Oleh Efraim Sitinjak
Andai semua orang di dunia/Memiliki pikiran seperti pikiranmu/Kita tidak akan melihat perkelahian dan perang/Akan ada damai abadi di dunia1
Penggalan lirik di atas berasal dari lagu beken berjudul Sleeping Child yang dirilis grup musik rok asal Denmark, Michael Learns to Rock, pada tahun 1993.2 Memperhatikan anak kecilnya yang tidur pulas, tokoh ayah dalam lagu tersebut berharap semua orang bisa sepolos dan seteduh si anak sehingga bisa ada damai abadi di dunia.
Harapan kedamaian itu diungkapkan di hadapan kondisi dunia yang ganas dan semakin berbahaya bagi anak-anak. Peperangan, pertikaian, dan kejahatan sudah menjadi bagian dari hidup sehari-hari dan memakan korban anak-anak pula.
Angka kekerasan yang melibatkan anak-anak sangat tinggi. UNICEF, lembaga PPB untuk urusan anak-anak, menyebutkan bahwa enam dari sepuluh anak di dunia telah menjadi korban kekerasan. Pada tahun 2012, sebanyak 95 ribu anak di bawah usia 20 tahun menjadi korban pembunuhan dan 120 juta anak di dunia menjadi korban kekerasan seksual.3 Tindakan-tindakan keji ini kerap terjadi di rumah, sekolah, dan lingkungan komunitas—tempat-tempat yang seharusnya aman bagi anak-anak. Tuhan yang mengasihi anak-anak tentu sedih melihat fakta-fakta tersebut.
Keadaan mengenaskan di atas membuat kita semakin rindu akan dunia yang aman dan tenteram, khususnya bagi anak-anak. Lagu seperti Sleeping Child mengungkapkan kerinduan itu secara kuat. Dan di masa raya Natal ini—masa yang identik dengan jargon-jargon tentang damai—kepolosan dan keteduhan si anak kecil dalam Sleeping Child mengingatkan kita kepada anak lain yang lahir sekitar 2000 tahun lalu, yang tidur pulas di tempat rendahan, dan yang membawa pesan damai.
Anak itu adalah Yesus Kristus (atau Isa Almasih). Riwayat Natal dalam Alkitab menceritakan bagaimana Ia lahir di Betlehem dan dibaringkan di palungan (Luk. 2:4-7). Ia adalah Firman Allah yang menjadi manusia untuk melepaskan umat Allah dari belenggu dosa (Mat. 1:21). Sebab itulah kelahiran-Nya—peristiwa Natal—mendatangkan kemuliaan bagi Allah dan damai bagi manusia (Luk. 2:14).
Sekalipun demikian, Kitab Suci juga menyatakan bahwa damai sempurna di bumi baru ada waktu Yesus datang untuk kedua kalinya sebagai “Raja Damai” (Yes. 9:5-6). Sambil menunggu saat itu tiba, para pengikut Sang Anak Natal tentu saja tidak boleh sekadar berpangku tangan. Sebaliknya, kita sedapat-dapatnya—dan dalam pertolongan Tuhan—harus mengusahakan damai di bumi serta menjadikan bumi tempat yang baik dan aman, khususnya bagi anak-anak.
Salah satu cara mengusahakan kedamaian itu adalah dengan belajar dari anak kecil. Lagu Sleeping Child menyatakannya demikian: “Andai semua raja dan semua pemimpin/Bisa melihatmu begini [tidur pulas] di sini/Mereka akan menjaga bumi /Mereka akan belajar menyaksikanmu bermain.”4
Ya, damai bisa terwujud jika kita menjadi seperti anak kecil. Para pemuka bumi bisa menjadi penjaga damai di bumi jika mereka menjadi seperti anak kecil. Ini selaras dengan sabda Yesus dalam Alkitab: “Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga” (Mat. 18:3).
Dalam hal ini, “menjadi seperti anak kecil” tentu saja bukan berarti bersikap kekanak-kenakan atau tidak dewasa. Sebaliknya, itu berarti memiliki karakter tulus dan tenang seperti anak kecil. Inilah karakter yang perlu kita miliki untuk menghadirkan damai di bumi—bahkan untuk masuk Kerajaan Sorga! Inilah pesan damai dari anak yang tidur pulas.
Ketika kita menangkap pesan damai itu, ketika kita mengembangkan sikap tulus dan tenang, kita punya harapan melihat damai—meski tidak sempurna—di bumi. Ketika kita menjadi seperti anak kecil, dalam rahmat Tuhan, kita dapat mewujudkan hal-hal yang besar, seperti perdamaian.
Mari kita belajar dari anak polos dan teduh yang tidur pulas dalam Sleeping Child. Lebih baik lagi, mari kita meniru Sang Anak Natal yang tidur pulas dalam ketulusan dan ketenangan di Betlehem—yang membawa damai bagi dunia.
.
Efraim adalah seorang konsultan kebijakan publik yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.
.
Catatan
1 Teks aslinya berbunyi: “If all the people around the world/They had a mind like yours/We’d have no fighting and no wars/There would be lasting peace on earth.” Teks seluruhnya bisa dilihat, misalnya, di situs Metrolyrics. <http://www.metrolyrics.com/sleeping-child-lyrics-michael-learns-to-rock.html>.
2 Lihat “Sleeping Child (Michael Learns to Rock song)” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Sleeping_Child_%28Michael_Learns_to_Rock_song%29>.
3 “PBB: 6 dari 10 Anak Jadi Korban Kekerasan” dalam situs Tempo. <http://www.tempo.co/read/news/2014/09/06/116604843/PBB-6-dari-10-Anak-Jadi-Korban-Kekerasan>.
4 Teks aslinya berbunyi: “If all the kings and all the leaders/Could see you here this way/They would hold the earth in their arms/They would learn to watch you play.”