Oleh Viona Wijaya
Di bulan Agustus atau Oktober wajah sebagian gereja di Indonesia biasanya mendadak berubah. Jemaat diminta datang beribadah menggunakan batik. Ruang ibadah didekorasi dengan hiasan khas Nusantara. Lagu-lagu diaransemen ulang supaya menjadi ala Indonesia.
Tak lupa juga di spanduk-spanduk terpampang tulisan seperti “Doa Bagi Bangsa”. Topik-topik khotbah pun tiba-tiba berbicara soal bangsa, bangsa, dan bangsa. Rupanya peringatan Kemerdekaan RI dan Sumpah Pemuda di kedua bulan itu membuat gereja tiba-tiba meng-Indonesia.
Namun, setelah bulan-bulan tersebut berlalu, biasanya tempat bagi Indonesia di hati umat Tuhan juga ikut mengabur. Maka sebuah pertanyaan pun timbul di benak kita, “Seberapa besarkah tempat yang diberikan bagi Indonesia di hati gereja Tuhan saat ini?”
Apakah cinta gereja terhadap bangsa hanya sekedar cinta satu dua bulan? Sebatas mengenakan batik ke gereja? Sebatas acara doa bersama satu dua kali setahun? Aduh! Jika benar demikian, tidakkah terlalu sedikit tempat yang kita berikan bagi bangsa ini?
Sebagai bagian dari umat Nasrani Indonesia, saya menemukan bahwa memang kita—orang Nasrani Indonesia—cenderung acuh tak acuh terhadap permasalahan bangsa. Sedikit sekali yang mau tahu dan jauh lebih sedikit lagi yang mau menggelutinya secara mendalam.
Perhatian kita terhadap bangsa sejauh ini kita samakan dengan program-program ‘musiman’ seperti yang saya kemukakan di atas. Lebih mengerikan lagi, lama-lama acara-acara berlabel ‘bagi bangsa’ tersebut hanya menjadi program rutin gereja, kehilangan makna sama sekali.
Dalam Yesaya 49:6a dikatakan, “Terlalu sedikit bagimu hanya untuk menjadi hamba-Ku, untuk menegakkan suku-suku Yakub dan untuk mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara.”
‘Menegakkan suku-suku Yakub’ dan ‘mengembalikan orang-orang Israel yang masih terpelihara’ boleh kita sejajarkan dengan berbagai program gereja yang hanya menyasar umat Kristus saja (“suku-suku Yakub,” “orang-orang Israel yang masih terpelihara”). Dan ayat di atas menyebut kegiatan-kegiatan semacam ini ‘terlalu sedikit’.
Artinya, ikut serta aktif dalam berbagai program gereja adalah baik, tapi belum cukup! Berdoa bagi bangsa di gereja, mengangkat tema-tema kebangsaan dalam khotbah adalah sangat baik, tapi ini juga masih terlalu sedikit!
Lebih lanjut, Yang Mahakuasa mencurahkan isi hati-Nya kepada kita, “Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa, supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi” (Yes. 49:6b). Alangkah sempitnya perilaku kita jika terang dan keselamatan-Nya cuma kita putar-putar di dalam gereja. Kita harus membawanya bagi bangsa di mana Tuhan menempatkan kita, dan bagi kita bangsa itu adalah Indonesia!
Bicara mengenai keselamatan di ayat tersebut, perlu dipahami bahwa ini bukan sekedar perkara lahir baru atau tidak. Keselamatan juga berbicara tentang kesejahteraan bangsa, tentang bagaimana kebenaran ditegakkan di berbagai bidang kehidupan. Masakan ketika kita lihat korupsi merajalela, kita bisa berkata sambil membusungkan dada, “Keselamatan ada pada bangsa ini”?
Satu ayat saja, dan sudah begitu jelas bahwa peran umat Nasrani di tengah kehidupan berbangsa bukan sekedar mengelola gereja. Supaya keselamatan bisa sampai pada bangsa ini, umat Nasrani harus peduli dan aktif melibatkan diri dalam upaya menyelesaikan berbagai permasalahan yang tengah merongrong bangsa.
Anda sudah berdoa bagi bangsa? Bagus, tapi itu masih terlalu sedikit! Ingat bahwa Kitab Suci juga berkata, “Iman tanpa perbuatan adalah iman yang kosong” (Yak. 2 :20). Alangkah baiknya jika doa berjalan beriringan dengan karya nyata sesuai dengan talenta dan bidang yang Tuhan percayakan kepada kita.
Semoga saat ini meluas tempat bagi bangsa Indonesia di hati umat Nasrani Indonesia. Tempat sempit bernama ‘sekedar program gereja’ harus dilapangkan. Mari, izinkan Dia menaruhkan isi hati-Nya tentang bangsa ini di hati kita.
Bisakah Anda dengar bisikan-Nya ketika Anda membaca tulisan ini? “Terlalu sedikit. Mari, akan Kutunjukkan hal-hal yang lebih besar yang bisa kau kerjakan untuk bangsa ini.”
.
Viona Wijaya adalah seorang mahasiswa jurusan hukum yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.
.
Pingback: Peduli Bangsa | Komunitas Ubi