Oleh Helminton Sitanggang
Negara yang penduduknya terdiri dari suku-suku berbudaya mirip dan tinggal berdekatan belum tentu langgeng. Sejarah menunjukkan bahwa beberapa negara Eropa yang buyar merupakan negara semacam itu. Salah satunya adalah Cekoslowakia, negara federal di Eropa Tengah yang berdiri pada tahun 1918 dari “reruntuhan” Kerajaan Austria-Hungaria pasca Perang Dunia I.1
Republik Cekoslowakia terdiri dari dua negara bagian, Ceko dan Slowakia. Nama-nama itu berasal dari nama dua suku setempat: suku Ceko yang hidup di bagian barat dan suku Slowak yang hidup di bagian timur. Secara budaya, kedua suku tersebut sangat mirip. Namun secara sosial, ada ketimpangan di antara mereka. Inilah masalah besar yang berdampak kepada buyarnya Cekoslowakia.2
Sejak awal berdiri, ketimpangan di Cekoslowakia sudah tampak mencolok dari perbedaan kondisi ekonomi kedua negara bagiannya. Pertumbuhan industri yang pesat di Ceko membuat warga Ceko lebih makmur daripada warga Slowakia yang sebagian besar wilayahnya adalah lahan pertanian. Selain itu, karena jumlah orang Ceko lebih banyak dari orang Slowakia (2:1), mereka mendominasi pos-pos administrasi dan pendidikan, bahkan di Slowakia.3
Ketimpangan itu menjadi potensi kebuyaran, tetapi rupanya masih bisa diredam bangsa Cekoslowakia selama hampir delapan dasawarsa. Keutuhan mereka sempat digoncang kuat pada tahun 1939-1945, ketika Jerman menduduki Ceko dan membiarkan Slowakia berdiri sendiri. Namun, pemerintahan Cekoslowakia tetap ada dan dijalankan Presiden Edvard Benes di pengasingan, yakni di London.4
Setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia II, yang ditandai dengan masuknya tentara Uni Soviet (musuh Jerman) ke Praha (ibukota Cekoslowakia) pada tahun 1945, Presiden Benes kembali ke Cekoslowakia. Sejak saat itu Cekoslowakia berdaulat sepenuhnya lagi, namun kini dalam pengaruh komunis dan bergabung dengan blok Uni Soviet.5
Di bawah rezim komunis, ketimpangan sosial di Cekoslowakia tetap tidak teratasi. Perekonomian malah memburuk. Tak lagi sabar dengan keadaan, ribuan mahasiswa dan rakyat lainnya menggelar unjuk rasa raya pada tahun 1989. Unjuk rasa itu beken dengan nama Revolusi Beludru (karena berlangsung damai/tenang se“halus” beludru) dan berhasil menumbangkan rezim komunis serta memulihkan demokrasi di Cekoslowakia.6
Sayangnya, alih-alih memperkuat Cekoslowakia, pulihnya demokrasi justru mendorong Slowakia menuntut lebih banyak kedaulatan demi kesetaraaan ekonomi. Awalnya Ceko menolak tuntutan itu. Namun, setelah melewati proses perundingan yang panjang (tanpa referendum), pada tanggal 23 Juli 1992 kedua negara bagian itu sepakat berpisah.7 Cekoslowakia pun buyar.
Demikianlah ketimpangan sosial sangat bisa berdampak buruk bagi keutuhan negara manapun, termasuk Indonesia yang berpenduduk banyak dan terdiri dari beragam-ragam suku. Kapolri Tito Karnavian mengingatkan bangsa Indonesia mengenainya, “Keberagaman ini bisa pecah karena adanya disparitas gap dari yang kaya dan yang miskin.”8 “Disparitas gap” atau jurang perbedaan itu dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Pada tahun 2016 IPM Papua adalah 58,05—jauh di bawah IPM DKI Jakarta yang berangka 79,6.9 Sungguh timpang! Jika tidak ditanggulangi secara serius, jurang perbedaan semacam itu bisa mengancam persatuan Indonesia, yang sejauh ini amat luar biasa sebab bisa langgeng walau tersusun dari beragam suku yang tinggal terpisah oleh laut. Indonesia tentu tidak ingin mengalami kebuyaran apa pun, entah yang sehalus beludru atau yang sekasar karung goni!
Sebab itu segala upaya demi keadilan sosial perlu terus digalakkan dan makin disungguh-sungguhkan. Pemerataan sarana dan prasarana, pendidikan, layanan kesehatan, dan kesempatan kerja akan menyeimbangkan ketimpangan sambil menutup peluangnya untuk berdampak kepada buyarnya persatuan dan kesatuan.
Pertumbuhan ekonomi Slowakia pasca buyarnya Slowakia memang pesat, sampai-sampai negara itu mendapat julukan “Harimau Eropa Tengah”. Namun, Negara Ceko dan Negara Slowakia yang berdiri sendiri-sendiri kehilangan pengaruh besar di dunia. Bobot internasional kedua negara itu kurang dari bobot internasional Cekoslowakia.10 Ketimpangan telah berdampak buyar, dan buyar telah berdampak susut pengaruh.
Pada tanggal 1 Januari 1993, Cekoslowakia resmi buyar menjadi dua negara mandiri: Republik Ceko dan Republik Slowakia. Syukurlah perpisahan keduanya berlangsung secara mulus dan halus, damai dan tenang, tanpa tikai dan perang, sehingga disebut “Cerai Beludru”.11
Helminton Sitanggang adalah seorang pegawai BUMN di bidang pertambangan yang bermukim di DKI Jakarta.
Catatan
1 “Introduction” dalam Czechoslovakia: A Country Study/penyunting: Ihor Gawdiak. Washington: GPO untuk Library of Congress, 1987, dalam situs Country Studies. <http://countrystudies.us/czech-republic/3.htm>.
2 “Features of the New State” dalam Czechoslovakia: A Country Study/penyunting: Ihor Gawdiak. Washington: GPO untuk Library of Congress, 1987, dalam situs Country Studies. <http://countrystudies.us/czech-republic/21.htm>.
3 “Introduction”, Czechoslovakia: A Country Study.
4 “Timeline: Czechoslovakia, A Chronology of Key Events” dalam situs BBC News. <http://news.bbc.co.uk/2/hi/europe/country_profiles/1844842.stm>.
5 “Timeline: Czechoslovakia, A Chronology of Key Events”, BBC News.
6 “Velvet Revolution” dalam situs Prague. <http://www.prague.net/blog/article/36/velvet-revolution>.
7 Henry Kamm. “At Fork in Road, Czechoslovaks Fret” dalam situs The New York Times. <http://www.nytimes.com/1992/10/09/world/at-fork-in-road-czechoslovaks-fret.html>.
8 “Kapolri: Perpecahan Bisa Muncul Karena Kesenjangan Ekonomi” dalam situs Liputan 6. <http://news.liputan6.com/read/2986343/kapolri-perpecahan-bisa-muncul-karena-kesenjangan-ekonomi>.
9 Bestian Nainggolan. “Wajah 10 Provinsi Ranking ‘Bawah’ di Indonesia” dalam situs Kompas. <https://kompas.id/baca/riset/2017/12/20/evaluasi-2017-3-habis-wajah-10-provinsi-ranking-bawah-di-indonesia/>.
10 Glenn Campbell. “Scottish independence: Lessons from the Czech/Slovak split” dalam situs BBC News. <http://www.bbc.co.uk/news/uk-scotland-scotland-politics-21110521>.
11 Glenn Campbell, BBC News.