Mitos “Dengan Sendirinya”

Oleh S.P. Tumanggor

Di relung hati kaum kulit hitam Amerika Serikat (AS), Dr. Martin Luther King, Jr. (1929-1968) selalu punya tempat istimewa. Betapa tidak, rohaniwan Kristen ini berani menembus api dan air bah rasisme kulit putih demi pengakuan hak-hak sipil kaumnya. Kiprah Dr. King sangat diilhami oleh iman Kristen. Namun, sayangnya, kiprahnya juga dipersukar oleh suatu mitos “kristiani” yang dipegang banyak orang Kristen sezamannya dan yang, celakanya, masih dipegang banyak orang Kristen masa kini.

Dalam buku Free at Last?, Carl Ellis, Jr., teolog kulit hitam AS, menceritakan bagaimana “ketika Dr. King mendaftarkan gereja-gereja yang mendukung Gerakan Hak Sipil, gereja-gereja yang disebut ‘percaya Alkitab’ nyata-nyata absen.”1 Mengapa demikian? Mengapa fakta “percaya Alkitab” tidak menggerakkan mereka kepada pekerjaan baik seperti perjuangan hak sipil?

Itu terjadi, catat Ellis, karena mereka “tidak pernah melihat simpulan-simpulan budayawi luas dari Amanat Agung … [sehingga] kekristenan mereka tidak pernah punya terapan melampaui aspek-aspek kehidupan pribadi. Banyak yang percaya bahwa ketidakadilan ras di AS akan lenyap dengan sendirinya sewaktu lebih banyak pribadi mendapatkan pengalaman pertobatan. Pandangan naif ini sama sekali mengabaikan pola rasisme yang telah terjalin dalam sistem AS.”2

“Lenyap dengan sendirinya” oleh “pengalaman pertobatan”—inilah mitos berbau kristiani yang terlalu sering merintangi peran orang Kristen sebagai “garam” dan “terang” dunia. Secara lugu sebagian kita memandang pertobatan belaka sebagai obat manjur bagi segala permasalahan masyarakat dan jalan pintas bagi perubahan masyarakat. Tak usah repot-repot terlibat atau berjuang keras memerangi penyakit sosial. Kita hanya perlu berusaha membawa orang kepada pertobatan, maka masyarakat luas secara otomatis akan terbawa kepada perubahan yang baik. Inilah mitos “dengan sendirinya.”

Rasul Paulus jelas tidak sepakat dengan mitos itu. Menurut Paulus, setelah orang percaya kepada Allah (“bertobat”) dan diselamatkan, ia harus sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan baik yang berguna bagi sesama manusia (Tit. 3:8). Artinya, pertobatan memang penting, tapi setelah bertobat, orang Kristen harus mengerahkan upaya pribadi ataupun kolektif untuk berfaedah bagi sesamanya. Inilah yang memungkinkan terjadinya perubahan masyarakat, seperti diteladankan oleh Gerakan Hak Sipil Dr. King.

Realitas hidup juga tidak sepakat dengan mitos “dengan sendirinya.” Contoh kasus yang amat gamblang adalah negara AS sendiri. Di sana tak kurang KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani) yang menyasar pertobatan pribadi dan tak kurang duyunan orang yang menyambut undangan/tantangan pertobatan. Megagereja bermunculan, membanggakan ribuan atau puluhan ribu anggota yang sudah bertobat dan bertekun dalam hidup saleh. Tapi apakah permasalahan sosial AS lenyap dengan sendirinya akibat segala pertobatan itu?

Faktanya, AS tetap menjadi pengekspor pornografi nomor wahid di jagat. Universitas-universitas bekennya terus menyiarkan semangat anti agama (Kristen, khususnya). Seks bebas, perceraian, disfungsi keluarga, penyimpangan seksual kian merajalela di negeri adidaya itu. Rasisme pun masih selalu jadi momok yang merundung hubungan orang kulit putih dengan orang kulit warna lain (merah, hitam, kuning, coklat). Semuanya berdiri mengolok-olok mitos “dengan sendirinya.”3

Jadi, mitos “dengan sendirinya” tidak lolos uji Alkitab dan uji realitas sehingga wajiblah dicampakkan oleh setiap orang Kristen yang berakal sehat. Kita harus senantiasa mencamkan bahwa pertobatan tak pernah diniatkan Allah menjadi tujuan akhir yang mengotomatiskan segala perubahan di dunia. Sebaliknya, pertobatan adalah modal dan titik tolak kita untuk mengusahakan berbagai pekerjaan baik di tengah masyarakat sesuai dengan kemampuan dan panggilan kita masing-masing. Gereja dan lembaga-lembaga Kristen seyogyanya mengguruh-gunturkan ajaran Paulus, “Perkataan ini benar dan aku mau supaya engkau dengan yakin menguatkannya, agar mereka yang sudah percaya kepada Allah sungguh-sungguh berusaha melakukan pekerjaan yang baik.”4

Itulah yang akan membuat kekristenan berdampak besar di tengah masyarakat. Itulah yang akan membuat kekristenan “hidup” dan mengubahkan, sebab seperti kata Dr. King, “Agama apa pun yang mengaku peduli terhadap jiwa-jiwa manusia tapi tidak peduli terhadap lingkungan-lingkungan kumuh yang melaknat mereka, kondisi ekonomi yang menjerat mereka, dan kondisi sosial yang melumpuhkan mereka, adalah agama yang sekarat secara rohani dan menunggu penguburan.”5

. 

S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa dan penulis yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

1 Carl F. Ellis, Jr. Free at Last?: The Gospel in the African-American Experience. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press, 1996, hal. 82.

2 Carl F. Ellis, Jr., hal. 81-82. Istilah “Amanat Agung” di sini menunjuk kepada amanat Kristus kepada para pengikut-Nya untuk mencetak “murid Kristus” dari berbagai bangsa. Amanat ini sering dipahami orang Kristen sebagai perintah untuk mendakwahkan Injil.

3 Masalah disfungsi keluarga, seks bebas, dan rasisme malah melanda/dilakukan sebagian orang Kristen AS yang sudah mendapat pengalaman pertobatan pula! Kejatuhan seksual beberapa pengkhotbah KKR ternama di AS sudah jadi kisah nyata yang menghebohkan masyarakat. Kemiskinan atau keterpinggiran orang Kristen kulit merah AS hingga hari ini (padahal merekalah penduduk asli Amerika) berbicara banyak tentang masalah rasisme yang tidak juga tertanggulangi dengan pertobatan belaka.

4 Inilah bunyi lengkap Titus 3:8 dalam Alkitab Terjemahan Baru (TB) bahasa Indonesia.

5 Martin Luther King, Jr. “Pilgrimage to Nonviolence” dalam The Papers of Martin Luther King, Jr. Volume V: Threshold of a New Decade, January 1959-December 1960/Penyunting: Clayborne Carson dkk., University of California Press: 2005, dalam situs The Martin Luther King, Jr. Research and Education Institute. <http://mlk-kpp01.stanford.edu/index.php/encyclopedia/documentsentry/pilgrimage_to_nonviolence>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *