Sastra Patriot

Oleh S.P. Tumanggor

Karya sastra dapat menjadi kendaraan untuk menyampaikan hal-hal penting. Salah satunya adalah patriotisme alias kecintaan kepada tanah air, hal yang penting untuk membangun negara dan bangsa. Lewat karya sastra, kita tahu, para sastrawan patriot di masa lalu telah mengilhami bangsanya untuk mencintai tanah air dan menentang penjajah. Dua dari mereka adalah sastrawan Afrika Selatan (Afsel) Kristen yang harum namanya: Nontsizi Mgqwetho dan Samuel Mqhayi (1875-1945).

Kedua sastrawan itu adalah warga suku Xhosa dan penganut iman Kristen yang taat. Hidup di masa bumi hitam Afrika dijajah orang kulit putih, baik Mgqwetho maupun Mqhayi mendapati puisi (dan novel, dalam kasus Mqhayi) sebagai alat juang patriotisme yang ampuh. Keduanya pun tampil sebagai imbongi, pujangga tradisional Xhosa yang biasa menyoroti isu-isu kemasyarakatan dan menyampaikan pujian atau kritik kepada pihak berkuasa.1

Tentang Nontsizi Mgqwetho, tak banyak yang bisa kita ketahui. Yang jelas dialah wanita pertama dan satu-satunya yang melahirkan karya sastra penting dalam bahasa Xhosa. Ia sebenarnya tidak bisa menjadi imbongi, peran yang selalu dijalankan pria. Tapi ia mengklaim peran itu lewat surat kabar, yang menyambut puisi-puisinya. Dari situ sastra patriot Mgqwetho menggugah hati khalayak kepada perkara-perkara tanah air dan bangsa.2 Beberapa contoh bagusnya bisa kita tengok.

Lewat puisi Induli ka Xakeka!—Enyukwa ngu Ntu!! (“Bukit Kesulitan Dipanjat Orang Kulit Hitam”) Mgqwetho mengimbau bangsa-bangsa kulit hitam bersatu demi kemerdekaan.3 Lewat puisi Ingxoxo yo Mginwa ku Magqoboka! (“Debat Merah dengan Orang Kristen”) ia mencela kelonggaran moral di kota-kota.4 Dalam puisi Siyayibinza!—I Afrika!! (“Kita Menikam Afrika”) ia mengobarkan kepedulian kepada Afrika dengan berujar, antara lain, “Tuhan memberkati Afrika!/Tamballah jaringan retak di tembok dengan tanah liat/Agar permukaannya tampak berwarna bunglon/Tanda untuk mengilhami rasa hormat kita satu sama lain.”5

Tentang Samuel Mqhayi, lebih banyak yang bisa kita ketahui. Dialah pengarang novel pertama dalam bahasa Xhosa. Lebih beken lewat puisi, ia disanjung Nelson Mandela dengan sebutan “pujangga resmi rakyat Afrika.”6 Julukan imbongi yesizwe, pujangga bangsa, bahkan imbongi yesizwe jikelele, pujangga bangsa semua, dikalungkan kepadanya—lantaran sastra patriot Mqhayi berpengaruh besar di dalam dan luar Afsel.7 Beberapa contoh bagusnya bisa kita tinjau.

Lewat puisi Aa! Zweliyazuza! iTshawe laseBhritani (“Aa! Hidup Pahlawan Britania!”) ia mengkritik secara menggelitik penjajahan bangsa Inggris.8 Lewat puisi A! Silimela (“Ah! Bintang Juni”) ia memanggil pemimpin Afrika yang pergi jauh untuk pulang dan memerintah rakyat.9 Lewat puisi Nkosi Sikelel iAfrika (“Tuhan, Berkatilah Afrika”) ia memohonkan berkat Allah atas rakyat Afrika dengan berdoa, antara lain, “Tuhan, berkatilah Afrika/Hapuskanlah segala kejahatannya/Pelanggarannya dan dosanya/Dan berkatilah dia.”10

Karya-karya Mgqwetho dan Mqhayi menegaskan bahwa ketuhanan dan kekristenan adalah serasi dengan kepatriotan, dengan isu-isu kemasyarakatan, dan dengan kesusastraan. Selaku imbongi, pujangga, keduanya terilhami oleh dan menyuarakan ide-ide Alkitab tentang keadilan sosial—ide-ide yang sering  diabaikan di banyak gereja hari ini—meskipun kitab suci itu mereka terima dari bangsa asing yang menjadi penyiar iman Kristen sekaligus penjajah negeri mereka!

