawah pemerintahan Pontius Pilatus, gubernur Romawi untuk wilayah Yudea.
Di masa kini, umat Kristen di beberapa bagian dunia pun dianiaya atau dibunuh oleh kuasa-kuasa setempat, atau diolok-olok di negeri “pasca-Kristen” seperti Inggris dan AS yang adikuasa—semua karena imannya. Keadaan ini menunjukkan kecenderungan bangsa-bangsa melawan Allah dan Kristus (Mzm. 2:2).
Di sisi lain, keseriusan Kerajaan Romawi melindungi warganegaranya pernah membuat Rasul Paulus terhindar dari pembunuhan—sebab ia memegang kewarganegaraan Romawi (Kis. 23:27). Selain itu, orang Kristen di masa lalu pun ikut memanfaatkan hasil peradaban Romawi, antara lain dengan memakai jalan-jalan yang dibangun Romawi untuk menyiarkan Injil.6
Di masa kini, negara-negara adikuasa pun sangat melindungi hak-hak warganya. Warga negara AS, misalnya, menikmati kebebasan hidup dan jaminan sosial yang membuat iri bangsa-bangsa lain. Selain itu, teknologi komunikasi atau transportasi canggih yang dikembangkan negara-negara maju juga dimanfaatkan umat Kristen untuk mengembangkan gereja dan mewartakan Injil.
Pada akhir abad IV M Romawi yang berkuasa setengah milenium itu akhirnya runtuh. Militernya yang hebat tak mampu membendung serbuan bangsa-bangsa Jermanik barbar sehingga daerah jajahannya terus berkurang. Seiring dengan itu perekonomiannya juga melemah, tenaga kerjanya berkurang (karena kekurangan pasokan budak), dan kekayaannya digerogoti korupsi.7
Kuasa bangsa-bangsa, sebesar apa pun, memang tidak kekal seperti kuasa Allah. Kejayaan Romawi menunjukkan bahwa manusia atau suatu bangsa dapat meraih kekuasaan sebesar-besarnya namun tidak untuk selama-lamanya. Maka pengharapan hidup kita bukanlah berdasarkan kuasa fana bangsa-bangsa melainkan kuasa abadi Allah, yang kelak mewujudkan pemerintahan adil, benar, dan menyejahterakan bagi umat manusia.
Tak heran Kristus mengajari kita berdoa kepada Allah, Sang Bapa, “Datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga … Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya” (Mat. 6: 10, 13).
Samsu Sempena adalah seorang praktisi teknologi yang bermukim di DKI Jakarta..
Catatan
1 “Ancient Rome” dalam situs History. <http://www.history.com/topics/ancient-history/ancient-rome>.
2 Evan Andrews. “10 innovations that built ancient Rome” dalam situs History. <http://www.history.com/news/history-lists/10-innovations-that-built-ancient-rome>.
3 Mark Cartwright. “Roman Warfare” dalam situs Ancient History Encyclopedia. <https://www.ancient.eu/Roman_Warfare/>.
4 Lihat Daniel 2 tentang mimpi Nebukadnezar. Daniel adalah nabi Israel yang menubuatkan keruntuhan Babel pada abad V SM.
5 Eusebius Pamphilius. “The Persecution under Nero in which Paul and Peter were Honored at Rome with Martyrdom in Behalf of Religion” dalam situs Bible Hub. <http://biblehub.com/library/pamphilius/church_history/chapter_xxv_the_persecution_under_nero.htm>.
6 Jack Wellman. “How Did The Existence Of The Roman Empire Help The Spread Of Christianity” dalam blog Christian Crier dalam situs Patheos. <http://www.patheos.com/blogs/christiancrier/2016/12/26/how-did-the-existence-of-the-roman-empire-help-the-spread-of-christianity/>.
7 Evan Andrews. “8 reasons why Rome fell” dalam situs History. <http://www.history.com/news/history-lists/8-reasons-why-rome-fell>.