Paskah: Inspirasi Melawan Ketakutan

Oleh Victor Sihombing

“Hai maut, di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” Kalimat inilah yang kita serukan sebagai orang Kristen di bulan perayaan Paskah. Kita mengingat kembali peristiwa dan berita  Paskah yang agung itu: Kristus mati dan bangkit untuk menyelamatkan kita dari dosa.

Pelayanan Kristus di daerah Galilea dan Yudea telah menimbulkan rasa tidak suka dan dengki di hati para pemuka agama Yahudi. Mereka pun memutuskan untuk menyingkirkan Dia. Usaha itu berhasil ketika pemerintah Romawi, atas desakan mereka, menggantung-Nya di kayu salib.

Setelah enam jam tergantung dan kehabisan darah, Yesus mati. Para tentara Romawi, para pemuka agama Yahudi, orang banyak, bahkan murid-murid-Nya sendiri menyaksikan Ia menghembuskan nafas terakhir. Banyak orang lalu berpikir bahwa Kristus bernasib sama seperti manusia lainnya: kisah hidup dan pelayanan-Nya berakhir ketika Ia mati.

Tetapi tiga hari kemudian kubur Kristus ditemukan kosong dan pasukan yang menjaga kubur tersebut sudah tidak ada di tempatnya. Banyak orang terkejut, sebagian bahkan mengembuskan desas-desus bahwa jenazah-Nya dicuri murid-murid-Nya. Namun, penampakan-Nya kepada sejumlah orang di waktu-waktu yang berbeda membuktikan bahwa Ia bangkit.

Semua murid Kristus, yang terserak dan bersembunyi ketakutan setelah Ia mati, berkumpul kembali. Setelah Roh Kudus turun ke atas mereka di hari Pentakosta, mereka bergerak dengan berani ke seluruh dunia untuk memberitakan kebangkitan Yesus. Kisah sejarah, yang awalnya akan ditutup dengan kisah kematian, menggema jadi kisah kebangkitan.

Dari peristiwa Paskah kita belajar bahwa kematian bukanlah akhir kisah manusia. Ancaman kematian telah kehilangan kengeriannya. Kebangkitan membuat kematian menjadi “sederhana.” Nilai ini penting untuk menyikapi apa yang terjadi dalam kehidupan kita sehari-sehari. Kematian bisa kita pandang sebagai perwakilan utama dari banyak ancaman lain yang merongrong hidup. Ancaman-ancaman yang menakutkan ini tidak bisa kita elakkan begitu saja, bahkan terkadang mempengaruhi cara kita hidup.

Bangku sekolah sesekali diisi oleh pelajar yang memalak dan menggertak. Pasar-pasar disusupi preman. Kantor pemerintahan dimasuki oknum yang gila duit agar semua urusan beres. Kita yang lemah memilih pasrah dan mengikuti kemauan mereka walau kadangkala kita dirugikan. Kita bahkan sudah menganggap wajar keberadaan mereka dalam masyarakat.

Ancaman-ancaman itu punya kekuatan luar biasa karena mampu membungkam kejujuran dan kebenaran. Kita yang diperlakukan sewenang-wenang enggan melapor kepada pihak berwajib karena takut malah direpotkan. Kita yang hidup jujur terpaksa berbohong supaya tidak disingkirkan. Suasana menakutkan ini jadi senjata untuk mengontrol hidup kita. Kita pun memilih untuk tidak peduli atau ragu-ragu memberikan dukungan terhadap perubahan.

Paskah bisa menjadi inspirasi dalam menghadapi semua ini. Kristus sudah mengalahkan ancaman ketakutan terbesar manusia, yaitu kematian. Fakta sejarah ini seharusnya mendorong kita untuk hidup  berani. Keadaan memang tidak serta-merta berubah. Kita tetap berpeluang menghadapi ancaman-ancaman dan itu bisa membuat hati kita gentar. Kita bisa kehilangan pekerjaan, teman, harta benda, bahkan nyawa. Semuanya bukanlah hal yang mengenakkan.

Ya, ancaman memang bisa merusak bahkan mematikan kehidupan. Tetapi Paskah menunjukkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam. Tuhan bekerja menghancurkan ancaman ketakutan dan membela orang yang benar. Saat Tuhan beraksi, tugas kita adalah bertekun untuk tidak takut dan mundur. Biarlah fakta kebangkitan Kristus memberi kita keberanian untuk mendukung usaha-usaha menegakkan keadilan dan kejujuran. Teguhnya keadilan dan kejujuran bisa meruntuhkan segala ancaman ketakutan.

Oleh karena itu, marilah kita saling menguatkan. Biarlah yang lemah mendapat kekuatan, dan yang lelah memperoleh semangat. Kalau kita gentar menghadapi ancaman sendirian, kita bisa membuat komunitas-komunitas untuk menumbuhkan keberanian kita. Kita bisa mencari kawan untuk sama-sama membangkitkan keberanian orang-orang di sekitar kita.

Keberanianlah yang bisa menghancurkan ancaman ketakutan. Keberanianlah yang bisa membuat hidup dijalani selayak-layaknya—dengan saling mengasihi dan menghargai tanpa saling menyerang atau menekan. Dalam kehidupan seperti ini kebenaran dan kejujuran dijunjung tinggi. Dan demi kehidupan seperti ini Kristus bangkit.

.

Victor Sihombing adalah seorang karyawan di bidang konstruksi fasilitas industri yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

.

One thought on “Paskah: Inspirasi Melawan Ketakutan

  1. yulius tandyanto

    Betul, kebangkitan baru berarti setelah melewati momen kematian. Tanpa kematian, sia-sialah kebangkitan. Di hadapan ancaman, kesulitan hidup, ketidakadilan, korupsi, dan sebagainya, kita menggeluti masalah kehidupan yang nyata. Di sini hati nurani kita digugah untuk mempertanyakan semua itu pada Sang Khalik. Dan kebangkitan memberi harapan dan keberanian untuk mewujukan sesuatu. Kekuatan kebangkitan pun menjadi nyata.

    Di sisi lain, kebangkitan pada dirinya sendiri tidaklah berarti tanpa kematian. Keberanian dan harapan menjadi jargon kosong ketika umat tidak mau ambil bagian dalam kematian. Tak sedikit mereka yang melarikan dalam ekstase kenikmatan spiritual. Mereka ada di dunia, tetapi mereka terpisah dari dunia. Dan mereka membangun teologinya sendiri yang dianggap cocok.

    Maka, umat harus bergelut dengan kematian agar ia menghayati kuasa kebangkitan!

    Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *