Gemar Membaca Karena Merasa Nikmat

Oleh Viona Wijaya

Dirgahayu Komunitas Ubi! Tak terasa sudah tiga tahun berlalu sejak Komunitas Ubi (Kombi) menyajikan rumpun tulisan pertamanya di dunia maya. Sejak saat itu, setiap bulan para peladang dan penyunting setia menggarap ide menjadi sajian nikmat-sehat bagi Anda sekalian, Sidang Pembaca!

Sejak awal berkarya, Kombi memang bertekad untuk menghadirkan tulisan-tulisan yang nikmat-sehat  lantaran enak dibaca, mudah dicerna, sekaligus tak pernah dangkal makna. Para peladang dan penyunting Kombi menggarap segala tulisan dengan mengacu kepada pakem ini.

Agar enak atau mudah dibaca, tulisan-tulisan Kombi dirancang ringkas—tak lebih dari 600 kata. Dasar pertimbangannya adalah karena masyarakat Indonesia pada umumnya belum terlalu gemar membaca. Orang kita kerap malas membaca tulisan-tulisan panjang, maka Kombi menghindari tulisan model ini. Kombi memandang 600 kata memadai untuk memaparkan ide dan opini yang mudah dinikmati masyarakat umum.

Itu jelas memberi tantangan tersendiri bagi para peladang. Kami dituntut untuk mampu  menggubah bahasan secara tidak klise dan pantang bertele-tele. Terbatasnya ruang paparan membuat kami harus cerdas memilih menuliskan hal-hal yang terpenting di antara yang penting.

Enak dibaca juga dicapai dengan penggunaan bahasa yang komunikatif. Ini erat kaitannya dengan “mudah dicerna.” Kombi menghindari taburan istilah-istilah (serapan) “rumit” dalam tulisan-tulisannya—meski konon itu bisa membuat penulis terkesan intelek. Alasannya karena toh pembaca umum sering kesulitan memahami istilah-istilah (serapan) “rumit” sehingga ide penulis malah gagal tersampaikan. Kami tak mau hal itu terjadi, karena kami ingin menulis untuk mencerdaskan pembaca, bukan untuk membuatnya sakit kepala.

Meski disampaikan dengan bahasa yang mudah dicerna, bukan berarti tulisan Kombi dangkal makna. Sebaliknya, para peladang selalu diingatkan untuk membahas topik tulisannya secara tajam dan mendalam. Sebab itu topik tulisan dibagikan dari jauh-jauh hari agar kami punya cukup waktu untuk meriset dan membaca sebelum menulis. Ini pun belum menjamin tulisan kami dapat melenggang mulus dari meja penyunting!

Tulisan saya, misalnya, pernah dikembalikan penyunting dengan catatan “terlalu dangkal,” “kurang mendalam,” atau “masih terlalu klise” di beberapa bagiannya. Alhasil, saya mesti membaca lagi dan memutar otak untuk membenahi bagian-bagian itu. Kalau masih juga dangkal, para peladang sudah mahfum: tulisannya tak bisa masuk menu sajian blog Kombi.

Hasil dari proses “serius” itu adalah sajian-sajian nikmat-sehat yang biasa Anda lahap setiap bulan: tak terlalu panjang, mudah dipahami, dan sangat bisa memperluas cakrawala pemikiran. Anda tentu tinggal menikmati setiap sajian tersebut, tapi di balik kenikmatan itu, percayalah, ada proses yang “tidak terlalu nikmat” bagi para peladang!

Dalam hal ini, Kombi menghindari filosofi penulisan yang agaknya dianut banyak orang terpelajar Indonesia, yakni “filosofi panjang-rumit.” Filosofi itu memandang bahwa tulisan hebat adalah tulisan yang berpanjang-panjang dan bertaburan kosakata rumit—sementara keruntutan dan ketersampaian ide terkadang tak terlalu diperhatikan.1 Akibatnya, tulisan-tulisan Kombi mungkin akan dipandang kurang canggih, kurang dalam, dsb. oleh para penganut filosofi tersebut.

Itu bukan masalah. Kombi memang hendak melayangkan semacam kritik membangun terhadap dunia penulisan di tanah air yang cenderung menggunakan kriteria panjang-rumit untuk menyatakan bagus tidaknya suatu tulisan. Kombi hendak menunjukkan bahwa ide penting bisa saja dikomunikasikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dalam lahan tulisan yang tak begitu lapang.

Demikianlah pakem tulisan nikmat-sehat (enak dibaca, mudah dicerna, tak dangkal makna) tidak ditetapkan Kombi semata-mata untuk memberi ciri khas kepada tulisan-tulisannya. Lebih dari itu, pakem tersebut menyasar pembentukan orang Indonesia menjadi orang yang gemar membaca karena merasakan nikmatnya (dan mudahnya) membaca. Jika kita sudah bisa dan biasa menikmati bacaan bagus yang ringkas, kita sudah punya modal besar untuk menikmati seribu bacaan bagus yang panjang.

Pakem itu akan tetap menjadi suluh penuntun Kombi dalam berkarya di lintasan tahun. Kiranya Tuhan memberkati segala karya Kombi sehingga dapat turut membangun kegemaran baca orang Indonesia. Selamat ulang tahun, Kombi! Teruslah membentuk para pembacamu jadi gemar membaca karena merasa nikmat!

.

Viona Wijaya adalah seorang calon pegawai negeri sipil yang bermukim di DKI Jakarta.

.

Catatan

1 Dalam hal ini, tulisan berfilosofi panjang-rumit yang saya maksud adalah yang berbentuk artikel (sebanding dengan model tulisan Kombi). Tulisan panjang tentu bukan masalah, asalkan panjangnya memang diperlukan (misalnya dalam penulisan buku dan karya ilmiah), bukan panjang yang bertele-tele atau yang tidak seharusnya (artinya, dengan bentuk ringkas pun sebetulnya ide sudah bisa disampaikan).Tulisan rumit pun bukan masalah, asalkan rumitnya memang diperlukan (misalnya karena ide harus diuraikan secara luas atau karena bahasan memang harus kompleks), bukan rumit karena pilihan kosakata atau tiadanya contoh-contoh kongkrit.

4 thoughts on “Gemar Membaca Karena Merasa Nikmat

  1. Paul Sagajinpoula

    mengutip pernyataan viona: “…karena kami ingin menulis untuk mencerdaskan pembaca, bukan untuk membuatnya sakit kepala.” selama tiga tahun ini Kombi sukses membuat para pembacanya sehat kepala. semoga ini bisa terus dilanjutkan di tahun-tahun mendatang. salamaik ulang tahun Kombi…!!

    Reply
    1. viona wijaya

      Terima kasih, Paul – yang juga ikut serta dalam usaha membuat “sehat-kepala” para pembaca Kombi!! Semangat terus untuk tahun ini juga ya, Ul! Salam untuk kawan-kawan di Mentawai 🙂

      Reply

Tinggalkan Balasan ke rina srgh (@sartaina) Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *