Bagaimana Kita Tidak Peduli Kepada Bangsa Kita?

Oleh S.P. Tumanggor

Sebagai orang Nasrani, bagaimana kita tidak peduli kepada bangsa kita? Allah, kita tahu, adalah Tuhan yang mengasihi semua bangsa. Semua bangsa berarti termasuk bangsa kita. Jika Allah mengasihi bangsa kita, tentu kita juga tak akan berbuat kurang.

Alkitab, buku pegangan kita, membeberkan ide luhur tentang bangsa-bangsa—asal-usul, keberadaan, dan tujuan pamungkasnya. Semuanya menunjuk kepada peran Allah dalam hidup semua bangsa. Semua bangsa, sekali lagi, berarti termasuk bangsa kita. Jika Allah berperan dalam hidup bangsa kita, tentu kita juga tak akan berbuat kurang.

Bagaimana kita tidak peduli kepada bangsa kita sedang Alkitab menegaskan bahwa asal-usul bangsa-bangsa adalah Allah sendiri? Dari diskusi hangat di Atena, Yunani, perkataan Rasul Paulus membahana sepanjang masa: “Dari satu orang saja Ia [Allah] telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim [atau, masa] bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka” (Kis. 17:26).

Allah, lewat bermacam peristiwa dan tokoh, “menjadikan semua bangsa.” Allah, lewat daulat-Nya atas guliran sejarah, “menentukan masa dan batas-batas kediaman mereka.” Maka kita bersyukur kepada-Nya, Bapa dan Raja bangsa-bangsa, ketika melihat riwayat bangsa kita tertelusuri pada-Nya.

Bagaimana kita tidak peduli kepada bangsa kita sedang Alkitab menandaskan bahwa tujuan pamungkas bangsa-bangsa adalah Allah sendiri? “Segala bangsa yang Kaujadikan,” tutur Raja Daud selagi mata batinnya menerawang ke hilir zaman, “akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu” (Mzm. 86:9).

Allah, dalam rencana kekal-Nya, menetapkan sekalian bangsa “datang sujud menyembah” kepada-Nya kelak. Allah, dalam kerinduan abadi-Nya, merancang sekalian bangsa untuk “memuliakan nama”-Nya. Maka kita bersorak-sorai bagi Dia, Majikan dan Penguasa bangsa-bangsa, ketika melihat riwayat bangsa kita bermuara pada-Nya.

Bagaimana kita tidak peduli kepada bangsa kita sedang Alkitab menjelaskan bahwa, di antara asal-usul dan tujuan pamungkas itu, yang menuntun perjalanan hidup bangsa-bangsa adalah Allah sendiri? “Bukankah Aku telah menuntun orang Israel keluar dari tanah Mesir, orang Filistin dari Kaftor, dan orang Aram dari Kir?” firman-Nya dengan perantaraan Nabi Amos (Amo. 9:7).

Allah, karena kasih akbar-Nya, bukan hanya memperhatikan orang Israel saja, tetapi juga orang Filistin dan Aram—bangsa-bangsa lain! Allah, karena kebaikan agung-Nya, bukan hanya “menuntun” orang Israel saja, tetapi juga orang Filistin dan Aram—bangsa-bangsa yang kerap memusuhi umat-Nya! Maka kita elu-elukan Dia, Pemelihara dan Pengawas bangsa-bangsa, ketika melihat dari kesejajaran itu bahwa Ia pasti memandu riwayat bangsa kita juga.

Ini menggenapi lingkaran Tuhan: segala sesuatu, artinya termasuk bangsa-bangsa, ada “dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia” (Rom. 11:36). Pemahaman akan bingkai daulat Allah atas bangsa-bangsa ini tak dapat tidak menggugah kita untuk mengurus, membela, dan memashurkan bangsa kita dalam babak zaman kita. Dengan daya dan talentanya, orang Nasrani mesti memperkuat barisan peduli bangsa. Bukan cuma peduli soal rohaninya, tetapi juga soal jasmani dan jiwaninya—bagaimana bangsa dibangun dan dicerdaskan.

Robert Wolter Monginsidi (1925-1949), patriot Indonesia Nasrani itu, bersurat kepada keluarganya sebelum mencurahkan nyawa demi bangsa, “Saya penuh percaya bahwa berkorban untuk tanah air mendekati pengenalan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Betapa kasihku kepada kamu sekalian dan kepada sukuku dan bangsaku tidaklah dapat kukatakan dengan kata-kata!”

Gunawan Moehammad, sang jurnalis beken, menulis khidmat tentang Monginsidi, “Anak muda itu mati untuk Republik yang muda—untuk sebuah harapan yang belum punya kebimbangan.” Dan darah Monginsidi berteriak dari tanah dan mengimbau setiap kita, murid-murid Kristus sama seperti dia, “Bagaimana kita tidak peduli kepada bangsa kita?”

. 

S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa dan penulis yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *