Menulis Itu Aksi

Salam sejahtera di bulan enam 2013, Sidang Pembaca!

Genap dua tahun berlalu sejak Komunitas Ubi (Kombi) mengawali kiprahnya di ranah penulisan pada tahun 2011. Dalam rahmat Tuhan, sumber segala daya upaya, hingga saat ini Kombi masih asyik berkarya tulis dan menyuguhkan ide-ide yang menyasar kebaikan Gereja dan bangsa. Dan dalam rahmat Tuhan pulalah Kombi bersukacita memperingati hari jadinya yang kedua.

Bagi sebagian orang, menulis seperti yang Kombi lakukan agaknya tampak sebagai tindakan menuliskan argumen dan teori belaka—tiada aksi nyata. Namun, di bulan kelahirannya ini Kombi hendak menunjukkan bagaimana menulis merupakan aksi. Empat peladang merayakan dua tahun usia Kombi sambil membeberkan sekilas aksi Kombi serta hikmahnya bagi pembaca luas.

Di tengah minat-baca-rendah orang Indonesia, tindakan Kombi menulis (yakni membuat bacaan) jelas merupakan suatu aksi. Belum lagi, seperti kata Rudy Tjandra, ide-ide yang ditawarkan Kombi tidaklah sepopuler, misalnya, bahan perenungan pribadi yang beredar di kalangan Kristen. Namun, Kombi tak patah arang beraksi membuat bacaan yang bersifat menyemangati, mencerahi, atau mengoreksi bagi Gereja dan bangsa.

Di depan payahnya etos kerja banyak orang Indonesia, tindakan Kombi menulis dengan mengutamakan mutu dan profesionalisme tentulah merupakan suatu aksi. Ibarat proses-tak-gampang yang membentuk mutiara, seperti dituturkan Lasma Panjaitan, demikianlah kinerja Kombi menempuh proses-tak-gampang—pencarian ide unik, penulisan indah, penyuntingan ketat—untuk menyajikan tulisan-tulisan yang logis dan nyaman dibaca.

Di tengah kecenderungan tulisan cendekia Indonesia kepada pembahasaan abstrak, tindakan Kombi menulis dengan mementingkan ketersampaian ide jelas merupakan suatu aksi. Dengan pembahasaan yang cenderung kongkrit, seperti diungkap S.P. Tumanggor, Kombi berupaya memudahkan pembaca untuk mencerna ide-ide cendekia. Tujuannya adalah supaya ide-ide cemerlang dapat mudah diterapkan dan dikembangkan dalam konteks Gereja dan bangsa.

Di depan kekristenan Indonesia yang secara umum pincang karena condong kepada aspek vertikal saja (atau malah horizontal saja), tindakan Kombi menulis dengan wawasan kristiani yang berimbang aspek vertikal-horizontalnya tentulah merupakan suatu aksi. Membaca tulisan-tulisan Kombi, seperti dipaparkan Viona Wijaya, akan membuat umat Kristen tanggap terhadap kekristenan yang purna sehingga dapat berdampak baik dan besar bagi bangsa, bahkan dunia.

Menutup arak-arakan tulisan di atas, lima peladang dari lima kota di dalam dan luar negeri pun unjuk komentar hangat seputar ulang tahun Kombi. Semuanya memeriahkan dan menyemarakkan suasana ulang tahun Kombi. Dan Kombi pun mengajak Anda, Sidang Pembaca, untuk turut serta dalam kemeriahan besar ini, untuk terus mendoakan Kombi agar teguh aksi, dan untuk tetap setia menyimak karya-karya Kombi. Semua untuk kemuliaan Tuhan dan kebaikan bangsa!

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

2 thoughts on “Menulis Itu Aksi

Tinggalkan Balasan ke penjenang kombi Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *