Karakter Calon Legislatif Kristen: Suatu Teladan dari Pak Ahok

Oleh Josia Tambunan

Menghadapi Pemilu 2014, banyak orang Kristen turut mencalonkan diri menjadi anggota dewan  perwakilan rakyat. Pertanyaannya: apakah mereka sudah benar-benar siap menjadi legislator yang amanah, baik secara keindonesiaan maupun secara kristiani? Berkaca pada pengalaman sebelumnya, sebagian legislator dari kalangan Kristen ternyata tidak menjadi contoh sosok pemimpin yang ideal, malah ada yang tersandung kasus korupsi.

Namun, masih  ada sosok pemimpin dari kalangan Kristen yang menjadi teladan dalam hal kebangsaan dan kekristenan. Para calon legislatif (caleg) Kristen bisa mempelajari dan meniru beberapa sifat baik darinya. Sifat-sifat ini tampak jelas dalam kiprahnya sewaktu berkampanye untuk meraih jabatan politik, duduk di kursi legislator, dan menjadi pejabat kepala daerah. Dia adalah Basuki Tjahaja Purnama, yang lebih akrab dipanggil Ahok.

Sifat kesatu yang bisa dicontoh dari Pak Ahok adalah integritasnya. Ahok adalah pribadi yang jujur dan tidak berusaha mengambil keuntungan dari rakyat. Dia juga konsisten dengan prinsip dan tidak mudah digoyahkan.

Beberapa kali kekonsistenan Ahok dalam berprinsip dicobai. Salah satunya adalah ketika ia hendak mencalonkan diri sebagai caleg di tahun 2004. Ia menolak membagi-bagikan uang kepada masyarakat sebagai bagian dari kampanyenya. Menurutnya, kalau ia melakukan itu, masyarakat berhak tidak mempercayainya, karena di waktu mendatang bisa saja ia “mengambil kembali” uang mereka ketika ia terpilih.1 Dalam pemilu-pemilu berikutnya ia tetap memegang prinsip ini. Hasilnya, ia tidak kalah bersaing dengan politikus-politikus lainnya.

Sifat kedua yang menonjol pada Pak Ahok adalah kualitas pribadinya. Ia tidak hanya “menjual” kejujuran tetapi juga kecerdasan.

Pernah santer di kalangan masyarakat Jakarta kisah Ahok membongkar ketidakberesan di salah satu sekolah menengah di Jakarta. Waktu itu, dalam kunjungan selaku wagub, Ahok membaca laporan anggaran sekolah dan dengan jeli mengungkap adanya penyimpangan anggaran.2 Tanpa akal budi yang terlatih, tentu ia tak mungkin mengendus ketidakbenaran ini.

Sifat ketiga yang patut diperhatikan dari Pak Ahok adalah anti primordialisme. Ia tidak berat sebelah dan fanatik buta terhadap agama yang dia anut. Sekalipun ia penganut Kristen yang taat, ia melayani masyarakat Indonesia tanpa peduli identitas agama atau sukunya. Ia bahkan pernah mengatakan bahwa orang yang seiman dengannya bukanlah orang yang memiliki identitas agama sama di KTP-nya, melainkan orang yang sama-sama ingin mewujudkan kehidupan berbangsa yang bersih dan berintegritas.3

Terakhir, Pak Ahok adalah sosok yang visioner. Ia memiliki pandangan yang jelas tentang hal-hal apa saja yang ingin dicapainya, hal-hal apa saja yang harus dilakukan untuk mencapainya, dan ia melakukan aksi nyata untuk mencapai hal tersebut.

Sewaktu berkampanye dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta, Ahok (dan Jokowi, calon gubernur yang menjadi pasangannya) menyampaikan visi tentang Jakarta yang manusiawi dan bermartabat. Visi itu boleh dibilang hampir mustahil diwujudkan di “rimba” Jakarta. Namun, Ahok (dan Jokowi) berhasil, antara lain, menghemat anggaran belanja daerah sampai 25%4 sehingga dana hasil penghematan itu dapat dipakai untuk program-program yang memanusiakan dan memartabatkan warga Jakarta.

Sifat-sifat di atas jelas menunjukan kentalnya keindonesiaan dan kekristenan Pak Ahok. Ia sangat mengindonesia karena segala juangnya adalah untuk menyejahterakan rakyat Indonesia tanpa memandang SARA. Ia juga sangat kristiani karena kekudusan dan kasih kepada sesama menonjol dalam kiprahnya. Tambahan lagi, sifatnya yang tidak picik, egois, dan eksklusif dalam hal kesukuan dan agama mengokohkan keindonesiaan dan kekristenannya.

Tiada gading yang tak retak. Pak Ahok pun tentu tak luput dari kesalahan. Namun, sifat-sifat baik yang dimilikinya sebagai negarawan patut ditiru orang-orang Kristen yang (ingin) menjadi caleg. Semoga saja mulai pemilu ini kita menyaksikan kemunculan makin banyak Ahok lain yang akan turut memastikan terwujudnya harapan Indonesia baru yang adil, makmur, dan sejahtera.

.

Josia adalah seorang mahasiswa jurusan hukum yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

1Basuki Tjahaja Purnama. Merubah Indonesia. Jakarta: Center for Democracy and Transparency, 2008, hal. 30-31.

2 “Ahok ancam usut penyimpangan anggaran di SMA unggulan” dalam situs merdeka.com. <http://www.merdeka.com/jakarta/ahok-ancam-usut-penyimpangan-anggaran-di-sma-unggulan.html>.

3 Basuki Tjahaja Purnama, hal. 43.

4 “7 Sepak Terjang Ahok Hemat Uang Rakyat” dalam situs detik.com.  <http://news.detik.com/read/2013/03/16/103744/2195698/10/5/7-sepak-terjang-ahok-hemat-uang-rakyat#bigpic>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *