Oleh S.P. Tumanggor
Columban (Ing.: Columbanus) dan Gallen (Ing.: Gall) adalah dua rahib agung asal Eire (Irlandia) yang kerap digambarkan bersama binatang, masing-masing serigala dan beruang.1 Gambaran tersebut berkaitan dengan riwayat pengembaraan mereka di Eropa daratan pada abad ke-6 dan ke-7 untuk “menjinakkan” benua yang ketika itu “liar” secara rohani.
Columban lahir pada tahun 543 di Leinster Barat, Eire, sedang Gallen lahir pada tahun 550 di Eire tanpa diketahui lagi tempat persisnya.2 Keduanya sama-sama berguru di biara Bangor yang “telah mempersembahkan jumlah terbanyak dari nama-nama besar dalam sejarah relijius Eire” (Columban dan Gallen di antaranya). Biara Bangor beken di seluruh Eropa sebagai pusat pembelajaran Kristen—sampai-sampai turut membuat Eire jadi “negeri para santo dan sarjana”.3
Karena terletak jauh dari Eropa daratan, Eire tak terdampak oleh keruntuhan Kekaisaran Romawi akibat serbuan “serigala” dan “beruang” bangsa-bangsa Jerman barbar pada abad ke-5. Hancurnya peradaban dan tatanan serta kecamuk perang dan persaingan kuasa di Eropa jelas berdampak buruk kepada kekristenan Eropa. Kemerosotan agamawi terjadi, sehingga banyak rohaniwan Eropa pun ikut serta dalam perbuatan-perbuatan durjana.4
Atas penentuan Allah, Eropa yang menjadi liar itu harus diselamatkan oleh rahib-rahib Eire yang saleh, bersahaja, dan senang bertapa. Mereka mencetus gerakan “pengembaraan” (Latin: peregrinatio), yakni pergi mengembara dari Eire ke negeri-negeri asing untuk “menyangkal diri” sambil menyiarkan Injil.5 Dalam semangat gerakan itulah Columban berangkat dari Bangor sekitar tahun 589 bersama 12 orang murid—Gallen salah satunya.6
Selama dua dekade Columban dan murid-muridnya berjelajah, bertapa, mendirikan biara, dan mewartakan Injil di wilayah-wilayah yang kini dikenal sebagai Inggris, Perancis, dan Swiss. Karena sakit dan karena berselisih pandang dengan Columban, Gallen tetap tinggal di Swiss sedang Columban berlanjut ke Italia. Sejarah mencatat bahwa ada “setidaknya 63 murid [Columban] yang menjadi rasul-rasul di Perancis, Jerman, Swiss, dan Italia … para pendiri lebih dari seratus biara sebelum tahun 700”.7
Dari jumlah seratusan itu, biara Columban di Italia dan biara Gallen di Swiss menjadi “dua biara terkemuka kekristenan” Eropa.8 Banyak orang Eropa tertarik kepada kemurnian dan kesalehan hidup para rahib Eire sehingga jadi berkomitmen kepada iman Kristen. (Sungguh kontras dengan banyak orang Eropa masa kini yang malah mencampakkan iman Kristen dan menghambur kepada cara hidup ataupun paham-paham liar anti-Kristen!)
Rahib-rahib Eire mengembangkan kekristenan Kelt yang karib dengan alam. Columban sering menyepi di gua dan Gallen tinggal menyepi dalam pondok batu di tepi sungai.9 Bagi mereka, alam adalah tempat kudus untuk berinteraksi dengan Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Tak heran Columban aman-aman saja kala bertemu kawanan serigala di hutan dan Gallen bersahabat dengan seekor beruang hingga akhir hayatnya—peristiwa-peristiwa yang mendasari gambaran tentang mereka.10
Columban, Gallen, dan para rahib Eire memperagakan kekuatan bagi kebaikan yang timbul dari komitmen kepada Kristus. Betapa umat Kristen masa kini perlu memegang (ulang) komitmen serupa sehingga kuat pula demi kebaikan! Kekristenan Kelt mereka menunjukkan kepercayaan diri dalam mengembangkan bentuk kekristenan yang selaras dengan budaya/tradisi bangsa mereka—suatu teladan yang hebat bagi setiap bangsa dan suku Kristen.
Columban wafat di Bobbio, Italia, pada tahun 615 setelah menyuruh orang menyerahkan tongkatnya kepada Gallen di Swiss—tanda perdamaian atas selisih pandang mereka. Gallen menerima tongkat itu dan menyimpannya sebagai kenang-kenangan berharga sampai hari wafatnya pada tahun 630 di tepi Danau Constance, Swiss.11 Kedua rahib ini, dengan cara mereka yang unik, telah dipakai Allah untuk menjinakkan “serigala” kesukaran dan “beruang” marabahaya demi pembaharuan iman Kristen di Eropa.
Sosok mereka menjulang dalam sejarah. Columban disanjung sebagai santo Eire yang paling pemberani, sebab ia tergolong bersama orang-orang yang “lazim dibangkitkan oleh Pengaturan Ilahi di masa-masa tersulit dalam sejarah manusia untuk memulihkan asas-asas yang nyaris hilang”.12 Sementara itu, Gallen dihormati sebagai “Rasul Swiss”, sebab “akibat pekerjaan Gallen, praktis seluruh Swiss diperkirakan telah memeluk iman Kristen”.13
Merekalah para penjinak serigala dan beruang Eropa.
S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa dan penulis yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.
Catatan
1 “St. Columbanus” dalam situs New Advent. <http://www.newadvent.org/cathen/04137a.htm>; “Saint of the Day” dalam situs Saint Patrick DC. <http://www.saintpatrickdc.org/ss/1016.shtml#gall>.
2 “St. Columbanus”, New Advent; “Who was St. Gall?” dalam situs St. Gall’s Church. <http://www.carnalea.down.anglican.org/St_Galls_Church/Who_was_St_Gall.html>.
3 Mary Ryan D’Arcy. The Saints of Ireland. St. Paul, Minnesota: The Irish American Cultural Institute, 1974, hal. 49; “Who was St. Gall?”, St. Gall’s Church.
4 Thomas Cahill. How the Irish Saved Civilization: The Untold Story of Ireland’s Heroic Role from the Fall of Rome to the Rise of Medieval Europe. New York: Doubleday, 1995, hal. 3-4; H. Zimmer. The Irish Element in Mediaeval Culture/terjemahan Inggris dan catatan oleh Jane Loring Edmands. The Knickerbocker Press, 1891. Cetak ulang, New York: G.P. Putnam’s Sons: 1969, hal. 24-26.
5 Daryl McCarthy. “Hearts And Minds Aflame For Christ: Irish Monks—A Model For Making All Things New in the 21st Century” dalam situs In Pursuit of Truth. <http://www.cslewis.org/journal/hearts-and-minds-aflame-for-christ-irish-monks—a-model-for-making-all-things-new-in-the-21st-century/view-all/>.
6 “Who was St. Gall?”, St. Gall’s Church.
7 Mary Ryan D’Arcy, hal. 119-121, 126; Thomas Cahill, hal. 192.
8 Mary Ryan D’Arcy, hal. 126.
9 “St. Columbanus”, New Advent; “Who was St. Gall?”, St. Gall’s Church.
10 H. Zimmer, hal. 27; “Who was St. Gall?”, St. Gall’s Church.
11 Thomas Cahill, hal. 192.
12 Perkataan Paus Pius XI di tahun 1923 sebagaimana dikutip dalam Mary Ryan D’Arcy, hal. 118.
13 “Who was St. Gall?”, St. Gall’s Church.