PA Mahasiswa dan Perjuangan bagi Orang Banyak

Oleh Victor Sihombing

Menurut cerita, Pattimura, sang pahlawan Maluku, meninggalkan Alkitab terbuka pada bagian Mazmur 17 di mimbar gereja Saparua ketika ia harus pergi menyingkir karena terdesak oleh Belanda.1 Bagi Pattimura, mazmur itu merupakan dasar perjuangan melawan Belanda. Bagi kita, ini menunjukkan pemahaman ide Alkitab yang mengagumkan dari Pattimura!

Pemahaman ide-ide Alkitab juga kerap dicari oleh mahasiswa Kristen, pejuang-pejuang muda bangsa, lewat kegiatan Pendalaman Alkitab (PA). Banyak Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK)2 memperjuangkan agar Alkitab dipelajari dan dibahas dengan sungguh-sungguh dalam kelompok PA. Pertanyaannya, apakah PA mahasiswa bisa membangkitkan semangat berjuang bagi orang banyak pada mahasiswa Kristen seperti pada Pattimura?

Banyak ayat dan topik didiskusikan dalam PA mahasiswa dengan tujuan mencari dan menggali nilai-nilai kristiani yang terkandung dalam Alkitab. Pertanyaan seperti “pelajaran apa yang bisa saya ambil?” atau “apa yang bisa saya lakukan setelah PA?” biasanya jadi panduan untuk menerapkan  nilai-nilai itu dalam kehidupan sehari-hari.

Terapan-terapan inilah yang kemudian bisa dipertimbangkan secara kritis. “Saya ingin memperbaiki jam doa saya,” “saya ingin mengasihi Tuhan lebih lagi,” dan pernyataan sejenisnya biasa didengar sebagai jawaban untuk pertanyaan di atas. Umumnya jawaban-jawaban itu hanya berputar di masalah kerohanian dan demi keperluan pribadi peserta PA.

Padahal ide-ide Alkitab, apalagi untuk konteks kemahasiswaan, bukan cuma bicara tentang hal-hal rohani dan pribadi saja. Kitab Imamat, misalnya, tidak hanya berbicara tentang berbagai peraturan ibadah orang Israel tetapi juga tentang panduan hidup bermasyarakat.3 Kitab Ester berbicara tentang aksi kebangsaan Ratu Ester yang rela mengorbankan nyawa demi menyelamatkan bangsa Israel dari pemusnahan total.

Jadi, sungguh meresahkan ketika Alkitab dipelajari mahasiswa Kristen untuk manfaat pribadi semata. Kekayaan pesan Alkitab diciutkan menjadi pesan-pesan untuk konsumsi sendiri saja sehingga mahasiswa Kristen tidak/kurang memikirkan masalah-masalah orang banyak. Padahal Tri Dharma Perguruan Tinggi mewajibkan mahasiswa untuk menguasai ilmu dan mengabdikannya kepada masyarakat. PA mahasiswa seharusnya berjalan searah dengan cita-cita luhur itu.

Sebenarnya Alkitab bisa jadi “parang”4 yang tajam untuk perjuangan kebangsaan. Lewat PA, ide-ide pembaharuan dan perbaikan masyarakat bisa digali dari Alkitab. Lalu, mahasiswa Kristen—para pejuang muda—didorong untuk menggunakan “parang” ide-ide tersebut demi kepentingan bangsa. Seketika, dari diskusi-diskusi sederhana dalam PA bisa saja muncul ilham atau gagasan hebat untuk menyejahterakan orang banyak.

Dengan demikian, tujuan “menghadirkan Kerajaan Allah” yang memberi manfaat bagi kehidupan umat manusia semakin nyata dari kegiatan-kegiatan PMK. Apalagi mahasiswa Kristen yang dilayani PMK berpotensi menjadi pemimpin di masa depan. Dalam kapasitasnya masing-masing, mereka dapat turut memberi arah bagi bangsa Indonesia. Apakah PA yang cenderung berfokus pada manfaat pribadi semata bisa mewujudkan hal ini? Rasanya tidak.

“Beta akan mati, tetapi nanti akan bangkit Pattimura-Pattimura muda, yang akan meneruskan beta punya perjuangan.” Itulah kalimat yang terukir pada Prasasti Pattimura5 untuk mengenang kepahlawanannya. Ya, kita pun merindukan hadirnya Pattimura-Pattimura muda lewat PA di PMK. Seperti Pattimura, pejuang-pejuang muda ini rela memberikan hidupnya untuk bermanfaat bagi Indonesia.

Mazmur 17 sendiri bukanlah nyanyian perjuangan yang berapi-api dan heroik. Nuansa nelangsa dan pribadi di dalamnya begitu kental, ketika Daud memohonkan pertolongan dari Tuhan untuk diselamatkan dari musuh-musuhnya. Tapi, bagi Pattimura, nyanyian pribadi ini terdengar seperti nyanyian orang-orang Saparua kepada Tuhan. Ia menggunakannya bukan untuk konsumsi pribadinya saja tetapi juga untuk menjadi bahan bakar perjuangan rakyat.

Perjuangan Pattimura belum selesai. Demi kesejahteraan orang banyak, masih banyak pekerjaan yang perlu dilakukan. Indonesia perlu pejuang-pejuang muda yang berpikir dan bertindak demi rakyat. PA yang tepat guna bisa menghasilkan mereka. Ayo PMK, lewat PA, lahirkan lagi Pattimura-Pattimura muda!

.

Victor Sihombing adalah seorang karyawan di bidang konstruksi fasilitas industri yang tinggal di Depok, Jawa Barat.

.

Catatan:

1 T.B. Simatupang. Tantangan Gereja di Indonesia. Bandung: Pusat Literatur Eungalion dan Yayasan Penerbit Kristen Injili (YAKIN), 2007, hal. 5-14.

2 Dalam tulisan ini, istilah “PMK” digunakan untuk persekutuan-persekutuan mahasiswa Kristen di kampus dan lembaga-lembaga pelayanan mahasiswa Kristen.

3 Sebagai contoh, Imamat 25:35-55 mencatat dengan jelas bagaimana orang Israel sepatutnya memperlakukan orang miskin dan orang asing.

4 Pattimura biasa digambarkan memegang parang, senjata tajam khas penduduk Nusantara.

5 Prasasti Pattimura berada di Taman Pattimura, Lapangan Merdeka, Ambon.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *