Kristen Denominasi

Oleh Efraim Sitinjak

Tidak ada angka pasti tentang jumlah aliran atau denominasi Kristen saat ini. Namun beberapa sumber menunjukkan jumlah itu luar biasa besar. Ada yang menyebutkan bahwa hari ini terdapat 35.500 atau 45.000 denominasi Kristen.1 Penelitian Seminari Teologi Gordon-Conwell menyebutkan bahwa setidaknya ada 41.000 denominasi dan organisasi Kristen di seluruh dunia.2

Angka-angka ribuan denominasi itu mencengangkan sekaligus memprihatinkan. Yesus boleh dibilang hanya mengalirkan satu sungai, namun pengikut-pengikut-Nya hingga kini memecah sungai yang satu itu menjadi ribuan aliran. Setiap aliran atau denominasi masih mengaku sebagai pengikut Kristus, tetapi memilih untuk terpisah dari pengikut Kristus aliran lainnya.

Gerakan reformasi gereja di Eropa abad ke-16 dikatakan “menandai awal denominasionalisme seperti yang kita lihat hari ini.”3 Sejak saat itulah denominasi tumbuh subur dalam kekristenan. Denominasi-denominasi baru bisa sangat mudah terbentuk karena perbedaan tafsiran Alkitab, ketokohan pemimpin gereja, atau perselisihan dalam organisasi. Perbedaan pandangan atau gaya tentu bisa dimaklumi. Tetapi alih-alih mengelolanya secara bijak, langkah yang sering diambil orang Kristen adalah membentuk denominasi baru.

Hal itu menunjukkan betapa kita telah melupakan seruan lantang Rasul Paulus tentang menjadi pengikut Kristus saja—menjadi “Kristen doang.”4 Hiruk-pikuk perpecahan umat ke dalam denominasi-denominasi menenggelamkan seruan Paulus tersebut.

Dalam Surat 1 Korintus, Paulus mengkritik jemaat Korintus yang terpecah dalam golongan Apolos, Kefas, Paulus, bahkan Kristus. Ia mempertanyakan arti golongan-golongan itu dengan berkata, “Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (1 Kor. 1:13). Identitas sebagai pengikut golongan atau denominasi Kristen tertentu tidak tepat dan tidak penting baginya sebab Gereja—Tubuh Kristus—adalah satu.

Pada masa kini, denominasi telah sangat mempengaruhi identitas kita selaku pengikut Kristus. Dengan ajaran, tafsiran, aturan, dan kebiasaannya yang khas, denominasi membentuk kita dalam identitas golongan Kristen tertentu. Kita pun menjadi “Kristen denominasi”—bukan Kristen doang—dan dengan demikian melanjutkan perpecahan dalam tubuh Kristus.

Kalau mengacu kepada pandangan Paulus, itu tidak tepat dan tidak ideal, sungguhpun ada hal-hal baik yang bisa kita petik dari berbagai denominasi. Tetapi karena denominasi-denominasi sudah sulit dihapuskan, kita sebaiknya bersikap bijak mengenainya dan menjauhi fanatisme denominasi. Kita sebaiknya tidak membiarkan identitas Kristen denominasi menggusur identitas Kristen doang kita.

Salah satu cara untuk mengejawantahkan hal itu adalah dengan kembali kepada ajaran Rasul Paulus dalam Surat 1 Korintus di atas. Masing-masing murid Kristus haruslah mencamkan ideal identitas Kristen doang di atas identitas Kristen denominasi. Ya, setiap kita bisa saja tumbuh dan bergiat dalam suatu denominasi, tetapi sikap hati kita haruslah merdeka dari denominasi.

Dengan sikap hati tersebut kita akan mementingkan jatidiri sebagai pengikut Kristus dibanding sebagai pengikut golongan Kristen. John Stott, tokoh Kristen beken dari Inggris, pernah berkata bahwa ia pertama sekali dan terutama adalah seorang Kristen yang mengikuti Yesus Kristus, kemudian seorang Kristen Injili, dan baru kemudian seorang Anglikan.5

Meskipun tidak menghilangkan identitas denominasinya, pernyataan John Stott tersebut bisa menjadi contoh awal dari semangat Kristen doang, yakni dengan mengaku pertama sekali dan terutama sebagai pengikut Kristus. Semangat Kristen doang bernilai strategis sebagai titik temu yang baik bagi orang Kristen yang dibesarkan dalam denominasi-denominasi berbeda.

Denominasi-denominasi mungkin akan tetap ada sampai akhir masa—sampai Kristus datang kembali dan membubarkannya. Jumlahnya mungkin akan tetap puluhan ribu. Namun, ideal Tubuh Kristus tetap sama: tak terbagi-bagi. Identitas Kristen denominasi tak boleh menggusur identitas Kristen doang, sebab di kekekalan kelak yang belakangan ini akan menelan dan meniadakan yang pertama.

.

Efraim adalah seorang pegawai lembaga bantuan kemanusiaan yang bermukim di DKI Jakarta.

.

Catatan

1 Lihat George Weigel. “World religions by the numbers” dalam situs Chatolic Education Resource Centre. <http://www.catholiceducation.org/en/controversy/common-misconceptions/world-religions-by-the-numbers.html>; Krish Kandiah. “The Church is growing, and here are the figures that prove it” dalam situs Christian Today.

<http://www.christiantoday.com/article/a.growing.church.why.we.should.focus.on.the.bigger.picture/49362.htm>. Perbedaan jumlah denominasi disebabkan oleh perbedaan pendekatan dan kriteria dalam menentukan apa yang bisa dipandang sebagai denominasi.

2 Lihat Mary Fairchild. “Christianity Today: General Statistics and Facts of Christianity” dalam situs About. <http://christianity.about.com/od/denominations/p/christiantoday.htm>.

3 Mary Fairchild. “Christian Denominations: Church History” dalam situs About. <http://christianity.about.com/od/denominations/a/denominations_3.htm>.

4 Istilah “Kristen doang” pertama kali dipopulerkan oleh Sam Tumanggor sebagai suatu semangat, suatu pendekatan, untuk menanggulangi perpecahan Tubuh Kristus dengan cara menekankan jati diri sebagai pengikut Kristus belaka, tanpa memusingkan denominasi atau golongan Kristen. Lihat Sam Tumanggor. Di Bumi Seperti di Surga #1. Bandung: satu-satu, 2015, hal 157-167.

5 Sebagaimana dikutip oleh Andrew Grills.  “Forty Years On: An Evangelical Divide Revisited” dalam jurnal Churchman Volume 120 Issue 3 Autumn 2006. Herts: Church Society, 2006, hal. 237.

Efraim adalah seorang pegawai lembaga kemanusiaan yang tinggal di DKI Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *