Damai di Bumi

Oleh Viona Wijaya

Yesus, dapatkah kau mengambil waktu/Untuk melemparkan tali kepada orang yang sedang tenggelam/Damai di bumi1

Kutipan lirik di atas berasal dari lagu Peace on Earth yang dilantunkan U2, grup musik rok terkemuka asal Irlandia. Dirilis pada tahun 2000, lagu itu bukan ditulis dalam rangka Natal—peristiwa yang erat kaitannya dengan “damai di bumi.”2 Sebaliknya, Peace on Earth ditulis untuk mengingat peristiwa yang jauh dari damai, yakni meletusnya bom di Omagh, Irlandia Utara.3

Lewat Peace on Earth, Bono, sang penulis lagu yang juga vokalis U2, mengungkapkan simpatinya kepada para korban sekaligus rasa putus asanya melihat dunia yang penuh kepedihan akibat tikai. Kini, belasan tahun setelah lagu itu dirilis, tikai dan teror masih saja terjadi. Kita terus disuguhi berita bahwa pertikaian bernuansa SARA tidak berhenti dan aksi-aksi terorisme justru meningkat.

Betapapun perdamaian diinginkan, sejarah mencatat bahwa tikai dan teror merupakan bagian yang tak terpisahkan dari perjalanan hidup manusia. Kita, manusia yang hatinya telah dicemari dosa, dapat dikuasai kemarahan dan kebencian sedemikian rupa sehingga tak segan melukai sesama.

Tikai dan teror di muka bumi tentulah membuat hati kita menjerit rindu akan kedamaian. Dalam keputusasaan, Bono berharap ada tali yang dilemparkan kepada umat manusia yang sudah seperti orang tenggelam dan tak berdaya menyelamatkan diri. Harapan ini mungkin juga kuat menggeliat di dalam hati kita.

Sebagai seorang Kristen, Bono meyakini Yesus sebagai sosok yang dapat melemparkan tali pertolongan itu dan yang dapat menghadirkan damai di bumi mengatasi tikai dan teror. Keyakinannya didasarkan pada kejadian luar biasa yang terjadi kira-kira 2000 tahun lalu: Firman Allah menjadi manusia, yakni Yesus Kristus atau Isa Almasih, untuk berkorban memulihkan hubungan Allah dan manusia. Dalam hal ini, Yesus tidak hanya “mengambil waktu” untuk menolong manusia, Ia telah memberikan diri-Nya sendiri!

Ketika Ia lahir di Betlehem, Kitab Suci mencatat bahwa para malaikat menyampaikan puji-pujian. Mereka berkata, “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang dikenan oleh-Nya” (Luk. 2:14). Kelahiran Yesus dimaklumkan membawa damai ke bumi—damai di antara manusia berdosa dengan Penciptanya, yang memampukan mereka berdamai pula dengan sesama dan dunianya. Inilah “tali” pertolongan yang telah dilemparkan kepada umat manusia di masa lampau.   

Meski demikian, bukan berarti damai sempurna langsung terwujud di bumi. Menurut Alkitab, ketika Yesus datang kembali kelak, barulah dosa, tikai, teror, dan segala hal buruk lainnya disingkirkan total dari bumi. Menurut Alkitab, air mata, maut, ratap tangis, dan dukacita akan tetap ada di bumi hingga Allah, melalui Kristus, menjadikan langit dan bumi yang baru (Why. 21:4-5).

Kini, sambil menanti kembalinya Kristus, umat Kristen dipanggil untuk menjadi “tali-tali penolong,” yakni perpanjangan tangan Kristus yang menghadirkan damai di bumi. “Berbahagialah orang yang membawa damai,” kata Kristus sendiri, “karena mereka akan disebut anak-anak Allah” (Mat. 5:9). Melerai yang bertikai, membela yang tertindas, memperjuangkan tegaknya kebenaran dan keadilan selalu merupakan bagian dari upaya menghadirkan damai di bumi—dan ini pantang dilalaikan oleh semua orang yang mengaminkan pujian malaikat tentang “damai sejahtera di bumi.”

Maka dengan digerakkan oleh semangat Natal, umat Kristen akan memperjuangkan damai di bumi bersama semua orang lain yang cinta damai. Meski damai sempurna tidak akan mewujud sebelum langit dan bumi yang baru datang, kita tetap harus mengusahakannya dengan sekuat tenaga dalam masa hidup kita di bumi—seperti yang diteladankan Kristus sendiri.

Ah, kiranya hidup dan karya kita dapat menjadi suatu “tali penolong” yang Tuhan lemparkan untuk mencegah manusia tenggelam dalam tikai dan teror. Kiranya kita semua, khususnya para peraya Natal, serius membawa damai agar tiada desah putus asa atau sinis ketika orang mendengar frasa “damai di bumi” yang dimaklumkan malaikat—sebagaimana diungkapkan Bono dalam Peace on Earth: “[Aku] mendengarnya setiap Natal/Tetapi harapan dan sejarah tidak mau sejalan/Jadi apalah artinya/Damai di bumi ini?4

.

Viona Wijaya adalah seorang calon pegawai negeri sipil yang bermukim di DKI Jakarta.

.

Catatan

1  Teks aslinya berbunyi, “Jesus can you take the time/To throw a drowning man a line/Peace on earth.” Teks seluruhnya bisa dilihat, misalnya, di situs U2. < http://www.u2.com/discography/lyrics/lyric/song/104/>.

2 Salah satu peristiwa yang identik dengan Natal adalah tampilnya para malaikat di hadapan para gembala dengan puji-pujian yang mengatakan, antara lain, “Damai sejahtera di bumi.” Lihat Luk. 2:8-14.

3 Lihat “Omagh Bombing” dalam situs Wikipedia. <http://en.wikipedia.org/wiki/Omagh_bombing>.

4 Teks aslinya berbunyi: “Hear it every Christmas time/But hope and history won’t rhyme/So what it’s worth/This peace on earth.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *