Kemiskinan Daerah Berpenduduk Kristen

Oleh Efraim Sitinjak

“Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang,” demikianlah perintah Allah kepada orang Yehuda melalui Nabi Yeremia.1 Di kota tempat pembuangan saja Allah meminta umat-Nya berkarya, terlebih lagi di kota tempat tinggal mereka. Kita, umat Kristen, mengemban misi membangun “kota” atau daerah kita. Bukan untuk kepentingan pribadi, tapi untuk kepentingan bersama dan untuk memuliakan nama Tuhan.

Namun, jika ditelisik berdasarkan indeks pembangunan, daerah-daerah termiskin di Indonesia justru mayoritas penduduknya beragama Kristen. Terbersit pertanyaan: Sudah seberapa jauhkah peran umat Kristen dalam pembangunan daerah-daerah tersebut?

Menurut laporan Badan Pusat Statistik pada tahun 2010,2 daerah dengan indeks pembangunan terendah adalah daerah di sisi timur Indonesia. Papua menempati urutan bontot, berada di peringkat ke-33 dari 33 provinsi. Saudaranya, Papua Barat, sedikit lebih baik, di urutan 29. Tetangga dekatnya, NTT, bercokol di urutan 31.

Realitas kehidupan masyarakat NTT memang menjadikan daerah mereka miskin dan terbelakang. Dari 4,6 juta penduduk NTT, 23% masuk kategori miskin. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007,3 Angka Kematian Ibu (AKI) NTT adalah 306 per 100.000 kelahiran hidup, padahal AKI nasional 228 per 100.000 kelahiran hidup. Kelulusan siswa SMA atau sederajatnya di NTT menduduki peringkat terendah dalam ujian nasional tahun 2010.

Setali tiga uang dengan Papua. Tahun 2011,4 31,24% (917,05 ribu jiwa) rumah tangga di Papua berada dalam kondisi miskin. Penduduk miskin di Provinsi Papua Barat pada tahun 2010 ada 256.250 jiwa (34,88%). Tanah Papua juga didaulat sebagai sarang penyakit-negara-berkembang di Indonesia. Kelaparan, HIV-AIDS, malaria, TBC, dan kusta masih nyaman tinggal di sana.

Jika ditelisik lebih lanjut, daerah-daerah tersebut tidaklah miskin sumber daya. Tanah Papua kaya akan flora, fauna, budaya, dan adat istiadat. Kekayaan tambang melimpah ruah. Bahkan, dilihat dari PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) per kapita, Provinsi Papua berada pada urutan ke-5 tertinggi di Indonesia.5

Begitu juga NTT. Dengan segala keunikannya, pantaslah daerah ini menjadi tujuan wisata utama dunia. Di NTT terdapat binatang purba komodo, tebaran pantai, danau tiga warna Kelimutu, situs manusia purba-kerdil di Flores. NTT pernah menjadi sumber kayu cendana terbaik di dunia. Seharusnya daerah ini bisa makmur sejahtera.

Fakta kondisi daerah-daerah di atas mau tak mau membawa kita kepada satu kesimpulan: umat Kristen belum berperan jauh dalam menyejahterakan daerahnya sendiri.

Ini ironis, karena Allah menuntut umat-Nya mengusahakan kesejahteraan. Kesejahteraan ini bisa kita kaitkan dengan indeks pembangunan Indonesia yang mencakup tiga hal: ekonomi, kesehatan, dan pendidikan. Kesejahteraan ekonomi berarti tidak miskin. Kesejahteraan kesehatan berarti, menurut indeks tersebut, memiliki harapan hidup 85 tahun. Kesejahteraan pendidikan berarti semua penduduk dapat membaca dan menamatkan pendidikan wajib.

Umat Kristen seharusnya tergerak untuk meningkatkan kesejahteraan “kota” atau daerahnya. Para dermawan Kristen seharusnya dapat merogoh kocek untuk membangun sekolah, mendirikan puskesmas, mendatangkan guru dan tenaga medis, serta menjadi investor yang berorientasi kepada kesejahteraan rakyat. Dengan adanya program Kerjasama Pemerintah-Swasta (KPS) dalam pembangunan, warga Kristen bisa ambil bagian dalam penyediaan air bersih dan listrik ke pelosok daerah.

Intinya, umat Kristen harus selalu menyingsingkan lengan baju untuk pembangunan dan turut membuat perubahan.

Tentu saja tindakan menyejahterakan kota atau daerah kita tidak ditentukan oleh agama apa yang mayoritas di sana. Panggilan Kristiani mendorong kita untuk “mengusahakan kesejahteraan” tempat di manapun kita berada. Untuk seluruh Indonesia tujuan kita adalah sama: melepaskannya dari jerat kemiskinan. Namun, secara khusus, tentu saja kita rindu melihat daerah-daerah berpenduduk Kristen sejahtera demi kejayaan bangsa.

Mari rapatkan barisan, seperti semboyan suku Marind di Merauke, “izakod bekai izakod kai” (satu hati satu tujuan), untuk Indonesia yang berkelimpahan susu dan madu.

.

Efraim adalah seorang konsultan kebijakan publik yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

  1. Lihat Yeremia 29:7.
  2. Badan Pusat Statistik. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi dan Nasional 2010.
  3. Kementerian Kesehatan RI. Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007.
  4. Badan Pusat Statistik. Papua Dalam Angka 2011.
  5. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas). Laporan MDGs Provinsi Papua, 2009. Papua berada di urutan ke-5 setelah Jakarta, Kalimantan Timur, Kepulauan Riau, dan Riau.

 

8 thoughts on “Kemiskinan Daerah Berpenduduk Kristen

  1. Morentalisa

    Tulisan yang bagus! Apakah ini menjadi pertanda bahwa beberapa tahun yang akan datang kita akan melihat penulis berkarya di Indonesia bagian Timur? 😮

    Reply
  2. Puansari Siregar

    Mantap dek, dilengkapi dengan data2 pula. Memang miris melihat daerah2 Kristen, tetap terpersosot. Dan, lebih miris lagi karena kita adalah bagian dari penyebabnya! Jadi, mengutip kalimat terakhirmu: mari rapatkan barisan utk berkarya!

    Salam karya 🙂
    -Puansari-

    Reply
  3. paulseptinus

    Kondisi yang sama juga terjadi di Mentawai, yang notabene adalah “kantong” kristen. Namun, setali tiga uang nasibnya dengan Papua dan NTT, rata2 masyarakatnya masih berada dibawah garis kemiskinan. Ditambah lagi, Pemprov Sumbar yang terkesan sengaja mengabaikan kabupaten ini meskipun termasuk bagian dari Provinsi Sumbar. (sekedar informasi tambahan saja kepada penulis,heheh…. Salam perubahan dari Padang.

    Reply
  4. Victor Samuel

    Wah, tak salah kau jadi ahli tata kota, Bang. =D

    Ayo maju terus melalui tulisan-tulisanmu; pandu kami semua untuk bisa menata kembali kota ke mana kami ‘dibuang’!

    Salam.

    Reply
  5. hanike monim

    Terima kasih banyak atas tulis ini, saya sebagai orang Papua sangat menghargai tulisan ini..Tuhan selalu menyediakan orang2 baik di antara sekian banyak orang yang kurang bertanggungjawab atas kehidupannya sendiri maupun orang lain. Saudara sangat benar dengan pertanyaan : “Sudah seberapa jauhkah peran umat Kristen dalam pembangunan daerah-daerah tersebut?”. Yang menambah keterpurukan komunitas Kristen adalah juga pemimpin2 Kristen yang lebih melihat dirinya sebagai pribadi itu sendiri dan tidak menempatkan diri sebagai Pribadi Kristen dengan misi yang dberikan Allah sebagai pemimpin Kristen. Bangsa Israel sering membelot, tetapi Allah selalu membangun mereka kembali dengan cara menempatkan Pemimpin Yang Takut Akan Allah….Apa arti dari semua ini ? Pemimpin yang takut akan ALLAH akan membawa masyarakatnya ke arah yang lebih baik, atau sejahtera….Jadi keterpurukan masyarakat di wilayah Timur bukan semata2 karena masyarakat sendiri tetapi juga para pemimpin khususnya pemimpin Kristen yang tidak takut Allah…Sekali lagi terima kasih banyak Saudara. Tuhan akan memakai Saudara untuk menyatakan kebenaranNYA melalui talenta yang sudah diberikan. Teruslah berkarya dan selamat berkarya. Tuhan memberkati kitong semua. Amin

    Reply
    1. efraim

      Salam kenal saudara Nanike. Saya sudah pernah berkunjung ke tanah Papua dan rindu untuk bisa ke sana lagi. Terimakasih sudah membaca dan menuliskan komentar di tulisan ini. Benar, Tuhan akan memberikan pemimpin kepada kita untuk mengarahkan kepada kesejahteraan. Namun, di lain pihak, seperti yang diceritakan tentang Daniel, bahwa dia mempersiapkan dirinya 10x lebih baik diantara orang yang bukan ‘takut Allah’ kita juga harusnya tetap mengasah diri dan berkarya dan bisa dipakai Tuhan. Ya, kitong semua harus mengasah diri terus dan tetap takut kepada Allah. Kita harus berkarya untuk kesejahteraan kita sesuai dengan porsi yang ditetapkan Allah bagi kita.

      Reply

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *