Bacaan Itu Kaca

Salam sejahtera di bulan enam 2014, Sidang Pembaca!

Bulan ini giat-geliat Komunitas Ubi (Kombi) sebagai produsen tulisan—atau bacaan—sudah genap tiga tahun! Dengan sarat sukacita, dengan sarat syukur kepada Tuhan, Kombi melangkahi ambang pintu kiprah tahun keempat dan siap berkarya lebih baik lagi. Kombi juga sangat berterima kasih kepada para pembaca yang selama ini mengikuti ide-ide Kombi dalam lintasan waktu.

Tiga tahun mengolah dan menuliskan ide telah memberi Kombi sendiri banyak pelajaran berharga. Salah satunya adalah bahwa bacaan itu ibarat kaca. Melalui bacaan, kita bisa menerawang etos pikir dan etos kecendekiaan bangsa. Melalui bacaan bermutu, kita bisa menerawang berbagai kemungkinan percabangan dan pengembangan ide. Empat peladang menunjukkan hal itu lewat empat bacaan khas perayaan ulang tahun Kombi.

Berkaca kepada bacaan karya Viona Wijaya, kita menemui masalah anggapan silap yang berkembang di Indonesia, bahwa tulisan yang baik adalah yang berpanjang-panjang dengan bahasa yang rumit. Tulisan macam itu sebetulnya malah turut meruntuhkan minat baca bangsa. Kombi memperagakan bahwa ide penting bisa saja disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dalam lahan tulisan yang tak begitu lapang.

Berkaca kepada bacaan karya Ericko Sinuhaji, kita diingatkan bahwa “jelajah bacaan” dapat sangat memperkaya kajian tulisan. Sebab itu bangsa kita perlu selalu digugah untuk mencintai jelajah bacaan dan mengolah hasilnya secara berani, kreatif, dan bertanggung jawab sehingga dunia dapat diberkati oleh ide-ide bagus dari Indonesia. Kombi turut menggalakkan kecintaan menjelajahi bacaan lewat banyak tulisan yang ditunjang dengan olahan hasil jelajah bacaan sebagai pengokoh mutu bahasan.

Berkaca kepada dua babak bacaan karya S.P. Tumanggor, kita disadarkan bahwa kemahiran baca teks masih jadi masalah gadang di Indonesia. Inilah yang lazim membuat diskusi melantur, komunikasi kacau, dan ide penting tercampakkan sehingga, dalam skala luas, kemajuan bangsa terintangi. Selaku produsen teks, Kombi sangat mendorong pembaca untuk mengejar “kesaktian” mahir baca teks agar dapat meraup banyak manfaat dari teks demi kemaslahatan bersama.

Berkaca kepada bacaan karya Efraim Sitinjak, kita mendapati bahwa tulisan opini pendek tak pernah boleh dianggap sebagai tujuan akhir dari dirinya sendiri. Sebaliknya, itu harus dipandang sebagai batu loncatan kepada literatur yang lebih “dalam” atau kepada pengembangan ide. Demikianlah Kombi mengondisikan tulisan opini pendeknya sebagai batu loncatan bagi pembaca Indonesia kepada kekayaan pustaka dan kekreatifan bernalar yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Berkaca kepada bacaan-bacaan Kombi dalam tiga tahun ini, beberapa pembaca blog/jurnal Kombi bertutur tentang kelimpahan manfaatnya bagi pribadi dan bangsa. Dari lapangan kerja dan wilayah tinggal yang berbeda di tanah air, mereka ikut memeriahkan edisi ulang tahun Kombi ini dengan kesaksian-kesaksian bernas yang menyemangati Kombi untuk melaju dalam kiprah baik.

Ya, bacaan memang ibarat kaca. Dan Kombi sangat bersyukur karena dapat menyajikan kaca-kaca ini bulan lepas bulan selama tiga tahun. Doakanlah kami, Sidang Pembaca, agar tetap teguh dalam berkarya, dan berjalanlah bersama kami terus. Semoga surga senantiasa merestui dan menaungi segala daya upaya kita untuk Tuhan dan untuk bangsa.

Selamat ber-Ubi.

Penjenang Kombi

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *