Mutu dan Maslahat ala Kubota

Oleh S.P. Tumanggor

Indonesia, tanah air kita tercinta, dikenal sebagai negeri pertanian sebab sebagian besar penduduknya hidup bertani. Ini membuat Indonesia karib dengan sebuah merek dagang beken asal Jepang, Kubota. Alat-alat pertanian moderen dengan merek yang mendunia itu—traktor, bajak, mesin tanam, mesin panen—sudah hilir mudik di lahan-lahan pertanian kita, membantu meningkatkan produksi pangan. Jadi, Kubota telah menyumbang manfaat bagi masyarakat kita.

Merek beken itu berasal dari nama Gonshiro Kubota. Terlahir pada tahun 1870 sebagai Gonshiro Ohde di Ohama, Pulau Inno, Jepang, ia berganti nama keluarga pada usia 27 tahun sejak dipungut oleh Toshiro Kubota, seorang pengusaha pabrik.1 Menjadi besar sebagai perintis, penemu, dan pengusaha di bidang peralatan dan mesin, Gonshiro Kubota merumuskan kiprah perusahaannya demikian: “Produk-produk kita bukan saja harus unggul secara teknik, tapi juga bermanfaat bagi kebaikan masyarakat.”2 Ia bicara tentang mutu dan maslahat, dua hal hebat yang harus menjadi acuan kita pula dalam merintis sesuatu.

Kubota memang gencar mengejar mutu. Di usia 19 tahun, sewaktu ia merintis usaha logam tuangan, alat timbangan yang diproduksinya dinilai tinggi lantaran mutu dan keakuratan tuangannya.3 Tahun 1917, dengan perusahaan Kubota yang berkembang, pipa besi produksinya mulai diekspor ke kawasan Asia (menggantikan ekspor pipa besi Eropa yang terputus oleh Perang Dunia I), tepatnya ke Pulau Jawa.4 Eropa juga kemudian menghargai mutu produknya sehingga pada tahun 1932 pipa besinya mulai diekspor ke sana, persisnya ke Belanda.5

Kita di Indonesia pun harus menyasar mutu sewaktu merintis usaha, karir, atau karya. Walau mungkin sudah kedengaran klise, gagasan itu rupanya belum juga mengakar di batin kita. Betapa banyak produk dan jasa yang kita rintis secara ala kadarnya atau asal-asalan sehingga tidak membangkitkan kepercayaan masyarakat dan tidak membangun reputasi. Jika Jepang yang ber-SDM lebih sedikit dari Indonesia bisa menduniakan merek-merek khas/asli Jepang (Kubota, Honda, Suzuki, dll.) dengan jaminan mutu, bilakah kita bisa berbuat serupa dengan merek-merek khas/asli Indonesia?

Tak hanya gencar mengejar mutu, Kubota gencar pula mengincar maslahat. Produk pipa besi dirintisnya di tahun 1893 sebab ia memikirkan bagaimana masyarakat Jepang bisa mendapatkan pipa air bermutu yang tidak semahal pipa impor dari Eropa.6 Produk alat pertanian dirintisnya di tahun 1946 sebab ia ingin turut memulihkan kesejahteraan negerinya yang dirusak Perang Dunia II.7 Hari ini, semboyan perusahaan Kubota di seluruh dunia adalah “Untuk Bumi, untuk Kehidupan” (Ing.: For Earth, for Life).8 Itu berbicara banyak tentang pengincaran maslahat.

Kita di Indonesia pun harus mengacu kepada kemaslahatan bagi masyarakat sewaktu merintis usaha, karir, atau karya. Negeri kita yang teramat luas belum dikelola/dibangun maksimal—setengah maksimal pun jangan-jangan belum—demi kesejahteraan rakyat semesta. Kita butuh banyak perintis yang berani merangkak dari nol sampai menghasilkan produk yang menguntungkan masyarakat. Jika Jepang yang kalah SDA dari kita bisa menjadi kaya dan mashur, termasuk oleh merek-merek dagangnya, masakan kita yang menang SDA tak kunjung kaya ataupun mashur seperti itu sehingga bisa memberi maslahat kepada dunia?

Gonshiro Kubota tutup usia pada tahun 1959. Perusahaan yang menyandang namanya sekarang telah berusia satu seperempat abad lebih sejak didirikannya pada tahun 1890. Para penerus Kubota melanjutkan pengejaran mutu dan maslahat sehingga perusahaan Kubota kini merambah atau menyempurnakan berbagai produk: timbangan, pipa besi, pipa PVC, pompa air, tangki septik, alat pertanian, dll.9 Satu dari tiga semangat/misi Kubota yang selalu dijunjung oleh perusahaan Kubota adalah “bekerja bagi perkembangan masyarakat dengan mengerahkan segala kecakapan dan pengetahuan untuk menawarkan produk-produk dan teknologi superior.”10

Kali berikutnya kita makan nasi dan sayur-mayur, kita bisa mengingat mutu dan maslahat ala Kubota yang membantu panen di negeri kita sehingga ada panganan di meja kita. Kita bisa ingat imbauannya, “Demi kemakmuran masyarakat, kita perlu mencurahkan segala usaha dalam penciptaan,”11 lalu bergerak merintis usaha, karir, dan karya yang sebaik mungkin—yang bermutu dan jadi kemaslahatan bagi seantero negeri dan dunia.

.

S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa dan penulis yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

1 “The History of Company Founder Chapter 1” dalam situs Kubota Virtual Museum. <http://www.kubota-global.net/museum/books/c1.html>; “1890-1926” dalam situs Kubota Virtual Museum. <http://www.kubota-global.net/museum/history/1890_1926.html>.

2 Dikutip dari “History of Kubota” dalam situs Kubota Worldwide. <http://www.kubota-global.net/csr/report/founder/index.html>.

3 “1890-1926”, Kubota Virtual Museum.

4 “1890-1926”, Kubota Virtual Museum.

5 “1927-1945” dalam situs Kubota Virtual Museum. <http://www.kubota-global.net/museum/history/1927_1945.html>.

6 “1890-1926”, Kubota Virtual Museum.

7 “1946-1960” dalam situs Kubota Virtual Museum. <http://www.kubota-global.net/museum/history/1946_1960.html>.

8 Semboyan itu mulai dicanangkan pada tahun 2012. Lihat “History of Kubota”, Kubota Worldwide.

9 “History of Kubota”, Kubota Worldwide.

10 “Kubota Global Identity” dalam situs Kubota Manufacturing of America Corporation. <http://www.kubota-kma.com/kgi.html>. Versi Indonesianya bisa dilihat di “Tentang Kubota: Visi, Misi dan Sistem Manajemen PT. Kubota Indonesia” dalam situs Kubota Indonesia. <http://ptkubota.co.id/tentang-kubota-indonesia.html#visi>.

11 Dikutip dari “History of Kubota”, Kubota Worldwide.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *