Oleh Christina Hutabarat dan Bill Hayden
Natal adalah saat yang amat berkesan bagi umat Kristen karena merayakan kelahiran Juruselamat dunia. Perayaan meriah berlangsung di seluruh dunia dengan banyak cara, tergantung daerah dan budayanya. Di Pulau Jawa, orang Jawa Kristen bernatal dengan mementaskan wayang kulit di gereja-gereja.1 Iringan musik gamelan dan kelihaian dalang memainkan wayang di layar putih menjadikan perayaan Natal semarak dengan nuansa Jawa. Cerita yang dibawakan, dan yang memukau penonton, tentu saja cerita Natal.
Dalam budaya Jawa, wayang kulit memang biasa membawakan cerita-cerita mashur yang mengandung hikmat/pengajaran, seperti cerita-cerita dari Mahabharata dan Ramayana.2 Maka kita bisa melihat betapa cocoknya orang Jawa Kristen menggunakan wayang kulit dalam bernatal karena Natal berkaitan dengan cerita teragung menurut kekristenan. Cerita tersebut, kita tahu, merupakan berita tentang Yesus Kristus, utusan Allah yang datang untuk menyelamatkan dunia.
Mengenai hal itu, ada tertulis di Alkitab bahwa “dalam nama-Nya [Yesus] berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem” (Luk. 24:47). Cerita kedatangan Yesus adalah berita sukacita karena menawarkan pengampunan kepada manusia berdosa, asalkan mereka mau bertobat. Dan penawaran ini tidak ditujukan hanya untuk sekelompok manusia, tetapi untuk “segala bangsa,” termasuk bangsa-bangsa Nusantara (Jawa di antaranya) yang kini membentuk bangsa Indonesia.
Di balik kata-kata “pertobatan dan pengampunan dosa” terungkaplah maksud Natal. Ajaran Alkitab menyatakan bahwa dosa telah menyebabkan putusnya hubungan manusia dengan Allah, sesama, dan alam. Untuk menyambung kembali hubungan itu Yesus Kristus datang (lahir) dan mati berkorban menanggung dosa manusia. Tindakan-Nya ini membuka jalan keselamatan dan pembaharuan lewat pengampunan dosa yang harus diakses dengan iman dan pertobatan. Inilah cerita agung Natal!
Keadaan selamat dan dibaharui itu digambarkan Alkitab sebagai “buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik” (Ef. 2:10). Orang-orang yang bertobat dan diampuni dosanya diberi Allah tabiat baru yang suka “melakukan pekerjaan baik”. Mereka melakukannya untuk menanggulangi dampak dosa manusia di dunia (kemiskinan, kekorupan, perang, sakit penyakit, kezaliman) sampai Kristus kelak datang kembali untuk meniadakan semua itu secara total. Inilah kabar baik Natal yang patut dituturkan lewat segala cara bercerita, termasuk wayang kulit.
Adalah mengagumkan bahwa Natal bisa kena-mengena dengan wayang kulit. Nyatalah bahwa kekristenan menerima budaya dan kekreatifan bangsa-bangsa—sepanjang itu tidak bertentangan dengan kaidah-kaidah Alkitab. Di dalam koridor alkitabiah, umat Kristen bebas memanfaatkan atau mencipta budaya untuk memuliakan Allah dan menyampaikan kabar baik Natal ke seluruh dunia.
Kebebasan kreatif itu bisa menghasilkan hal-hal baru yang unik, termasuk dalam kasus wayang kulit. Sebagai contoh, Timotius Marji Subroto menciptakan jenis wayang kulit baru, yakni wayang wahyu, yang digunakan untuk membawakan cerita Natal dan cerita-cerita lain dari Alkitab.3 Salah satu pementasan wayang wahyu dalam rangka Natal di Magelang, Jawa Tengah, “mengawinkan” tokoh-tokoh punakawan dengan murid-murid Yesus sehingga lahirlah lakon-lakon seperti Markus Gareng, Matius Petruk, dan Yohanes Bagong.4 Sungguh unik!
Cerita Natal dalam balutan budaya setempat menjadikan Natal begitu mempesona di tengah keragaman bangsa-bangsa di dunia. Semoga umat Kristen Indonesia dapat mulai berpaling kepada budayanya sendiri dalam bernatal dan beribadah, alih-alih terus terpaku pada budaya luar Indonesia.
Namun, seindah-indahnya perayaan Natal yang dimeriahkan oleh wayang kulit, lebih indah lagi jika umat Kristen selalu menghargai dan menghidupi cerita Natal dalam keseharian. Kita harus jadi orang-orang yang bertobat dari dosa dan suka melakukan pekerjaan baik di berbagai bidang yang kita tekuni. Dengannyalah kita menyampaikan kabar baik Natal.
Jadi, baiklah cerita Natal terus disampaikan lewat budaya kita dan lewat hidup kita.
.
Christina Hutabarat adalah seorang mahasiswa pascasarjana jurusan biologi yang bermukim di Bandung, Jawa Barat. Bill Hayden adalah seorang pegawai kontrak dinas pemerintah yang bermukim di Sintang, Kalimantan Barat.
.
Catatan
1 Lihat, misalnya, Khusnul Isti Qomah. “GKJ Wonosari Rayakan Natal dengan Pagelaran Wayang Kulit” dalam situs Harian Jogja. <http://www.harianjogja.com/baca/2013/12/25/natal-2013-gkj-wonosari-rayakan-natal-dengan-pagelaran-wayang-kulit-477205>; “Pentas Wayang Wahyu Sebarkan Pesan Natal” dalam situs Pikiran Rakyat. <http://www.pikiran-rakyat.com/seni-budaya/2013/12/17/262701/pentas-wayang-wahyu-sebarkan-pesan-natal>.
2 Yunanto Wiji Utomo. “Pertunjukan Wayang Kulit Mahakarya Seni Pertunjukan Jawa” dalam situs Yogyes. <https://www.yogyes.com/id/yogyakarta-tourism-object/arts-and-culture/wayang-kulit-show/>.
3 Lambertus Hurek. “Wayang Wahyu Wayang Serani” dalam blog Hurek. <http://hurek.blogspot.co.id/2007/02/wayang-wahyu-wayang-serani.html>.
4 Ika Fitriana. “Kebaktian Natal Dikemas Pagelaran Wayang Kulit” dalam situs Kompas. <http://regional.kompas.com/read/2013/12/25/1305015/Kebaktian.Natal.Dikemas.Pagelaran.Wayang.Kulit>.