Oleh Viona Wijaya
Manusia adalah makhluk penjelajah dan daerah jelajahannya mencakup seluruh dunia. Dalam kadar kecil atau besar, setiap manusia tampaknya memiliki hasrat menjelajah dunia. Maka lahirlah berbagai inovasi untuk mewadahi hasrat itu: baik alat-alat penjelajah darat, laut, dan udara maupun sarana-sarana “penampungnya” seperti terminal, pelabuhan, dan bandar udara (bandara). Semua inovasi ini berjasa mendongkrak mutu hidup manusia.
Di masa moderen, bangsa-bangsa maju memimpin kiprah inovasi di berbagai segi kehidupan, termasuk penjelajahan. Bangsa-bangsa lain, termasuk bangsa Indonesia, cenderung menjadi pemakai inovasi saja. Kiprah inovasi bangsa-bangsa maju tampak jelas dalam bandara, salah satu ikon penjelajahan moderen.
Bandara, kita maklum, digagas sebagai “penampung” pesawat terbang dan tempat persinggahan bagi orang yang hendak menjelajahi tempat jauh lewat jalan udara. Olehnya akses kita dimudahkan dan diluaskan ke segala negara dan benua untuk bertamasya, berbisnis, berdiplomasi, dsb. Dengan adanya bandara, orang tidak perlu memiliki pesawat terbang, hanggar, dan landasan pacu sendiri—yang jelas menuntut biaya besar. Sungguh sebuah inovasi yang memudahkan kehidupan!
Karena bandara merupakan buah inovasi, tak aneh jika kita dapat menemukan begitu banyak barang inovatif di dalamnya. Semua barang itu dirancang dan dibentuk untuk melayani pengguna bandara. Lewat bandara, kita dapat melakukan suatu “jelajah inovasi” guna memetik beberapa pelajaran penting bagi keinovatifan bangsa.
Beberapa barang bandara dikembangkan dari inovasi yang sudah ada. Kereta dorong bandara, misalnya, dikembangkan dari kereta dorong pasar swalayan.1 Lewat modifikasi bentuk, kereta dorong bandara menjadi alat bantu praktis untuk mengangkut barang bawaan kita. Rel konveyor di tempat pengambilan bagasi dikembangkan dari rel konveyor pabrik dan perusahaan tambang.2 Lewat modifikasi bentuk pula, rel konveyor di bandara menjadi alat bantu praktis untuk mengenali dan mengambil barang bawaan kita.
Ini memberi kita pelajaran bahwa ilham inovasi dapat kita timba dari inovasi-inovasi terdahulu. Ketika kita berpikir kreatif terhadap produk-produk yang sudah ada, yakni ketika kita berjelajah inovasi, kita bisa melahirkan produk-produk yang lebih maju atau baru. Mental “tidak mau repot” atau “hanya mau memakai” akan menghambat kita berjelajah inovasi.
Sebagai ikon penjelajahan moderen, bandara ditunjang oleh banyak inovasi rumit nan canggih seperti mesin pendeteksi logam, mesin pemindai bagasi, sistem radar, dan menara pengatur lalu lintas udara. Tetapi banyak juga inovasi sederhana di bandara, seperti papan jadwal penerbangan, susunan gerbang keberangkatan, papan petunjuk, dan sistem penataan parkir pesawat terbang. Semuanya, rumit dan sederhana, berperan penting dalam memberikan keterangan, keamanan, dan kenyamanan kepada pengguna bandara.
Ini memberi kita pelajaran bahwa kebutuhan hidup manusia dilayani oleh paduan inovasi rumit dan sederhana. Kita harus mampu menghasilkan inovasi rumit tapi tanpa mengesampingkan inovasi sederhana, sebab keduanya memiliki peran masing-masing. Kita harus mampu memadukan keduanya di berbagai area kehidupan.
Sejatinya, inovasi adalah seni menjawab dan mewadahi hasrat manusia akan kemajuan. Bangsa-bangsa yang rajin berinovasi niscaya maju dan mampu mendongkrak mutu hidup masyarakatnya. Sayangnya, bangsa kita belum menunjukkan keseriusan dalam berinovasi.
Selama ini kita cenderung lamban dalam memetakan kebutuhan bangsa dan memacu inovasi untuk memenuhinya. Kalaupun ada satu dua inovasi brilian karya anak bangsa, sering kali tidak ada apresiasi dan antusiasme tinggi terhadapnya dari pemerintah atau masyarakat. Tak jarang inovasi itu malah dihargai dan dimanfaatkan bangsa lain. Ironisnya, kita akhirnya harus membeli inovasi itu dari bangsa lain di kemudian hari!
Semangat berinovasi harus digelorakan di tengah bangsa Indonesia. Jika orang dapat begitu serius berinovasi di bandara demi menjelajahi dunia, sudah semestinyalah kita serius berinovasi di tengah bangsa demi menjelajahi kemajuan. Jika orang dapat begitu serius berjelajah inovasi di bandara yang hanya merupakan tempat persinggahan, sudah seharusnyalah kita serius berjelajah inovasi di negeri “tempat lahir beta” dan “tempat berlindung di hari tua sampai akhir menutup mata.”
.
Viona Wijaya adalah seorang calon pegawai negeri sipil yang bermukim di DKI Jakarta.
.
Catatan
1 Kereta dorong bandara diciptakan oleh Sylvan Goldman, yang mula-mula menciptakan kereta dorong pasar swalayan. Lihat “Sylvan Goldman” dalam situs World Public Library. <http://www.worldlibrary.org/articles/sylvan_goldman>.
2 “Conveyor Belt” dalam situs Wikipedia. <https://en.wikipedia.org/wiki/Conveyor_belt >.