Setahun Komunitas Ubi

Salam sejahtera di bulan enam, Sidang Pembaca!

Waktu berputar, bulan beredar, hari bertukar, dan Komunitas Ubi (Kombi) pun tiba pada titik ulang tahunnya yang pertama. Genap 52 pekan Kombi sudah menyapa Anda di tengah deru kesibukan pelayanan dan pengabdian kepada Tuhan dan sesama/bangsa. Kini, berkat kemurahan Allah, ada waktu istimewa untuk bersukacita dan bersyukur.

Dalam rangka merayakan setahun Kombi, bulan ini para peladang inti akan berbagi cerita tentang hal-hal yang melatarbelakangi dan membentuk Kombi. Mereka bahkan akan mengajak Anda mengintip sekilas ke dapur Kombi! Tetapi semuanya tentu saja tetap disajikan dengan timbaan hikmah yang bisa diterapkan pembaca.

Kumpulan tulisan bulan ini dibuka Yulius Tandyanto dengan sekelumit sejarah Kombi. Ia mengisahkan kiprah para peladang inti mengasuh dan membesarkan Kombi—rapat-rapat dan hal-hal teknis di balik kemunculan tulisan bulanan. Itu adalah perjalanan yang penuh dinamika dan tak lepas dari pergumulan. Semuanya ditempuh demi “mendengungkan suara-suara lirih yang kerap diabaikan Gereja dan bangsa.”

Kombi selalu berupaya menghadirkan semangat di balik ideal keindonesiaan dan kekristenan: Bhinneka Tunggal Ika dan, dalam pembahasaan Rudy Tjandra, Bhinneka Tunggal Isa. Semangat ini terungkap dalam semboyan Kombi, “Bagi Tuhan dan bangsa,” dan dalam keragaman latar (suku, daerah, pekerjaan, dsb) para peladangnya. Meski beragam, semua manunggal untuk Kristus dan Indonesia.

S.P. Tumanggor menggambarkan ikhtiar Kombi untuk tampil berbeda, kreatif, dan unik. Pilihan nama “Ubi,” semboyan Kombi, topik-topik tulisan dan cara penyajiannya boleh dibilang tak mengikuti model-model yang marak di panggung nasional. Sekalipun demikian, terbukti bahwa hal inilah yang kemudian diapresiasi banyak pihak. Kombi menunjukkan bahwa orang Indonesia, kalau mau, dapat menghasilkan hal-hal unik dan kreatif.

Urusan dapur Kombi yang satu ini amat spesial: proses penyuntingan. Viona Wijaya bertutur tentang jejak peluh para peladang untuk menyajikan tulisan setiap bulan di blog Kombi. Mereka harus melewati proses penyuntingan ketat yang mempermak tulisan mereka di sana-sini demi menghasilkan tulisan yang baik. Inilah usaha kejar mutu ala Kombi, yang mudah-mudahan bisa menjalar sekaligus menggusur mental serba instan yang kini merajalela di tengah bangsa Indonesia.

Syukur dihaturkan Efraim Sitinjak kepada Allah, yang empunya Kombi. Perjalanan satu tahun Kombi dinaungi oleh kasih-Nya. Segala pencapaian maupun persoalan adalah anugerah, dan masih banyak pekerjaan rumah Kombi ke depan. Kombi akan terus berkarya sebagai ungkapan syukur kepada Allah, menyampaikan ide-ide yang berguna bagi umat-Nya dan bangsa Indonesia.

Perayaan ulang tahun Kombi tahun ini, berikut pengintipan sekilas ke dapur Kombi, kiranya dapat membawa sidang pembaca makin bersatu jiwa dengan kami. Kami ucapkan banyak terima kasih atas dukungan Anda sekalian selama satu tahun ini. Doa dan sokongan Anda selalu kami harapkan. Marilah kita tak jemu-jemu menggagas dan menerapkan ide-ide baik—bagi Tuhan dan bangsa!

Selamat ber-Ubi!

Penjenang Kombi

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *