Oleh Samsu Sempena
Saya senang berwisata dalam negeri di Indonesia. Selain alamnya indah, budayanya yang beraneka ragam sangatlah mengagumkan. Ketika berwisata, saya cenderung memilih tempat wisata karena keunikannya alih-alih karena keterkenalannya. Memang tempat wisata terkenal umumnya memiliki keunikan, namun lebih banyak lagi tempat wisata unik yang belum terkenal. Salah satunya, yang baru-baru ini dianjurkan kepada saya, adalah kolam air soda di Tarutung, Sumatera Utara. Kolam macam ini hanya ada satu di negeri kita dan diklaim hanya ada dua di dunia.1
Keunikan kolam air soda Tarutung nyata dari airnya yang menghasilkan gelembung dan membuat badan terasa ringan ketika berendam di dalamnya. Air soda alami ini tidak terasa lengket di kulit dan warnanya kemerahan sehingga disebut aek rara (“air merah” dalam bahasa Batak Toba).2 Sambil berendam, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan hamparan sawah dan pegunungan Bukit Barisan. Kabarnya, berendam di kolam ini baik untuk mengatasi beberapa penyakit.3 Unik, bukan? Sayangnya, wisatawan yang hendak menikmati keunikan itu bisa jadi panik karena beberapa masalah.
Jika mereka berasal dari luar Sumatera Utara, mereka bisa panik waktu tahu bahwa jalan darat ke Tarutung harus ditempuh selama sekitar delapan jam setelah tiba di Bandara Kualanamu. Memang sekarang ada pilihan untuk naik pesawat terbang ke Bandara Silangit (sekitar 40 menit berkendaraan dari Tarutung). Namun, pilihan ini bisa membuat panik wisatawan juga karena tambahan biaya dan keterbatasan jadwal penerbangan. Keadaan serupa nyata pula pada objek-objek wisata unik lain, misalnya Tana Toraja yang berjarak sekitar tujuh jam perjalanan darat dari bandara utama di Makassar.4
Setelah sampai di Desa Parbubu, lokasi kolam air soda, wisatawan bisa panik karena belum tersedia hotel di sana.5 Meskipun dapat bermalam di Kota Tarutung (sejam perjalanan dari Parbubu), mereka bisa panik juga karena terbatasnya jumlah dan mutu hotel. Keadaan serupa pernah saya alami ketika berwisata ke Ujung Kulon. Di sana hanya ada penginapan berkasur busa. Kamar mandi dengan air terbatas harus digunakan bersama oleh penghuni beberapa penginapan berbeda. Padahal wisatawan bisa betah berlama-lama jika tersedia akomodasi yang nyaman.
Lebih lagi kalau masyarakat di tempat wisata siap dikunjungi “tamu”. Wisatawan tidak akan panik jika kedatangan mereka disambut warga setempat dengan ramah. Mereka tidak akan panik jika tidak mendapatkan “gangguan” berupa pungutan liar atau paksaan membeli barang dagangan dan jika mudah mendapatkan jasa pemandu ketika ingin menjelajahi lokasi wisata. Wisatawan asing pun tidak akan panik jika warga setempat bisa bercakap dalam bahasa asing yang cukup umum, seperti bahasa Inggris, Mandarin, atau Arab.
Ya, cukup banyak hal yang dapat menimbulkan kepanikan wisatawan di tempat-tempat wisata kita. Padahal Indonesia diperkirakan akan didatangi 20 juta wisatawan mancanegara dan 275 juta pelancong dalam negeri hingga tahun 2019.6 Jadi, sungguh gawat jika pembangunan sarana wisata Indonesia tidak mengalami percepatan. Keadaan nyata saat ini bisa membuat panik banyak wisatawan yang bersemangat mengunjungi objek-objek wisata unik seperti kolam air soda Tarutung dan lainnya.
Tapi ada berita baik. Kementerian pariwisata Indonesia sedang mempercepat pembangunan di 88 kawasan strategis pariwisata. Percepatan pembangunan itu dilakukan dengan membuat jalan tol dan bandara untuk mempermudah akses, meningkatkan prasarana umum (listrik, air, telekomunikasi, pengelolaan limbah), memperbanyak akomodasi berstandar, dsb.7 Program kementerian pariwisata ini haruslah disambut baik oleh pemerintah daerah, pihak swasta, dan masyarakat setempat sehingga pariwisata dapat menunjang perkembangan daerah mereka.
Saya mendamba percepatan itu berlangsung dengan baik, tanpa hambatan, dan tuntas. Objek-objek wisata di seluruh Indonesia sudah menantikannya, begitu juga para wisatawan dalam dan luar negeri. Wisata unik memang seharusnya tanpa panik. Ayo bersiap untuk berendam di kolam air soda Tarutung!
Samsu Sempena adalah seorang praktisi teknologi yang bermukim di DKI Jakarta.
Catatan
1 Tika Anggreni Purba. “Hanya ada dua kolam air soda di dunia, salah satunya di Indonesia” dalam situs Intisari Online. <http://intisari-online.com/Travelling/Travel/Hanya-Ada-Dua-Kolam-Air-Soda-Di-Dunia-Salah-Satunya-Di-Indonesia>.
2 Tika Anggreni Purba, “Hanya ada dua kolam air soda di dunia, salah satunya di Indonesia”.
3 Ferril Dennys. “Pemandian air soda, dari angker menjadi berkah” dalam situs Kompas. <http://travel.kompas.com/read/2016/09/21/182000527/pemandian.air.soda.dari.angker.menjadi.berkah/>.
4 Dani Prabowo. “Temui wapres, masyarakat Tana Toraja minta percepatan pembangunan bandara Buntu Kuni” dalam situs Kompas. <http://nasional.kompas.com/read/2016/06/23/17020481/temui.wapres.masyarakat.tana.toraja.minta.percepatan.pembangunan.bandara.buntu.kuni>.
5 Ferril Dennys, “Pemandian air soda, dari angker menjadi berkah”.
6 Dadang Rizki Ratman. “Pembangunan Destinasi Pariwisata Prioritas 2016-2019”. Paparan yang disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional Kementerian Pariwisata, 27.01.2016, hal. 5. Bisa diakses di situs Kementerian Pariwisata. <http://www.kemenpar.go.id/userfiles/Paparan%20-%20Deputi%20BPDIP.pdf>.
7 Dadang Rizki Ratman, hal. 21.