Salam sejahtera di bulan dua belas 2012, Sidang Pembaca!
Masa raya Natal sudah kita masuki. Di banyak tempat di tanah air, istimewanya di daerah-daerah yang memiliki umat Kristen dalam jumlah besar, atmosfer Natal sudah kian pekat terasa. Umat Kristen se-Indonesia akan segera bergabung dengan umat Kristen sejagat dalam memperingati kelahiran Kristus.
Tak mau hadir dengan tangan hampa dalam hajatan raya dan khidmat itu, Komunitas Ubi (Kombi) mengangkat bahasan yang berfokus pada ide Natal dalam konteks Indonesia. Kombi memandang penting topik ini lantaran hakikat Kristus sendiri sebagai juruselamat bangsa-bangsa. Empat peladang membingkiskan kado Natal berupa empat tulisan apik.
Viona Wijaya mengajak kita merenungkan apa maknanya Kristus lahir bagi bangsa-bangsa. Berdasarkan sorak Simeon di Lukas 2:29-32, ia menguraikan bagaimana Allah mengindahkan identitas kebangsaan kita dan tidak pernah meniatkan bangsa-bangsa jadi seragam. Dengan demikian, beraneka budaya unik bangsa-bangsa dapat digunakan untuk memuliakan Allah—dan untuk merayakan Mesias yang diutus-Nya.
S.P. Tumanggor menunjukkan bahwa tradisi perayaan Natal ala Barat yang hingga kini diikuti umat Kristen Indonesia merupakan contoh (ter)baik tentang penautan kekristenan dengan konteks khas suatu bangsa. Ia membedah ide penautan itu lewat beberapa pernak-pernik Natal Barat seperti mistelto, kado, dan pohon terang. Teladan tanggap dan kreatif umat Kristen Barat tentu saja layak diikuti oleh umat Kristen Indonesia.
Efraim Sitinjak menuturkan bagaimana gereja-gereja Katolik Jawa sudah sigap menautkan Natal dengan konteks hidup mereka. Ia menggambarkan betapa eloknya perayaan kelahiran Kristus dalam nuansa Jawa—suatu bentuk syukur kepada Allah atas identitas ke-Jawa-an. Teladan luhur gereja-gereja Katolik Jawa tentu saja patut dituruti oleh gereja-gereja Indonesia lainnya, baik gereja suku maupun gereja lintas suku.
Victor Sihombing menuntaskan pembingkisan kado ide di hilir 2012 ini dengan menyatakan Natal sebagai milik bangsa Indonesia juga. Berlandaskan warta malaikat di Lukas 2:10, ia menegaskan bahwa kesukaan akibat kelahiran Kristus bukan ditujukan kepada satu bangsa dengan satu budaya saja, tetapi kepada semua bangsa dengan budaya yang beragam. Ketika beragam budaya itu dikerahkan untuk memuliakan Allah—dan Mesias yang diutus-Nya—nyatalah betapa akbarnya Dia yang menciptakan bangsa-bangsa dalam semarak keragaman.
Jadi, pada puncaknya, ide tentang perayaan Natal ala Indonesia bukanlah sekadar ide tentang alternatif atau improvisasi manis bagi perayaan Natal ala impor yang selama ini kita dekap erat. Melampaui itu, Natal yang mengindonesia merupakan bentuk penghargaan dan penghayatan atas fakta bahwa Allah telah menjadikan beragam bangsa dan telah mengutus Kristus bagi beragam bangsa itu. Ini tentu saja tidak memberi kita alasan untuk (terus) menyisihkan budaya Indonesia dari gebyar perayaan Natal. Dan ini tentu saja akan membuat kita jadi benar-benar ber-Natal di Indonesia.
Selamat ber-Natal dan selamat ber-Ubi.
Penjenang Kombi
Pemindahan komentar dari
paulsagajinpoula | paul_septinus@yahoo.com
pada 2012/12/18 pukul 00:19
mohon izin dibagikan di grup PMK Padang yo Bg Sam.. 😀