Lebah

Oleh Bill Hayden

Hutan di dekat rumah kakek kami di pedalaman Sintang, Kalimantan Barat, masih lebat oleh pohon-pohon tinggi. Waktu kecil saya biasa melihat bapak-bapak keluar darinya sambil menenteng ember besar dengan lebah beterbangan di sekitarnya. Mereka adalah pencari madu hutan dan di dalam ember mereka terdapat sarang lebah yang melelehkan madu murni.

Madu itu murni karena tidak dicampur dengan cairan lain. Saya menyukai rasa manisnya yang khas dan khasiatnya yang menyehatkan badan. Secara menakjubkan madu murni dihasilkan oleh lebah. Tetapi supaya bisa menghasilkan madu, lebah harus melalui proses metamorfosis, yaitu perubahan wujud, dalam hidupnya.

Proses metamorfosis lebah memiliki urutan sebagai berikut: telur-larva-kepompong (pupa)-imago (dewasa).1 Lebah dewasa telah mencapai bentuk sempurnanya, yang sangat berbeda dengan segala bentuk terdahulu dalam tahapan metamorfosisnya, dan telah memiliki enzim yang mampu mengubah nektar menjadi madu.2

Kekristenan juga memiliki kisah metamorfosis. Menurut Alkitab, semua orang memiliki tabiat berdosa. Tabiat ini mampu menghasilkan hal-hal “tak manis” di dunia. Namun, menurut Alkitab juga, Allah menawarkan suatu metamorfosis agar manusia dapat menang atas tabiat berdosa itu.

Tawaran Allah itu terungkap, antara lain, dalam Efesus 4:22, 24 yang berbunyi: “[K]amu … harus menanggalkan manusia lama … dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” Kata-kata “diciptakan menurut kehendak Allah” menunjukkan bahwa Allah memang ingin manusia tidak terkungkung lagi oleh tabiat berdosanya.

“Manusia lama” adalah manusia yang masih terkungkung oleh tabiat berdosanya. “Manusia baru,” hasil dari metamorfosis manusia lama, adalah manusia yang terbebas dari kungkungan tabiat berdosa dan memperoleh tabiat baru melalui iman kepada Kristus, yang telah mati dan bangkit untuk menaklukkan kuasa dosa. Seperti larva lebah bermetamorfosis menjadi lebah dewasa, demikianlah lewat Kristus manusia dapat “mengenakan manusia baru” dan hidup “di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.”

Kata-kata “di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya” menerangkan bahwa manusia baru telah dibenarkan dan dikuduskan Allah sehingga mampu menghasilkan hal-hal yang sungguh-sungguh benar dan kudus. Ia ibarat lebah yang mampu menghasilkan madu murni yang manis dan berkhasiat. Ia bukan lagi manusia lama yang gemar menghasilkan hal-hal “tak manis”: seks bebas, pemakaian dan penjualan narkoba, perdagangan manusia, korupsi, terorisme, pertikaian berdasarkan SARA, dll.

Pada manusia baru, “madu murni yang manis dan berkhasiat” melambangkan perbuatan-perbuatan baiknya. (Kekristenan memang memandang perbuatan baik sebagai buah mutlak dari metamorfosis di dalam Kristus.) Secara khusus “madu” perbuatan baik itu akan nyata dalam bidang panggilannya di dunia, di tengah masyarakat.

Kalau ia seorang birokrat, ia menghasilkan “madu” berupa pengabdian dan profesionalisme dalam bekerja demi memenuhi kebutuhan masyarakat. Kalau ia seorang pedagang atau pengusaha, ia menghasilkan “madu” berupa kejujuran dalam berjualan dan pengutamaan mutu serta kesehatan, keselamatan, kepuasan konsumen. Kalau ia seorang polisi, ia menghasilkan “madu” berupa komitmen kuat dalam menegakkan hukum dan melindungi orang banyak tanpa main mata dengan pelanggaran hukum. Kalau ia berprofesi apa pun, ia menghasilkan “madu” berupa segala macam perbuatan baik yang dibutuhkan dalam profesinya.

Manusia baru mampu menghasilkan perbuatan-perbuatan manis dan berkhasiat itu, asalkan ia mau, karena modal tabiat baru sudah dimilikinya. Sebagai manusia baru, ia memang tidak serta-merta bebas dari kemungkinan berbuat dosa lagi dalam hidupnya. Tetapi iman kepada Kristus yang mati dan bangkit dalam peristiwa Jumat Agung dan Paskah memampukannya menang atas kuasa dosa, bahkan tidak suka kepada nikmat yang ditawarkan dosa.

Sampai hari ini, saya sangat senang menyantap madu hutan. Selain menjaga kebugaran fisik, madu murni memperlancar pencernaan saya yang kadang-kadang terganggu. Sayangnya, untuk mendapatkan cairan mujarab itu sekarang tidaklah semudah saat saya kecil, karena hutan tempat tinggal lebah semakin berkurang akibat, antara lain, penebangan liar dan tak bertanggung jawab. Ini pun salah satu perbuatan tak manis manusia lama yang harus ditanggulangi oleh perbuatan manis manusia baru.

.

Bill Hayden adalah seorang pegawai kontrak dinas pemerintah yang bermukim di Sintang, Kalimantan Barat.

.

Catatan

1 “Ciri-ciri Insecta” dalam situs Materi Biologi. <http://www.materibiologi.com/ciri-ciri-insecta/>.

“Inilah Cara Lebah Menghasilkan Madu” dalam situs Biologi sel dan Molekuler. <http://www.biologi-sel.com/2013/07/inilah-cara-lebah-menghasilkan-madu.html>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *