Oleh Ivan Sihombing
Kisah pahlawan adalah salah satu jenis kisah yang selalu diminati umat manusia di segala zaman. Cerita kepahlawanan menginspirasi, memberikan teladan keberanian bagi pembaca/pendengarnya. Karena itulah tokoh pahlawan begitu sering kita jumpai dalam berbagai kebudayaan, baik tokoh rekaan seperti Gatot Kaca dalam kisah pewayangan Jawa dan Superman dari AS maupun tokoh nyata seperti Nelson Mandela dari Afrika Selatan dan Sukarno dari Indonesia.
Di dalam Alkitab kita juga mendapati kisah tentang pahlawan yang teramat hebat: Kristus Yesus, Sang Mesias, yang kelahiran-Nya kita rayakan sebagai hari Natal. Yesus, Sang Juruselamat, adalah pahlawan terpenting dalam sejarah manusia dan orang percaya. Melalui kelahiran-Nya, dimulailah suatu riwayat kepahlawanan agung yang penuh belas kasih dan kebaikan terhadap orang lain dan yang berujung pada pengorbanan di kayu salib demi mendamaikan manusia berdosa dengan Sang Pencipta.1
Yesus menunjukkan kepahlawanan-Nya dengan cara unik yang tidak terpikirkan oleh orang-orang sezaman-Nya. Ia tidak tampil memimpin perang melawan penjajah Romawi—seperti yang dirindukan bani Israel saat itu—tetapi Ia tampil melawan pangkal segala kejahatan dalam kehidupan umat manusia, yaitu dosa. Saat pahlawan lain datang dengan gagah berani membawa pedang dan perisai, Yesus datang dengan sederhana membawa ajaran kasih dan kelemahlembutan. Saat pahlawan lain berjuang melawan tentara musuh, Yesus berjuang melawan sakit penyakit, kelaparan, dan maut.
Kepahlawanan Yesus bermula di kekekalan. Ia, yang adalah Firman Allah, rela mengosongkan diri, melupakan sejenak kesetaraan-Nya dengan Allah, dan menjadi sama dengan manusia untuk “mempersembahkan diri-Nya sendiri sebagai korban.”2 Ia taat, bahkan sampai mati di kayu salib.3 Maka saat nama pahlawan lain hilang ditelan zaman, nama Yesus tetap bersinar sebagai Nama di atas segala nama hingga kini.4 Dengan mengalahkan maut dan bangkit dari kematian, Yesus menjadi mahapahlawan yang membawa keselamatan dan pengharapan bagi umat manusia.
Maka cocoklah bahwa Natal, peringatan kelahiran Sang Mahapahlawan, dirayakan dengan begitu meriah oleh umat Nasrani, bahkan oleh dunia sekuler. Dan Natal yang melahirkan Pahlawan Agung harus pula melahirkan kita, pengikut Kristus, sebagai pahlawan-pahlawan. Bukankah dunia kita, bangsa kita, selalu membutuhkan pahlawan?
Indonesia, dengan berbagai masalahnya saat ini, sangat membutuhkan sosok-sosok pahlawan yang bisa menegakkan kembali nilai-nilai luhur bangsa dan memperjuangkan pendidikan bagi mereka yang terbelakang, kesembuhan bagi mereka yang sakit, kesejahteraan bagi mereka yang miskin, keadilan bagi mereka yang tidak bisa membela dirinya sendiri, dan kedamaian bagi mereka yang berkonflik. Masalah di berbagai bidang tersebut jauh lebih sulit dihadapi daripada musuh yang memiliki wujud nyata seperti tentara penjajah.
Kita perlu turut menjadi pahlawan yang rela berkorban demi mengatasi segala masalah itu. Kita bisa menjadi guru yang mengajar generasi penerus dengan dedikasi penuh, dokter yang menangani pasien dengan belas kasih, pemimpin yang memimpin sebagai pelayan rakyat, dan lain-lain.
Sosok guru, dokter, dan pemimpin seperti itu sudah kita kenali dalam diri Juruselamat kita, Kristus Yesus. Jadi jika kita mengakui dan menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat, sudah seharusnyalah sifat-sifat kepahlawanan yang diteladankan-Nya mengkristal dalam hati kita dan menggerakkan kita untuk menjadi pahlawan di bidang pekerjaan kita masing-masing.
Itu tanggung jawab sekaligus kehormatan yang amat besar! Kita yang sudah diselamatkan Kristus janganlah menyia-nyiakan pengorbanan-Nya dengan cara tidak meneruskan perjuangan-Nya dan tidak menjadi pahlawan-pahlawan yang dibutuhkan bangsa dan dunia.
Natal, momen kelahiran Yesus Kristus, memang patut kita syukuri dan rayakan. Tetapi lebih daripada itu, Natal haruslah melahirkan pahlawan-pahlawan penerus Kristus: orang-orang yang memperjuangkan terjadinya kehendak Tuhan “di bumi seperti di surga.” Dengan juang kepahlawanan seperti ini, pemulihan bangsa yang kita rindukan tentulah tidak akan menjadi mimpi manis belaka.
Catatan
1 Kolose 1:20.
2 Yohanes 1:1, 14; Filipi 2:6-7; Ibrani 7:27.
3 Filipi 2:8.
4 Filipi 2:9.