Oleh Lasma Panjaitan
Siapa yang tidak tahu mutiara? Orang tentu mengenali keindahan dan nilainya yang tinggi. Yesus Kristus bahkan pernah menjadikan mutiara lambang Kerajaan Allah.1 Hal ini menunjukkan betapa berharganya batu indah bentukan kerang itu.
Nilai tinggi tidak diperoleh mutiara dengan gampang. Butuh waktu cukup lama dan proses sulit untuk menghasilkan sebutir mutiara yang indah. Proses inilah yang menentukan kualitasnya.
Begitu pula tulisan-tulisan bermutu dihasilkan dari proses yang tak mudah. Menginjak tahun kiprahnya yang kedua, Komunitas Ubi (Kombi) terus berikhtiar menghasilkan tulisan-tulisan yang tidak saja indah namun juga bernilai tinggi. Untuk itu, tulisan-tulisan Kombi harus mengalami proses yang tidak gampang—seperti mutiara.
Mutiara terbentuk karena adanya benda asing (seperti pasir) yang masuk ke tubuh kerang. Kerang pun berusaha mengeluarkan benda asing ini dengan mengeluarkan cairan dari tubuhnya, berulang kali sehingga cairan itu akhirnya memadat jadi mutiara. Proses itu tidaklah nyaman atau mudah bagi kerang, sebab benda asing itu berpotensi melukai atau merusak tubuhnya. Namun, dari ketidakmudahan ini terbentuklah mutiara yang berharga.
Tulisan-tulisan Kombi pun harus melewati proses yang tidak mudah Mula-mula anggota tim inti Kombi akan menambang ide-ide baru yang segar. Diskusi-diskusi rutin dilakukan untuk menemukan ide yang tidak biasa dan berkualitas. Setelah berdiskusi, ide-ide dirumuskan lalu dibagikan kepada para peladang (penulis). Para peladanglah yang kemudian mengejawantahkannya dalam bentuk tulisan. Semua ini tentu saja menyita waktu, tenaga, dan pikiran.
Proses sampainya tulisan para peladang ke dinding blog Kombi juga tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Tulisan para peladang akan masuk dapur penyuntingan Kombi, tak jarang sampai beberapa kali, hingga mencapai tingkat kematangan yang pas. Peladang harus memperbaiki tulisannya sesuai dengan suntingan, misalnya mengubah cara penyampaian, menata alur yang lebih enak, serta membuat argumen yang masuk akal sehat. Dari proses inilah tersaji tulisan-tulisan yang logis dan nyaman dibaca.
Sampai sejauh ini peladang dan penyunting Kombi tidak menerima upah atas jerih payahnya. Semua dilakukan secara cuma-cuma dan rela hati. Meskipun menulis tanpa bayaran, mereka tetap mengedepankan mutu dan profesionalisme dalam berkarya. Dengan etos kerja seperti itu, tulisan-tulisan Kombi menjadi suatu aksi di tengah payahnya etos kerja banyak orang di Indonesia.
Aksi ini mencerminkan prinsip kristiani tentang bekerja “dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”2 Kerja haruslah sepenuh (“segenap”) hati, bukan setengah hati, sehingga hasilnya pun tidak sembarangan, tapi tergolong layak untuk diterima Tuhan. Dan apa yang tergolong layak diterima Tuhan, pastilah bermanfaat bagi sesama.
Di sini dapatlah dipahami bahwa kerja sepenuh hati akan berbanding lurus dengan kesejahteraan bangsa. Kerja profesional adalah kunci pokok untuk memperbaiki nasib bangsa. Kalau setiap anak bangsa bekerja di bidangnya masing-masing dengan mengedepankan mutu dan profesionalisme, niscaya hasil baik dan prestasi besar akan menyemarakkan berbagai bidang kehidupan bangsa.
Sebagai contoh, kalau para guru mengajar dengan segenap hati, mereka akan melahirkan generasi bangsa yang cendekia. Kalau para dokter bekerja dengan profesional, mereka akan mewujudkan masyarakat yang sehat. Kalau para penulis menulis “seperti untuk Tuhan,” mereka akan mencerdaskan bangsa lewat ide-ide yang terbaik dan paling cemerlang.
Alangkah indahnya kalau setiap anak bangsa bekerja secara demikian! Bangsa sejahtera bukan lagi sekadar mimpi!
Kombi bersukacita untuk turut menjadi penyumbang sejahtera bangsa lewat tulisan-tulisan. Kombi pun bergembira untuk turut meneladankan aksi mengedepankan mutu dan profesionalisme. Di usia dua tahun, harapan dihaturkan dalam doa kepada Allah: semoga Kombi, dengan kinerjanya, senantiasa membuahkan tulisan-tulisan seberharga mutiara.
.
Lasma adalah seorang pegiat Lembaga Bantuan Hukum yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.
.
Catatan
1 Lihat Matius 13:45-26.
2 Kolose 3:23.