Filantropi Kristen

Salam sejahtera di bulan sebelas 2011, Sidang Pembaca!

Tidak sedikit orang Kristen yang hidup berkecukupan, bahkan berkelebihan, di Indonesia. Satu suku yang dianggap “memegang” perekonomian Indonesia malah memiliki banyak warga Kristen. Ini pastilah modal baik bagi umat Kristen untuk unjuk kedermawanan (filantropi) di tengah bangsa. Dengan modal itu, kita bisa berharap melihat bangsa maju seiring Gereja.

Sayangnya, kita tidak juga melihat kemajuan. Uang berlimpah di tangan umat Allah ternyata tidak dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran bangsa dan Gereja. Banyak kelompok Kristen memfokuskan dana titipan Allah ke lapangan gerejawi belaka, padahal lapangan sosial juga butuh banyak sekali sokongan. Lebih lagi, ketika difokuskan ke lapangan gerejawi, dana titipan itu sering kali tidak ditujukan bagi kemaslahatan Gereja Indonesia secara umum, tetapi bagi kejayaan “denominasi” sendiri. Maka terseoklah jalan filantropi Kristen di Indonesia.

Karena prihatin akan hal ini, empat peladang duduk menghadapi layar komputer dan mengetikkan ide-idenya.

Yulius Tandyanto menunjuk kepada filosofi mendasar tentang kebahagiaan sejati yang hadir dalam hubungan antarmanusia—ketika orang tidak berpusat pada dirinya sendiri atau materi. Kita mengecapnya ketika kita berbagi dengan sesama secara cerdik dan tulus. Yang belakangan ini diargumenkan Bagus berdasarkan perumpamaan tentang bendahara tak jujur yang sering membingungkan para pembaca Alkitab.

Viona Wijaya mengguncang pola pikir sebagian orang Kristen yang mematok Kerajaan Allah terbatas pada ranah gerejawi belaka. Inilah yang membuat banyak orang Kristen tak tergerak untuk menyalurkan uangnya ke ranah non-gerejawi. Namun, secara Alkitabiah, pemikiran macam itu tidak utuh. Bertumpu pada Matius 11:42, Viona memaparkan bahwa dana orang Kristen pun harus digunakan untuk usaha-usaha menegakkan keadilan dan kasih di tengah masyarakat.

Hendy Yang mengungkap fakta miris tentang kemiskinan yang melilit banyak orang Kristen di Indonesia. Kantong-kantong Kristen berperingkat atas di daftar daerah miskin Indonesia! Ini bergesekan langsung dengan fakta kaya rayanya sebagian gereja dan orang Kristen. Lewat dua ayat dari Kitab Taurat, Bayu menggedor pintu kalbu orang Kristen Indonesia untuk mengulurkan tangan secara khusus bagi saudara seiman-sebangsa.

S.P. Tumanggor menutup rentengan tulisan bulan ini dengan pelajaran dari pengalaman pribadi. Sewaktu belum menulis buku apa pun, sepasang suami istri AS sudah mengenali bakatnya dan menawari bantuan cari dana untuk menerbitkan buku. Lewat pengalaman ini, Tumanggor mengajak orang Kristen Indonesia meneladani filantropi orang (Kristen) Barat yang penuh wawasan dan kreatif.

Wawasan dan kekreatifan dalam berderma memang amat diperlukan. Tanpanya, dana besar yang dititipkan Allah kepada umat Kristen Indonesia tak akan tepat guna dan tepat sasaran. Hari ini umat Kristen Indonesia benar-benar perlu meninjau ulang pemahamannya tentang filantropi Kristen. Sudah tepatkah itu menurut Alkitab dan kebutuhan nyata masyarakat kita? Lewat tulisan-tulisan bulan ini, keempat peladang mengajak Anda menggumuli pertanyaan itu.

Selamat ber-UBI.

Kuncen Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *