Khidmat di Arus Sungai

Oleh Ebenhard Marpaung

Upacara bendera adalah kekhidmatan—terlebih lagi upacara bendera pada tanggal 17 Agustus yang memperingati kemerdekaan RI. Segala mata acaranya dirancang untuk dijalankan dan diikuti dengan khidmat. Pembukaan UUD 1945 dibacakan dan didengarkan dengan khidmat. Bendera Merah Putih dinaikkan dengan khidmat dan lagu Indonesia Raya dinyanyikan dengan khidmat. Seluruh petugas upacara dan seluruh peserta upacara menjalankan dan mengikuti semuanya dengan khidmat.

Segala kekhidmatan itu merupakan tanggapan hormat terhadap kemerdekaan Indonesia yang diraih dengan harga mahal. Selama upacara, sikap tubuh yang statis—berdiri tegak tanpa bergerak—mewujudkan kekhidmatan di tengah zaman dan situasi yang berubah-ubah secara dinamis. Kestatisan dalam kedinamisan itu secara khusus sangat menonjol dalam upacara-upacara bendera unik yang diselenggarakan di sungai.

Pada tahun 2016 puluhan warga Kelurahan Aur, Medan, Sumatera Utara, memperingati kemerdekaan RI dengan berupacara bendera di tengah Sungai Deli. Karena air sungai mengalir sedemikian deras, tali tambang pengaman sampai harus dibentangkan agar tak ada peserta upacara yang terbawa arus. Namun, derasnya arus tidak menyurutkan mereka berupacara bendera dengan khidmat.1

Setahun berselang, sekelompok warga Kelurahan Semarapura Kangin, Klungkung, Bali, memperingati kemerdekaan RI secara serupa dengan berupacara bendera di Sungai Unda. Di sungai yang beken dengan tiga undak dam ini peserta upacara membentuk tiga pasukan, yaitu pasukan 17, 8, dan 45.2 Di undak kedua mereka berupacara bendera dengan khidmat sementara air sungai tercurah deras dari undak pertama dan mengalir melalui kaki-kaki mereka.3

Sungai memang punya peran besar dalam peradaban bangsa kita. Sudah sejak lama sekali orang Indonesia gemar menetap berdekatan dengan sungai. Kemudahan bercocok tanam, kemungkinan mendapatkan ikan, dan ketersediaan air adalah sebagian alasannya.Bukan kebetulan Jambi, Pontianak, Solo, dan banyak kota lain di Indonesia berkembang dari permukiman-permukiman di dekat aliran sungai.

Dalam upacara bendera di sungai, kekhidmatan statis di tengah arus yang dinamis itu mengajari kita setidaknya tiga hal penting. Pertama, kita harus “statis” memegang teguh ide-ide keindonesiaan yang telah disepakati oleh para pendahulu kita. Ide-ide itulah yang mereka perjuangkan dalam peristiwa-peristiwa penting seperti Sumpah Pemuda 1928 (dengan formulanya tentang “satu” nusa, bangsa, dan bahasa”), proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, serta perumusan Pancasila dan UUD 1945.

Kedua, kestatisan memegang teguh ide-ide keindonesiaan itu kita lakukan di tengah dinamika zaman Dari dulu hingga kini ada berbagai peristiwa atau paham yang menjadi “arus” penerpa atau penentang ide-ide keindonesiaan. Separatisme atau radikalisme, misalnya, menggerus dan menggoyang keguyuban bangsa. Kita tentu tidak ingin bangsa kita hanyut dan terjungkal oleh “arus” semacam itu.

Ketiga, statis tidak selalu berarti pasif—sebab para petugas dan peserta upacara harus aktif berjalan atau bertahan berdiri melawan arus. Kita mesti aktif mewaspadai dan menanggulangi “arus” yang tidak bersahabat dengan ide-ide keindonesiaan. Kita bisa melakukannya dengan, misalnya, mengkaji ide-ide keindonesian dalam konteks kekinian, bergaul lintas suku dan agama, dan mengejar prestasi di lahan kerja masing-masing sehingga memajukan negara secara umum.

Setelah berupacara bendera di Sungai Deli, tawa segera meliputi para peserta sewaktu mereka mengikuti lomba-lomba khas 17 Agustus.4 Sementara itu sebagian peserta upacara bendera di Sungai Unda menghambur dari undak kedua ke undak ketiga sebagai ungkapan rasa gembira.5 Memang sudah selayaknya mereka bersukacita merayakan kemerdekaan negeri bersungai-sungai di kepulauan indah yang dengan bangga kita sebut “tanah air”.

Ya, kekhidmatan terhadap keindonesiaan memang seharusnya meluapkan sukacita atas keindonesian. Biarlah ini selalu nyata dalam setiap upacara bendera, khususnya pada tanggal 17 Agustus, di seantero tanah air.

Ebenhard Marpaung adalah seorang karyawan perusahaan telekomunikasi yang bermukim di DKI Jakarta.

Catatan

1 ”Warga Kampung Aur Medan upacara HUT RI di Sungai Deli” dalam situs Merdeka <https://www.merdeka.com/peristiwa/warga-kampung-aur-medan-upacara-hut-ri-di-sungai-deli.html>; Segitiga Info. “Upacara Bendera Tengah Sungai” dalam situs YouTube. <https://www.youtube.com/watch?v=7-63g3b2ZHw>.

2 ”Uniknya Merayakan Hari Kemerdekaan di Sungai Unda” dalam situs Radar Bali. <https://radarbali.jawapos.com/read/2017/08/18/8201/uniknya-merayakan-hari-kemerdekaan-di-sungai-unda>. Angka-angka 17, 8, dan 45 merujuk kepada tanggal kemerdekaan Indonesia dan sekaligus menunjukkan jumlah peserta dalam masing-masing kelompok itu.

3 NET. Biro Bali. “Upacara Penaikan Bendera di Atas Sungai” dalam situs YouTube. <https://www.youtube.com/watch?v=dFU99PjmNNw>.

4 “Warga Kampung Aur Medan upacara HUT RI di Sungai Deli”, Merdeka.

5 NET. Biro Bali, YouTube.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *