Muda

Salam di bulan kesepuluh 2018, rekan pembaca!

Ketika kawula muda berkumpul, hal-hal besar bisa terjadi. Itu terbukti dari kisah kawula muda Nusantara di tahun 1920-an. Bergiat dalam perkumpulan-perkumpulan, mereka menggelar dua kongres pemuda di Batavia (masing-masing pada tahun 1926 dan 1928) dan menggalang kesatuan lintas suku, daerah, dan agama. Hasilnya fenomenal: Sumpah Pemuda 1928 yang merintis jalan bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Kini, di arus zaman yang mendorong kawula muda untuk bersenang-senang dan berdangkal-dangkal saja, kisah mereka dan perkumpulan-perkumpulan mereka mengilhamkan kerja keras dan kedalaman berpikir. Maka di bulan peringatan Sumpah Pemuda ini Komunitas Ubi (Kombi) hendak mengelu-elukan sepak terjang mereka lewat cerita tentang perkumpulan-perkumpulan pemuda yang menjadi peserta Kongres Pemuda II 1928.

Para pemuda 1928 mengunjukkan diri sebagai para pendobrak muda. Lewat cerita tentang Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Jong Islamieten Bond, dan Pemuda Indonesia, Herdiana Situmorang dan Victor Sihombing mengunjukkan gebrakan mereka dalam mendobrak rasa takut orang Nusantara terhadap penjajah atau rasa acuh tak acuh terhadap perjuangan kemerdekaan.

Para pemuda 1928 menampilkan diri sebagai para pemikir muda. Lewat cerita tentang Jong Sumatrenen Bond dan Jong Bataks Bond, Efraim Sitinjak menampilkan kehebatan mereka dalam memikirkan kebutuhan-kebutuhan bangsa untuk membentuk negara merdeka dengan melihat realitas Nusantara, permasalahannya kala itu, serta menemukan pemecahan masalahnya.

Para pemuda 1928 memperlihatkan diri sebagai para visioner muda. Lewat cerita tentang Jong Ambon dan Jong Celebes, S.P. Tumanggor memperlihatkan bagaimana mereka menerawang persatuan bangsa-bangsa Nusantara. Visi mereka melambung melintasi batas daerah, suku, dan agama untuk membentuk satu Indonesia.

Para pemuda 1928 menunjukkan diri sebagai para pelopor muda. Lewat cerita tentang Jong Java dan Pemuda Kaum Betawi, Helminton Sitanggang menunjukkan bagaimana mereka sendiri memelopori gerakan persatuan dan mengilhamkan persatuan kepada orang-orang Nusantara yang saat itu terkotak-kotak oleh daerah, suku, dan agama.

Dalam hal pergerakan dan pemikiran, para pemuda 1928 dan perkumpulan-perkumpulannya sangatlah menakjubkan. Kisah mereka tidak boleh sekadar menjadi kenangan sejarah yang indah dan mulia tapi tidak dihidupi dan direlevankan di zaman sekarang. Kawula muda Indonesia masa kini adalah penerus mereka selaku para pendobrak, pemikir, visioner, dan pelopor muda yang akan menjayakan nusa, bangsa, dan bahasa.

 

Selamat ber-Ubi

 

Komunitas Ubi