Sepak terjang Mgwetho dan Mqhayi sepatutnya mencerahi Gereja (umat Kristen) Indonesia untuk mewawas pentingnya sastra patriot. Di Indonesia, karya semacam itu dapat menjadi sumbangan besar bagi keutuhan negara dan bangsa. Tentunya tak sedikit orang Kristen yang dikaruniai Tuhan bakat sastra—atau bakat menulis secara lebih luas. Gereja perlu membekali mereka dengan wawasan kristiani tentang tulisan dan isu-isu kemasyarakatan sehingga mereka bisa menggubah karya-karya tulis adiluhung yang disemangati kekristenan dan bermanfaat bagi bangsa.

Gereja bahkan dapat memfasilitasi mereka untuk menulis dan, pastinya, dapat menjadi yang pertama membeli karya-karya mereka. Orang-orang berlebih duit di antara kita dapat mengalirkan dana untuk mendukung hidup dan kinerja mereka, sebab kita tahu bahwa di Indonesia profesi sastrawan atau penulis pada umumnya sering berbenturan dengan soal penghidupan—padahal profesi mereka penting!

Jika hal-hal itu kita kerjakan, kita akan menyaksikan tampilnya imbongi-imbongi Indonesia sekaliber Mgwetho dan Mqhayi yang karya-karyanya menyerukan, “Tuhan memberkati Indonesia!”

. 

S.P. Tumanggor adalah seorang pengalih bahasa dan penulis yang bermukim di Bandung, Jawa Barat.

.

Catatan

1 Lihat Jeff Opland. Xhosa Poet and Poetry. Cape Town: David Phillip Publisher, 1998, hal, 17-19.

2 Sibusiso Tshabalala. “Nontsizi Mgqwetho: Way Ahead of Her Time” dalam situs The Journalist. <http://www.thejournalist.org.za/pioneers/nontsizi-mgqwetho-way-ahead-time>.

3 Nontsizi Mgqwetho. “Induli ka Xakeka!—Enyukwa ngu Ntu!!”/terjemahan Inggris oleh Jeff Opland dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poem/item/11265/auto/0/0/Nontsizi-Mgqwetho/THE-HILL-DIFFICULTY-THE-BLACK-MAN-SCALES>.

4 Nontsizi Mgqwetho. “Ingxoxo yo Mginwa ku Magqoboka!”/terjemahan Inggris oleh Jeff Opland dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poem/item/11267/auto/0/0/Nontsizi-Mgqwetho/A-RED-DEBATES-WITH-CHRISTIANS>.

5 Nontsizi Mgqwetho. “Siyayibinza!—I Afrika!!”/terjemahan Inggris oleh Jeff Opland dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poem/item/11272/auto/0/0/Nontsizi-Mgqwetho/WERE-STABBING-AFRICA>.

6 “Samuel Edward Krune Mqhayi” dalam situs Remembered. <http://remembered.co.za/obituary/view/2462>.

7 “S.E.K. Mqhayi” dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poet/item/13285/10/SEK-Mqhayi>.

8 Samuel Mqhayi. “Aa! Zweliyazuza, Itshawe Lasebhilitani!”/terjemahan Inggris oleh Antjie Krog, Ncebakazi Saliwa, dan Koos Oosthuyzen dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poem/item/13286/auto/0/AA-HAIL-THE-HERO-OF-BRITAIN>.

9 Samuel Mqhayi. “A Silimela!”/terjemahan Inggris oleh Antjie Krog, Ncebakazi Saliwa, dan Koos Oosthuyzen dalam situs Poetry International Rotterdam. <http://www.poetryinternationalweb.net/pi/site/poem/item/13293/auto/0/0/SEK-Mqhayi/AH-JUNE-STAR>.

10 “Nkosi Sikelel’ iAfrika: Other Versions” dalam situs Endarkment. <http://www.endarkenment.com/kwanzaa/nkosi/versions.htm>.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *