Belanja Ide Inovasi di Pasar Swalayan

Oleh Victor Samuel

Manusia berbeda dengan binatang dalam banyak hal. Salah satunya adalah dalam cara mendapatkan makanan. Binatang harus mencari tumbuhan atau memburu binatang lain. Kita, manusia, dapat menemukan makanan—dan berbagai kebutuhan hidup lainnya—dengan berbelanja di pasar. Pasar mempertemukan penjual dan pembeli barang agar masing-masing memperoleh kebutuhannya.

Semua bangsa mengenal pasar, dan bangsa-bangsa maju telah berinovasi dengannya sehingga menghasilkan pasar swalayan. Bentuk pasar moderen ini sudah diterima oleh semua bangsa, termasuk Indonesia. Sialnya, karena lemah dalam berinovasi, bangsa kita belum bersumbangsih dalam pengembangan pasar swalayan ataupun sarana dan hal lainnya. Kita cenderung “membeli” saja inovasi-inovasi yang telah mendunia.

Di pasar swalayan, kita sebetulnya bukan cuma dapat berbelanja barang kebutuhan hidup. Kita juga dapat “berbelanja” ide inovasi untuk memacu semangat berinovasi. Kita dapat melihat bahwa bangsa-bangsa maju memperlengkapi pasar swalayan dengan barang atau sistem inovatif yang dibuat berdasarkan pengamatan cermat terhadap tiga sifat manusia dalam berbelanja.

Pertama, manusia menyukai kemandirian. Kita lebih suka bebas dari pengaruh orang lain ketika berbelanja. Maka pasar swalayan menyediakan troli supaya kita dapat membawa banyak belanjaan secara mandiri. Pasar swalayan juga menggantung petunjuk-petunjuk supaya kita dapat menemukan sendiri barang-barang yang kita butuhkan.

Kedua, manusia menuntut keterpercayaan. Kita jengkel jika penjual mengelabui kita dalam hal harga atau takaran barang. Maka pasar swalayan menggunakan timbangan digital untuk mendapatkan perhitungan berat barang yang lebih terpercaya daripada timbangan konvensional. Pelabelan harga pun, yang terhubung dengan sistem teknologi informasi di kasir, memastikan keterpercayaan harga.

Terakhir, manusia mengejar keefisienan. Di kota-kota besar—tempat pasar-pasar swalayan biasa didirikan—ritme kehidupan cenderung cepat, sehingga kita perlu mengefisienkan waktu dan energi. Maka pasar swalayan memiliki ruangan besar dan beragam-ragam barang dengan harapan pembelanja dapat memenuhi semua kebutuhannya dengan mengunjungi satu tempat saja. Juga pasar swalayan menerima pembayaran secara elektronik sehingga kita tak perlu mencari-cari ATM.

Belanjaan ide inovasi di pasar swalayan itu mengajari kita, bangsa Indonesia, prinsip-prinsip berinovasi.

Pertama, inovasi digerakkan oleh ide besar dan bertujuan. Seperti sudah kita lihat, inovasi pasar swalayan bertujuan melayani/menyajikan kemandirian, keterpercayaan, dan keefisienan. Secara lebih luas, inovasi pasar swalayan juga dapat mewujudnyatakan salah satu ide besar bangsa Indonesia: “memajukan kesejahteraan umum.” Pasar swalayan telah menyediakan banyak lapangan kerja sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kedua, inovasi membutuhkan teknologi. Kita harus menguasai teknologi untuk menghasilkan barang/sistem baik yang relatif sederhana (seperti troli dan petunjuk-petunjuk) maupun yang maju (seperti sistem pembayaran elektronik dan teknologi informasi).

Terakhir, inovasi memerlukan investasi. Bibit inovasi memang menjanjikan buah keuntungan, tetapi pupuk investasi diperlukannya untuk bisa berbuah lekas dan lebat. Tentunya pasar swalayan butuh investasi besar untuk menempati ruangan besar dan membeli peralatan pendukung yang canggih. Namun, kenyataan pasar swalayan terus bermunculan di Indonesia menunjukkan bahwa investasi besar itu menghasilkan.

Hari ini bangsa kita masih ketinggalan berinovasi dari banyak bangsa lain. Kita lebih suka memakai daripada menciptakan, mengembangkan, dan menjual inovasi. Masih sedikit sarjana sains dan teknologi kita yang akhirnya terlibat langsung dalam pengembangan produk-produk inovatif. Pengembangan teknologi di berbagai universitas dan lembaga penelitian dalam negeri pun hanya sedikit diperhatikan dan dimanfaatkan oleh dunia industri. Padahal kita juga sangat perlu bersumbangsih dalam memajukan kehidupan manusia lewat inovasi.

Sebab itu kita perlu tekun memikirkan ide-ide besar inovatif yang bertujuan menyelesaikan permasalahan bangsa dan umat manusia. Di atas ide-ide besar itu, kita perlu membangun pilar inovasi: penguasaan-pemanfaatan sains dan teknologi. Baik pemerintah maupun pihak swasta perlu berinvestasi besar-besaran dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan inovasi anak negeri.

Berbelanja barang di pasar swalayan memang mudah dan menyenangkan. Dengannya kita dapat memenuhi kebutuhan kita. Namun, bukankah lebih mulia jika kita juga mampu memenuhi kebutuhan orang banyak? Untuk itu, baiklah kita rajin pula berbelanja ide inovasi, supaya kita dapat beranjak dari sekadar bangsa pembeli-pengguna inovasi menjadi bangsa pencetus-pencipta inovasi.

.

Victor Samuel adalah seorang insinyur di bidang energi yang bermukim di DKI Jakarta.

.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *