Visi Besar di Gunung Padang

Oleh Viona Wijaya

Persis di bawah titik lintasan Galaksi Bima Sakti bertaburanlah ribuan balok batu besar di area seluas tiga hektaran. Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, “rumah” bagi segala balok batu besar itu, mempertontonkan keahlian leluhur orang Nusantara dalam menggubah kompleks bangunan yang fantastis. Diperkirakan situs peninggalan Era Batu Besar (Megalitikum) ini dibuat di kisaran tahun 2500-4000 SM—hampir tiga milenium sebelum Candi Borobudur.1

Balok-balok batu besar Gunung Padang bukan berserakan tanpa arti. Mereka sesungguhnya membentuk punden berundak raksasa yang terdiri dari lima teras. Masing-masing teras memiliki susunan bebatuannya tersendiri—unik, mendetil, dan menunjukkan perbedaan makna dan fungsi tiap teras. Gilanya lagi, struktur di permukaan tanah itu diduga belum merupakan situs Gunung Padang seutuhnya karena ditemukan petunjuk-petunjuk tentang struktur lain di dalam tanah di bawahnya!

Kefantastisan situs batu besar Gunung Padang bukan terwujud oleh skala dan artefak-artefaknya saja, tetapi juga oleh hal-hal raya yang melatari kelahirannya. Kita mesti maklum bahwa kompleks raksasa itu digagas dengan visi besar, dikerjakan dengan keahlian tingkat tinggi, serta disempurnakan dengan ketekunan besar.

Bayangkanlah para leluhur saat itu berencana membangun karya monumental di Gunung Padang. Dengan visi besar, mereka memilih hamparan tanah lapang di puncak gunung yang dikelilingi lima sungai dan lima gunung.2 Selain itu, Gunung Padang juga berada tepat di bawah bagian tengah jalur padat bintang dalam Galaksi Bima Sakti dan “dikawal” dua rasi bintang yang dianggap sebagai penguasa bumi dan langit.3 Pilihan tapak yang hebat, bukan?

Lalu mereka pun merancang punden berundakan lima untuk “mengisi” tapak hebat itu sambil menetapkan fungsi masing-masing undakan (atau “teras”): tempat perjamuan, tempat musyawarah, dan tempat melaksanakan upacara sakral—lengkap dengan “perabot-perabot” batunya.4

Visi besar itu dikerjakan dengan keahlian tingkat tinggi. Rancangan dan perhitungan mereka buat sedemikian matang supaya bangunan bisa awet menembus abad-abad. Sejenis semen perekat dibubuhkan tepat di tengah-tengah bebatuan untuk memperkokoh struktur dan batu-batu tangga disusun berdasarkan kecocokan lebarnya. Menyiasati tapak yang rawan longsor, mereka “memaku” gunung dengan pasak-pasak batu sedalam 40-50 cm yang membentuk konstruksi dinding luar situs Gunung Padang.5

Selanjutnya, ketekunan besar menyempurnakan visi besar itu. Setelah ribuan batu dibawa naik ke puncak gunung setinggi 885 mdpl, dipahat satu persatu hingga berbentuk tetragonal dan pentagonal, dan beberapa di antaranya digubah menjadi karya batu unik (misalnya “batu gamelan,” “batu pandaringan,” “batu gendong”),6 semua itu lantas mereka tata sesuai dengan rancangan yang telah digagas.

Hingga kini para ahli dari berbagai disiplin ilmu terus meneliti Gunung Padang. Tidak tertutup kemungkinan bahwa di waktu mendatang akan ditemukan “kebesaran-kebesaran” lain dari situs ini.7 Bagaimanapun, visi besar di Gunung Padang—situs raya yang diperkirakan lebih tua dari kota purba Machu Picchu di Peru8—memberi kita pelajaran berharga untuk membangun Indonesia tercinta. Dengan negeri luas yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, jauh melebihi tiga hektaran, sesungguhnya kita dihadapkan kepada potensi raksasa yang menanti digubah menjadi megakarya.

Untuk itu pertama-tama kita, bangsa Indonesia, harus memiliki visi besar. Perlu ada wawasan dan pemikiran serius-mendalam mengenai potensi bangsa, arah pembangunan bangsa, agar jangan pembangunan kita tidak beraturan. Selanjutnya, keahlian tingkat tinggi—penguasaan teknologi dan ilmu pengetahuan—harus kita kejar dengan segenap hati. Dalam pada itu, ketekunan besar mutlak menunjang serta menyempurnakan kinerja kita di hadapan berbagai kesulitan dan tantangan. Demi megakarya-megakarya yang baik, bagus, dan tahan lama!

Semoga visi besar yang menggerakkan para leluhur membangun megakarya Gunung Padang di bawah lintasan Bima Sakti menyemangati kita juga untuk bervisi besar membangun megakarya Indonesia di lintasan sejarah umat manusia.

.

Viona Wijaya adalah seorang calon pegawai negeri sipil yang bermukim di DKI Jakarta.

.

Catatan

1 “Piramida Tempat Pemujaan” dalam situs Republika. <http://www.republika.co.id/berita/koran/teraju/15/01/29/nix74620-piramida-tempat-pemujaan>.

2 “Serba Lima di Gunung Padang” dalam situs Tribun News. <http://www.tribunnews.com/iptek/2012/06/17/serba-lima-di-gunung-padang>.

3 “Situs Megalitik Gunung Padang, Cianjur: Harmoni Bumi dan Langit” dalam blog IAGI. <http://geologi.iagi.or.id/2011/02/22/situs-megalitik-gunung-padang-cianjur-harmoni-bumi-dan-langit/>.

4  Tayo Sandono. “Dimensi Mitik, Ontologis, dan Fungsional dari Situs Megalit Gunung Padang Cianjur” dalam situs Fakta Imiah.<http://www.faktailmiah.com/2012/07/29/dimensi-mitik-ontologis-dan-fungsional-dari-situs-megalit-gunung-padang-cianjur.html>.

5 Gloria Samantha. “Konstruksi Gunung Padang Dirancang Arsitek Purba Ulung” dalam situs National Geographic Indonesia. <http://nationalgeographic.co.id/berita/2013/01/konstruksi-gunung-padang-dirancang-arsitek-purba-ulung>.

6 “Memperkuat Pesona Gunung Padang” dalam situs Kompas. <http://sains.kompas.com/read/2012/03/08/12022833/Memperkuat.Pesona.Gunung.Padang>.

7 Karenanya pemerintah dan masyarakat Indonesia mesti melestarikan warisan besar leluhur ini agar tidak rusak oleh waktu dan dapat tetap mengilhamkan pelajaran bagi generasi kini dan mendatang. Syukurlah usaha pelestarian itu telah dimulai oleh pemerintah dengan menetapkan Peraturan Presiden Nomor 148 Tahun 2014 tentang Pengembangan, Perlindungan, Penelitian dan Pengelolaan Situs Gunung Padang. Isi peraturan bisa ditengok di situs Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan. <http://www.kemenkopmk.go.id/content/perpres-nomor-148-tahun-2014>.

7 Zika Zakiya. “Peneliti: Gunung Padang Lebih Tua dari Machu Picchu” dalam situs National Geographic Indonesia. <http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/02/peneliti-gunung-padang-lebih-tua-daripada-machu-picchu>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *