Batu Besar Indonesia

Salam sejahtera di bulan tiga 2015, Sidang Pembaca!

Indonesia merumahi banyak tinggalan Era Batu Besar (Megalitikum) di berbagai penjuru wilayahnya. Tinggalan-tinggalan berskala gadang ini—arca, menhir, dolmen, kubur batu, dll.—telah bertahan di arus zaman dan bersaksi tentang kinerja besar leluhur orang Nusantara dalam menggubah megakarya yang mengungkapkan daya cipta mereka sekaligus memenuhi kebutuhan mereka.

Berhingganya segala megakarya itu ke masa kini memberi kita petunjuk tentang keseriusan dan mutu kerja para leluhur. Bagi Komunitas Ubi (Kombi), megakarya-megakarya mereka mengajarkan sejumlah hal berharga yang amat bermanfaat bagi bangsa Indonesia hari ini. Maka lima peladang menelaah lima situs batu besar Indonesia lalu memahatkan hikmah darinya dalam lima tulisan.

Dari batu-batu besar berlukis dan kompleks-kompleks bebatuan di Bukit Tutari, Papua, S.P. Tumanggor mendulang hikmah tentang menguasai konteks, mengejar mutu, dan menegaskan identitas kepada dunia. Dari kubur-kubur batu dengan segala penji dan reliefnya di Sumba, Nusa Tenggara Timur, Josia Tambunan menambang hikmah tentang kepercayaan diri dalam berkarya orisinal dan dalam memegang serta meneruskan ideal-ideal.

Dari arca palindo, kalamba, dan beratus karya batu besar lain di Lore Lindu, Sulawesi Tengah, Daniel Siahaan menyadap hikmah tentang megausaha dalam menaklukkan tantangan sulit dengan perancangan, koordinasi, dan kerja sama yang mantap. Dari punden berundak raksasa dan balok-balok batunya di Gunung Padang, Jawa Barat, Viona Wijaya menimba hikmah tentang visi besar yang ditindaklanjuti dengan keahlian dan ketekunan tingkat tinggi.

Dari arca-arca bergaya dinamis yang mengarah ke Gunung Dempo di Pasemah, Sumatera Selatan, Ericko Sinuhaji memerah hikmah tentang kekreatifan dan pembaktian karya kepada sembahan (Tuhan Yang Mahaesa dalam konteks kekinian). Semuanya hikmah yang besar dan luhur. Jika kita menerapkannya secara serius di masa kini, kejayaan bangsa yang lama didamba-damba dalam segala wacana dan slogan niscaya akan terwujud—menyeruak di tengah segala keadaan tak ideal saat ini.

Di keheningan situs-situs batu besar Indonesia segala megakarya itu tegak dan masih hendak menantang arus zaman yang bergelora datang. Kiranya karya-karya kita di kemutakhiran pun, Sidang Pembaca, bisa menjadi megakarya serupa yang besar faedah dan tahan lama menembus abad-abad kepada segala generasi di depan.

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *