Menuju Indonesia Ramah Olahraga

Oleh Ivan Sihombing

Olahraga di pusat kebugaran kini telah menjadi salah satu aktivitas populer bagi penduduk negeri Paman Sam. Selain menyediakan fasilitas yang memadai dan instruktur profesional, pusat kebugaran di AS juga menguntungkan warga lewat progam menarik hasil kerja sama dengan perusahaan asuransi kesehatan. Peserta asuransi yang rajin berolahraga di pusat-pusat kebugaran akan mendapat berbagai keuntungan seperti uang tunai, diskon belanja, hingga peningkatan status keanggotaan secara gratis.

Demikianlah perusahaan asuransi kesehatan di AS telah berpikir lebih dari sekadar mengganti biaya layanan kesehatan. Mereka menggelar program promosi kesehatan yang inovatif untuk meningkatkan kesehatan peserta asuransi sehingga lebih susah terkena penyakit. Pengeluaran mereka untuk program itu pun menjadi jauh lebih murah daripada biaya pengobatan yang harus mereka tanggung jika klien sakit. Mereka turut mendukung kebijakan negara AS yang ramah terhadap olahraga.

Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang kurang ramah terhadap masyarakat yang ingin berolahraga. Pembangunan kota yang mengutamakan perdagangan membuat tempat-tempat olahraga dan ruang terbuka hijau tersingkirkan oleh pusat perbelanjaan. Trotoar dikorbankan demi pelebaran jalan. Lapangan bola disulap menjadi lapangan parkir.

Menjadi pejalan kaki atau pesepeda di jalanan Indonesia adalah pengalaman yang tidak terlalu menyenangkan. Udara yang panas dan penuh asap kendaraan bermotor membuat orang berpikir dua kali untuk berolahraga, karena bukan sehat yang didapat, tetapi paru-paru malah sesak. Selain itu, pusat kebugaran di Indonesia umumnya masih terbatas di kota-kota besar dan biayanya pun kurang terjangkau. Semua ini tentu membuat masyarakat kian enggan berolahraga.

Karena enggan berolahraga, dan karena berkembangnya gaya hidup moderen yang serba cepat dan sibuk, penyakit-penyakit tidak menular yang dulunya sering ditemukan di negara maju—diabetes, penyakit jantung, strok, dll—mulai menunjukkan taring di Indonesia. Kejadian penyakit-penyakit itu semakin tahun semakin meningkat. Di sisi lain, masalah klasik kesehatan Indonesia, penyakit infeksi, masih menjadi beban berat bagi masyarakat. Masalah lama belum selesai, timbul masalah baru.

Penyakit-penyakit tidak menular itu sebenarnya bisa dicegah dengan makanan sehat, istirahat teratur, dan aktivitas fisik (termasuk olahraga) yang cukup. Sederhana, tetapi susah dilakukan. Kurang ramahnya Indonesia terhadap olahraga dan makin tingginya kesibukan masyarakat Indonesia, terutama di perkotaan, menyebabkan olahraga sering menjadi rencana yang tak terlaksana. Kita tentu harus berusaha mengubah keadaan ini.

Di tahun 2014, Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) akan diberlakukan di Indonesia.Jaminan dengan sistem gotong royong ini berprinsip mirip dengan perusahaan asuransi: mengumpulkan dana dari nasabah—dalam hal ini, masyarakat. Dana yang terkumpul kemudian digunakan untuk penanganan sakit-penyakit—dari patah tulang hingga operasi bedah jantung—dan untuk kegiatan promosi kesehatan. Memasyarakatkan olahraga tentu saja menjadi bagian penting dalam promosi kesehatan

Di sini pemerintah harus berpikir lebih kreatif.  Bukankah sayang kalau dana besar tersebut hanya digunakan untuk promosi kesehatan berupa penyuluhan saja? Pemerintah bisa menggunakannya untuk membenahi fasilitas-fasilitas olahraga umum—alih-alih hanya menyarankan masyarakat untuk berolahraga. Tempat-tempat olahraga yang dikelola secara profesional oleh pemerintah semestinya sudah menjadi hak warga negara. Fasilitas yang memadai tentu akan menggelorakan semangat masyarakat untuk berolahraga.

Tentu membenahi fasilitas saja tidak cukup tanpa program yang menarik. Pemberdayaan pusat-pusat kebugaran yang ada di bawah naungan Kementrian Kesehatan bisa menjadi langkah awal. Strategi perusahaan asuransi di AS dapat dicontoh. Keikutsertaan masyarakat dapat ditingkatkan dengan imbal balik yang menguntungkan. Selain itu, kerja sama antara pusat kebugaran dengan perusahaan, terutama perusahaan milik pemerintah, bisa jadi program unggulan. Bayangkan berapa banyak pegawai yang akan rajin beraerobik setiap minggu kalau mereka mendapat bonus bulanan karenanya!

Sambil mendorong kinerja pemerintah menuju Indonesia yang ramah olahraga, kita pun, masyarakat Indonesia, harus mulai merajinkan diri berolahraga. Bukan saja karena ingin sehat, tetapi karena ingin membangun bangsa. Tanpa masyarakat yang sehat, bangsa yang sejahtera tak akan bisa terwujud, bukan?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *