Olahraga dan Kebangsaan

Salam sejahtera di bulan sembilan 2013, Sidang Pembaca!

Sudah kerap dituturkan bahwa bendera Merah Putih bisa berkibar di mancanegara dalam dua peristiwa saja: kunjungan kenegaraan presiden RI atau kemenangan atlet Indonesia di suatu cabang olahraga. Yang belakang ini menegaskan kepada kita tentang kuatnya kaitan antara olahraga dan kebangsaan.

Komunitas Ubi (Kombi) memandang elok kaitan tersebut dan tergerak untuk mengupasnya, khususnya dalam rangka hari olahraga nasional yang diperingati tiap-tiap tanggal sembilan bulan sembilan. Lima peladang diturunkan untuk mempertandingkan telaahnya seputar olahraga dan pembangunan/pemashuran bangsa.

Robin Padilla menggamit kita balik ke Olimpiade Barcelona 1992, ke saat Susi Susanti berkalungkan medali emas dan berurai air mata sewaktu Indonesia Raya berkumandang dan bendera Merah Putih meninggi di tiang. Jutaan rakyat Indonesia lebur dalam nasionalisme bersama Susi, dan ini membuktikan betapa olahraga potensial untuk menggiring jiwa anak bangsa kepada penghayatan “bagimu negeri, kami mengabdi.”

Demi prestasi gemilang yang akan mengharumkan nama bangsa, kita harus terus mengorbitkan olahragawan/wati terandal ke segala arena dunia. Febroni Purba melihat jalan untuk itu tak lain dari proses regenerasi dan seleksi yang baik dan benar. Kalau regenerasi tandas, prestasi pun kandas; kalau seleksi atlet tidak adil, gelar juara pun nihil—dan nama bangsa pun gagal jadi buah bibir di antara bangsa-bangsa.

Ivan Sihombing unjuk gagasan menarik untuk mewujudkan Indonesia yang ramah olahraga. Suatu perangsang berolahraga, yakni imbal balik berbentuk uang tunai, diskon belanja, dsb., bisa diadakan pemerintah dalam kerja sama dengan, misalnya, pusat-pusat kebugaran. Dana untuk itu bisa saja diatur untuk dikucurkan dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang sudah akan digelar pemerintah dalam waktu dekat.

Atlet kulit hitam dari bermacam bangsa mampu mengukir pencapaian tertinggi di cabang-cabang olahraga beken di dunia. Silvia Reba dan S.P. Tumanggor “meraba” kemampuan serupa pada atlet-atlet kulit hitam Indonesia, khususnya yang berasal dari Papua. Sejarah sudah menyaksikan ketangguhan mereka di tingkat nasional dan internasional, dan sejarah pun harus menyaksikan keseriusan kita mengurus gudang atlet “mutiara hitam” Papua demi kejayaan negeri.

Ya, banyak usaha keras-kreatif harus dibuat jika kita ingin melihat olahraga terus memasok kebaikan bagi bangsa: menyehatkan masyarakat, mengharumkan nama negeri, memberi para atlet kepuasan jiwa karena berhasil mengerahkan yang terbaik dari mereka, dll. Usaha keras-kreatif itu jugalah yang akan memastikan kita bisa menatap Merah Putih lebih sering lagi berkelepak semarak di langit mancanegara via kemenangan-kemenangan laskar atlet kita. Majulah olahraga Indonesia!

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *