Oleh Melissa Chen
“Tidak menancapkan banyak colokan listrik ke dalam satu soket. Tidak memegang colokan listrik dengan tangan basah.” Demikian jawaban seorang siswa kelas 1 SD untuk pertanyaan saya tentang cara menggunakan piranti elektronik di rumah. Pengetahuan sang siswa merupakan hasil pendidikan sains tepat guna. Meski tampak sepele, pendidikan semacam itu sangat berguna untuk keselamatan, khususnya jika diajarkan kepada siswa sejak dini.
Sayangnya, sains tepat guna belum digencarkan di Indonesia. Buku-buku pelajaran sains di Indonesia jarang menyinggungnya. Kalaupun disinggung, cara ajar atau beban kurikulum yang padat membuat siswa susah mengerti, apalagi mengingatnya hingga dewasa. Artinya, belum ada upaya serius dan cerdik dalam memasyarakatkan sains tepat guna di Indonesia.
Jadi, bagaimana siswa saya bisa tahu tentang tindak pengamanan listrik di rumah? Dari bahan ajar berkurikulum Singapura yang digunakan di sekolah swasta tempat saya mengajar di Surabaya. Bukan bermaksud tidak nasionalis, tetapi pengelola sekolah memilih bahan ajar dari negeri jiran ini karena beberapa pertimbangan baik. Terlepas dari konteks masyarakat yang berbeda, beberapa hal memang patut kita pelajari dari bahan ajar itu, khususnya dalam hal pendidikan sains tepat guna.1
Pertama, teori-teori sains tepat guna dalam bahan ajar kurikulum Singapura disesuaikan dengan usia siswa. Semua contohnya pun mudah dilihat, dipahami, dan dipraktikkan siswa. Bahan ajar untuk kelas 1 SD, misalnya, mengajarkan teori kebutuhan dasar makhluk hidup dengan contoh-contoh tentang cara manusia dan hewan makan, minum, dan bernafas. Cara tumbuhan makan dan minum belum dipaparkan sebab siswa kelas 1 SD masih sulit membayangkannya.
Kedua, bahan ajar kurikulum Singapura memotivasi siswa untuk belajar sebab mereka diajak melihat bahwa sains penting bagi keselamatan hidup mereka. Jika sains digunakan dengan tepat, mereka akan mendapat manfaat; jika tidak, mereka bisa celaka. Setiap bab selalu menyisipkan nasihat dan petunjuk untuk mewaspadai risiko-risiko. Bab mengenai listrik, misalnya, menyinggung tentang bahaya memegang colokan pengering rambut dengan tangan basah. Bab mengenai panas menyinggung tentang bahaya membiarkan oven dan kompor gas menyala tanpa pengawasan.
Ketiga, bahan ajar kurikulum Singapura mengedepankan pentingnya menjaga diri. Sepertiga semester pertama kelas 1 SD dikhususkan untuk mengenali anggota tubuh dan cara merawatnya. Contoh-contoh diberikan agar siswa mengerti cara merawat kebersihan tubuh, memiliki pola hidup sehat sempurna, serta merawat panca indera. Dengan begini, siswa diharapkan tumbuh sehat sehingga kelak dapat berguna bagi bangsa dan dunia.
Jika kita ingin memperbaiki kualitas sumber daya manusia Indonesia, bahan ajar sains SD di Indonesia harus dibuat tepat guna: tidak memuat teori atau informasi yang belum perlu diketahui siswa (sesuai tingkatan umurnya), menyederhanakan pembahasaan sehingga mudah dipahami, dan mengatur tata letak dalam buku pelajaran agar tiap halaman memancing keingintahuan siswa. Selain itu, perlu ada anjuran praktik-praktik yang relevan, jelas, dan mudah dilakukan siswa.
Pemahaman tentang kegunaan sains akan memacu motivasi belajar siswa, sedini kelas 1 SD sekalipun. Pemangkasan teori yang tidak perlu akan membantu siswa lebih menguasai bahan ajar yang cocok dengan tingkatan umur mereka. Jika setiap teori disertai praktik yang mudah dimengerti dan dilakukan siswa, mereka akan mampu menerapkan sains dalam keseharian. Ruang tanya-jawab dan diskusi di kelas juga akan meningkatkan kemampuan komunikasi mereka. Sains pun jadi menarik, mudah dipraktikkan, dan relevan bagi mereka. Ujung-ujungnya, lulusan SD (bahkan lulusan perguruan tinggi) kita mampu menghindari kecerobohan fatal yang sering terjadi dalam hidup sehari-hari akibat tidak melek sains tepat guna.
Dari pengalaman mengajar, saya belajar dan yakin bahwa sains tepat guna akan membantu tunas-tunas bangsa tumbuh menjadi pribadi yang mampu berpikir logis, ilmiah, mawas diri, dan sadar lingkungan. Selain mampu menghindari musibah yang tidak perlu, mereka juga akan mampu menciptakan inovasi dan solusi bagi kehidupan bangsa dan dunia yang lebih baik di masa depan.
.
Melissa Chen adalah seorang guru yang tinggal di Surabaya, Jawa Timur.
.
Catatan
1 Bahan ajar yang saya gunakan adalah My Pals Are Here!: Science (1A dan 1B) oleh Shireen Khanali (Singapura: Marshall Cavendish, 2010).