Oleh Efraim Sitinjak
“Kak, tulisan Kombi kok singkat ya? Kenapa tidak membahas sampai detail ya?”
Seorang teman yang sering saya kirimi artikel-artikel dari blog Komunitas Ubi (Kombi) melemparkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Walaupun sudah dijelaskan bahwa tulisan Kombi adalah tulisan yang menerangkan gagasan secara singkat namun tidak secara dangkal, tetap saja jawaban saya seperti belum memuaskan baginya.
Dalam tiga tahun kiprahnya, Kombi memang selalu menyajikan tulisan-tulisan yang sengaja dirancang ringkas dan padat. Isinya sering kali membahas topik-topik yang jarang dibicarakan atau yang dibicarakan secara klise saja. Enam ratus kata adalah batas maksimal luas “lahan” yang diberikan kepada setiap peladang untuk mengolah ide. Jelas “lahan” maksimal 600 kata ini tidak memungkinkan pembahasan ide yang terlalu rinci.
Dalam hal ini, tulisan-tulisan Kombi tidak seperti buku yang membahas suatu topik secara mendetail. Tulisan-tulisan Kombi lebih mirip dengan artikel-artikel opini di koran yang bersifat singkat, lugas, dan langsung menuju persoalan. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadi batu loncatan bagi pembaca kepada bahasan lebih lanjut yang bisa didapatkan di buku-buku. Ini perlu dimaklumi oleh semua pembaca tulisan Kombi (termasuk kawan saya itu).
Ambil contoh rumpun tulisan Kombi di awal tahun 2014 yang bertema “Yang Baru Dari Yang Lama.” Lewat rumpun tulisan ini Kombi menyoroti beberapa hal yang penting dibaharui di tengah bangsa dengan menimba ilham dari hal-hal lama. Para peladang mengerahkan akal budi untuk mengenali hal-hal yang membutuhkan pembaharuan di masa sekarang dan hal-hal yang dapat digali dari masa lalu untuk pembaharuan itu.
Salah satu hal yang diangkat adalah pembangunan Indonesia Timur. Saya, yang kebagian jatah menuliskannya, membeberkan fakta bahwa Indonesia Timur kini tertinggal dari Indonesia Barat padahal dulu sangat berjaya lewat perdagangan maritim. Maka saya mengusulkan agar kejayaan Indonesia Timur dibaharui dengan menimba ilham “lama” dari pencapaian Maluku dan Makassar di masa lalu, yakni dari kecerdikan mereka mengenalidan mengelola potensi letak wilayah yang strategis.1
Tulisan saya singkat saja. Batang tubuhnya hanya terdiri dari 570 kata. Saya membukanya dengan kutipan dari sebuah artikel koran nasional yang mengungkapkan bagaimana Maluku sekarang “seperti tertatih menanggung beban kejayaan masa lalu.” Setelah itu saya segera mengungkapkan isu ketertinggalan Indonesia Timur sambil menunjukkan bahwa Makassar pun bernasib sama dengan Maluku.2 Selanjutnya, saya sebutkan secara ringkas penyebab-penyebab ketertinggalan itu dan dampak besarnya secara nasional jika Indonesia Timur tetap tertinggal.
Dari situ saya mengkaji cara mengembalikan kejayaan Indonesia Timur. Kali ini, sesuai dengan tema besar “Yang Baru dari Yang Lama,” saya menyingkapkan kinerja baik Maluku dan Makassar di masa lampau lalu menjadikannya landasan ide-ide untuk kinerja di masa kini. Singkatnya, saya mengusulkan konsep pembangunan bahari sebagai konsep pembangunan yang tepat bagi kawasan Indonesia Timur.
Tentunya banyak hal selain pembangunan bahari—bahkan banyak aspek dalam pembangunan bahari—yang masih harus digali dalam upaya membenahi Indonesia Timur. Maka tulisan saya menjadi semacam batu loncatan kepada buku-buku yang bersangkut-paut dengan semua hal itu—bahkan kepada pengembangan ide-ide baru yang mungkin belum pernah dituliskan.
Demikianlah kita seharusnya memandang tulisan-tulisan pendek ala artikel majalah/surat kabar sebagai batu loncatan kepada tulisan-tulisan lain yang lebih mendalam. Janganlah kita cepat puas dengan tulisan pendek belaka, karena di situ tidak tersedia kajian yang luas. Namun, jangan pula kita tidak puas dengan tulisan pendek karena merasa tulisan itu tidak lengkap, tidak mendetail, sebab tulisan pendek memang harus pendek.
Dalam ulang tahunnya yang ketiga, Kombi berharap untuk terus dapat menyajikan tulisan-tulisan singkat yang tidak dangkal dan tidak klise idenya. Lahan tulisan seluas maksimal 600 kata itu kiranya dimanfaatkan baik-baik oleh pembaca sebagai batu loncatan kepada tulisan-tulisan lain dan ide-ide kembangan. Semua untuk kemajuan diri dan kemajuan bangsa.
Dan betapa saya berharap agar di tahun-tahun mendatang teman yang dikirimi tulisan Kombi bisa sampai berkata, “Kak, ini ide-ide yang kukembangkan dari tulisan Kombi, mari kita diskusikan.”
.
Efraim adalah seorang konsultan kebijakan publik yang tinggal di Bandung, Jawa Barat.
.
Catatan
1 Tulisan itu berjudul “Membaharui Kejayaan Indonesia Timur.” Lihat blog Komunitas Ubi. <http://komunitasubi.wordpress.com/2014/01/17/membaharui-kejayaan-indonesia-timur/>.
2 Maluku dan Makassar, karena kejayaannya di masa lalu, boleh kita pandang mewakili kawasan Indonesia Timur secara umum.